Chereads / Exulansis Girl / Chapter 8 - SOME PROBLEM'S

Chapter 8 - SOME PROBLEM'S

"Ngapain lo narik narik tangan gue! Gue juga bisa jalan sendiri!" Ucap gue kesal.

"Gue gak percaya." Jawab Lion.

Minta di sumpel mulutnya ni anak pake batu kerikil!

"Dih, sarap!"

.

.

.

"Buset dah nih tugas matematika banyak bener." Ujar gue kesal.

Bayangin aja, gurunya datang, ngasih tugas bejibun, keluar.

"5 nomer doang." Sahut Lion tanpa menghadap ke arah gue. Dia masih fokus bergulat dengan tugas matematika sialan itu.

"IYA LIMA NOMER TAPI BERANAK PINAK! UDAH KEK GEN HALILINTAR BANYAKNYA!" jawab gue.

Haiss gabut hayati abang... Hati nurani gue menyarankan untuk tidur sejenak.

BAIKLAH APA SIH YANG NGGAK BUAT HATI.

Gue mulai memejamkan mata dan mulai mendatangi alam bawah sadar gue.

-AUTHOR POV-

Byna terlelap, melihat hal itu cowok berwajah pucat pasi tertawa ketika melihat muka Byna saat tidur.

"Cantik." Batin Lion.

"Jailin ah." Lion langsung mengambil spidol papan tulis dari dalam tempat pensil.

Ia mulai menggambar di muka byna sangat pelan agar Byna tidak terbangun. Setelah ia menyelesaikan gambarannya ia tertawa terbahak bahak.

"Pffft, lucu banget komuknya." Ucap Lion.

Ia meletakkan kepala di mejanya sambil tetap menatap wajah cewek di sampingnya itu. Karena merasa nyaman melihat wajah Byna beberapa menit, ia mulai tertidur.

-BYNA POV-

Gue terbangun dari alam bawah sadar gue lalu melihat cowok dingin terlelap.

"Ganteng tapi dinginnya bisa bikin beku." kata gue pelan.

"Gue denger, dan gue sadar." Jawabnya, ia terbangun dari tidurnya.

"Ng-ngga tadi gue ngomongin Rizki, RIZKI KAN??!" Ucap gue terbata bata, lalu memanggil Rizki yang nggak tau apa apa.

"Eh ha? BWAHAHAHAHAHAH MUKA LO KENAPA BYNA BWAHAHHAHAH." Jawab Rizki terbahak bahak melihat muka gue.

Karena heran gue langsung pergi meminjam kaca Khanza.

Betapa kagetnya melihat wajah gue penuh dengan coretan. Gue sampai ingin tertawa melihat muka sendiri.

Sad...

Ini pasti kerjaannya Lion! Bangsat emang tuh anak.

"FALIOOON!!!!" Gue berteriak sangat kencang. Mungkin sampai kelas sebelah kedengeran suara teriakan gue.

Lion hanya terkekeh sambil menaikkan dua jarinya.

"Aaah! Gue jitak juga lo! Tungguin aja" ucap gue.

Gue langsung keluar menuju keran air didepan kelas gue. Gak pake lama, gue mulai mencuci muka berulang ulang kali.

"Nih!" Seorang cowok menyodor kan tissue ke gue.

Gue langsung mengambil tissue dari tangan nya "Makasih" jawab-gue.

"Lo?"

"Iya, gue kenapa?" Jawab Skala.

"Coba gue tau gue gak bakalan sudi terima tissue ini dari lo." jawab gue ketus sambil mengembalikan tissue ke pemiliknya dan pergi dari hadapan cowok busuk itu.

Baru juga balik njir, tangan gue udah ditahan aje buset. Dramatis!

"Apaan sih lo! Lepasin tangan gue!"

"Gak, sebelum lo jelasin semua yang udah lo perbuat ke gue dan Lulu."

"EMANG GUE UDAH NGAPAIN LO BERDUA, HAH?! BUANG BUANG WAKTU TAU GA!" Jawab gue kesal ketika mendengar nama Lulu dari mulut Skala.

"Gue udah tau semuanya dari Lulu, lo gausah bohong." lanjut Skala.

"BOHONG?! LO DIKASIH TAU APAAN AMA LULU!" Jawab gue dengan suara serak menahan air mata gue yang sudah siap untuk jatuh.

"LO UDAH BERUBAH KAL! LO BUKAN SKALA YANG DULU GUE KENAL!" Lanjut gue.

Gue dan Skala jadi tontonan orang orang yang berlalu lalang di sekitar kami.

"Byn..."

"Idih jangan sebut nama gue, jijik bangsat!"

"Maafin gue byn... Gue bingung... Gue gak tau. Gue… butuh waktu." jawab Skala. Ia langsung pergi dan meninggalkan gue di tempat itu.

Gue merasa terpojokkan banget disini. Orang orang yang menonton gue tadi mulai nge gosip tentang gue yang nggak nggak.

"Sialan nih, gue butuh seseorang..."

.

.

.

"Lion gue laper..."

"Nih. Tadi gue beliin buryam, awas lo, kalo gak ganti uang gue." Lion menyodorkan bubur ayam itu ke gue.

"Suapin gue."

"Bacot." lion mulai menyuap gue dengan terpaksa.

"UHUK! UHUK!"

Gue batuk dibuatnya… sialan.

Dia kaget melihat gue batuk dan langsung memberikan air ke gue.

"Pelan pelan, babi!" ucap gue kesal.

.

.

.

"Minggir lo babi," ucap gue ke Lion.

"Paan si nyet!"

"Gue kebelet pipis ini!"

"Hm."

"Bu! Izin ke toilet." kata gue ke bu Ema

"Saya juga bu hehe." lanjut Lulu.

"Iya silahkan, saya beri waktu lima menit."

.

.

.

Anjir lega..

"Hai Bynaa chantiq..." panggil Lulu dengan nada alay SERATUS PERSEN MURNI.

"Dih si busuk manggil gue cantik, makasih loh yaa." jawab gue lalu melewatinya begitu saja.

"Girlsss." panggi Lulu disertai tepukan tangan. Muncul beberapa teman Lulu yang pernah ngeganggu gue dulu.

"Hay Byna." kata salah satu dari mereka.

"Loh masih inget kitah kann??" Tanya dari salah satu mereka.

"Ngapain juga gue inget cabe kek kalian semua!" Jawab gue dan melewati mereka.

"Et ngapain Byna cepet cepet pergih..." jawab salah satu dari mereka. Dia narik kerah baju gue.

"Apaan sih Anjing lepasin tangan kotor lo dari baju gue!"

"Nggak bisah gitu donk byn..."

"Gara gara elo... kita semua di skors tau ga?!"

"Emang gue peduli? Gue sih owh aja." Jawab gue santai.

"Gais. Hajar!" perintah lulu.

Salah satu dari mereka nyiram gue.

"What the fuck! Apa apan sih lo?!" Baju gue semuanya basah.

"INI BELUM SEBERAPA!!" salah satu dari mereka ngejambak rambut gue, sampai gue mendongak terpaksa.

"Kok gak ngelawan?! Lo takut? Hah!"

Brak!!

"BYNA! LO KENAPA?!" Teriak Skala menghampiri gue.

MAMPUS HAHAHAHAHA

"Skala, I-ni gak seperti yang lo liat!" Ucap Lulu ketakutan.

"Gue denger semuanya! Kalau Aurell gak nelpon gue, gue mungkin gak bakal tau sifat buruk lo itu!" Gue tersenyum kemenangan. Aurell menunjukkan hpnya kearah para cabe.

"GUA NYESEL UDAH PERCAYA SAMA LO" Lanjut Skala.

"BYNA!" Panggil seorang cowok dari depan pintu.

Dia Lion, pahlawan kesiangan gue.

"Lo diapain sama mereka?!" Tanya Lion khawatir.

Baru kali ini gue melihat emosi dalam dirinya, SEJARAH WUYY

"Di sirem doang, sans aja.."

"Pala lo sans! Itu tindakan pembullyan bego!" Jawab Lion.

"Kalian semua! Ikut gue ke BK sekarang." Ucap Lion ke arah cabe cabean itu.

"Lo Skala, bawa Byna ke kelas. Nih sweater gue. Nanti Byna masuk angin. Oh dan yah Aurell lo ajak mereka berdua pergi ke tempat selain kelas. Biarkan mereka berdua ngobrolin masalahnya." Ucap Lion ke Skala dan memberikan sweater yang selama ini gak pernah ia lepas dari badannya.

"Bayarannya lo mundur aja kalau pemilihan ketos nanti."

"Gak mau."

"Ck, yaudah traktir nasi goreng aja."

"Hm, sana pergi."

Setelah mereka berdua tawar menawar gue manggil Lion dan mengatakan "Makasih, fal."

"Jijay..." Jawab Lion.

Lion, dan para cabe itu meninggalkan kami berdua ke Ruang BK.

"Yaudah kalian ke ruang osis aja dulu, nanti gue nyusul." Ucap Aurell.

.

.

.

Sampainya di ruang osis, gue pikir disana banyak anak osis ternyata kosong.

Hening.

"Maafin gue…" ucap Skala memecah keheningan.

"Yah bagus aja lo sadar, kan malu sendiri kalau udah tahu kebenarannya."

"Lo gak bisa maafin gue?"

"Siapa bilang? Gue maafin kok sans."

Skala minta gue jelasin semuanya dari awal sampai akhir tentang kebusukan Lulu.

Setelah itu baru si Aurell datang. Dia megang pundak Skala lalu… memukul pipinya.

"Apaan sih lo datang datang langsung mukul!"

"Gue greget aja lihat kebegoan lo, dan harusnya kalian berdua makasih sama gue soalnya gue tadi ngikutin Byna pas liat dia masuk WC dan diikuti oleh Lulu lalu nelpon elo tepat waktu, dan lagi gue habis cariin alasan ke guru kalian buat gak masuk dulu." Ucap Aurell panjang lebar.

"Iyaa makasih." Ucap gue dan Skala bersamaan.

"Kalian udah ngobrol kan? Yaudah sana balik kalau udah. Gue mau balik ke kelas juga."

.

.

.

Setelah beberapa lama, Lion datang ke kelas dan dipersilahkan duduk oleh Bu Siti.

"Woi jingan, gara gara lo gue ketinggalan pelajaran tau gak!" Ucap Lion kesal ke gue.

"Kok gue yang disalahin! Biasanya lo juga ga masuk kelas kok." Jawab gue.

"Bodo amat, balikin sweater gue!"

"Santai aja elah" ucap gue sambil ngembaliin sweaternya.

.

.

.

Ting ting ting!!

Bel istirahat berbunyi, gue membereskan meja gue dan bersiap untuk ke kantin.

"Byn bareng yuk!" Ajak Skala.

"Gue gak mau... Gue bareng... eh Lion! Iya bareng Lion. Sorry Kal." jawab-gue beralasan.

Gue langsung menarik Lion menjauh dari Skala, "Ih apa-apaan si lo, jangan sentuh tangan gue, dajjal." Ujar Lion marah ke gue sambil mencoba melepaskan genggaman erat gue dari tangannya.

"Udahh ayok ikut gue aja, kekantin!!" Paksa gue.

"Oke aja asalkan lo gak keberatan gue cuma traktir Aurell doang." Jawab Lion, saat genggaman gue terlepas, dia langsung berdiam ditempat sambil melipat kedua tangannya untuk menunggu jawaban dari gue.

Gue memutar bola mata malas "Iyaa, terserah." Jawab gue.

"Yaudah ayok." Ajaknya. tanpa berlama lama dia langsung narik tangan gue menuju kantin.

-AUTHOR POV-

"Bynatang ga kekantin bareng kita lagi huweeee!" Ucap Dinda sambil acting nangis.

"Drama! Btw gue penasaran siapa cewek yang bareng Lion dan Byna." Ucap Khanza.

"Lo pada gak tau?." Lanjut Khanza.

"Bacod aah gak tau bodo amat gak usah dipikirin. Mending makan aja kasian makanannya dianggurin."

"Ho'ohh urusan perut harus diutamakan." Lanjut Rara.

Zela, Aya, Rara, Putri, Dinda, dan Khanza pun akhirnya melanjutkan makan setelah berbincang bincang yang tidak berfaedah.

.

.

.

-BYNA POV-

"Kalian mau makan apa?" Tanya gue.

"Terserah yang penting enak." Jawab Lion.

"Kalau Aurell mau makan apa?"

"Nasi goreng sesuai perjanjian gue dengan Lion." Jawab Aurell.

"Oh oke yaudah kalau gitu."

"Btw kalian berdua pacaran?" Tanya gue..

"Bukan, tapi banyak yang ngira kek gitu." Jawab Aurell.

"Tentu aja banyak yang ngira kalian pacaran soalnya deket gitu."

"Yaudah mulai sekarang gue mau deket sama lo aja sampai banyak yang ngira kita pacaran." Ucap Lion yang buat gue salting :)

"Huft… kambuh deh." Ucap Aurell.

Gue akhirnya memesan mie pangsit dua, nasi goreng satu dan minuman jus jeruknya tiga.

Kita akhirnya makan makanan masing masing didalam keheningan. Sampai setelah dia menyuruput jus jeruknya yang terakhir. Jir.. Mie pangsitnya enak.. Moga dia ga minta nambah.

"Tenang aja, gue gak bakalan minta nambah kok." Jawabnya datar, seolah olah bisa membaca pikiran gue.

"Wha-wh-what?? Lo bisa baca pikiran gue??!"

"Dari muuka lo." jawabnya singkat.

Brakk!

Skala langsung menggebrak meja menggunakan tangan kirinya dan tangan kananya memegang minuman. "Permisi, numpang duduk!" Ujar Skala.

"Ngapain lo kesini?" Tanya Lion nggak santai.

"Udah." ujar gue menengah.

"Telinga ama mata tuh dipake! Lo gak liat?! Cuman meja ini aja yang kosong" Jawab Skala ketus.

"Ngapain gue ngegunain telinga sama mata gue buat ngeperhatiin lo? Buang waktu banget." Lion tak mau kalah.

Gue yang berada di tengah tengah mereka merasa menjadi pajangan doang. Hingga akhirnya gue gak tahan lagi.

Brak!!

Gue menggebrak meja dengan kencang, membuat orang orang yang berada di kantin menatap kami bertiga, termasuk Lulu and the genk dan teman teman gue. "BISA GAK SIH SEHARI AJA KALIAN AKUR! CAPEK GUE NGELIATNYA!"

"Gak akan!!" Jawab mereka bersamaan.

"Kalian itu udah kayak anak anak aja tau ngga! Bodo ah, gue mending pergi aja!" Gue mulai mendorong ke belakang kursi yang gue pakai buat duduk dan berbalik badan, Tetapi tangan gue lagi lagi ditahan. Dua duanya... KIRI AMA KANAN.

"Jangan pergi!" jawab mereka bersamaan lagi.

"Gini! Gue gak akan pergi kalau kalian akur dan saling bermaaf maaf-an!" Kata gue tegas.

Mereka akhirnya melepas genggaman tangannya dari gue, dan saling bersalaman, walau pun terdapat unsur paksaan di dalamnya.

"Gue minta maaf" ucap Skala.

"Gue juga!" Jawab Lion.

Mereka langsung dengan cepat melepas tangannya masing masing, gue langsung duduk diantara mereka berdua.

"Halah lebay banget sih lo semua, Apa lagi lo, suka banget cari perhatian." Ucap Aurell sambil nunjuk Skala.

"Bagus Rell, lo emang saingan ter the best gue." Ucap Lion.

"Awas aja kalo kalian masih berantem lagi di depan gue."

"Iyaa.." jawab mereka bersamaan lagii yang kesekian kalinya dengan muka terpaksa.

Gue seneng mendengarnya, refleks kedua tangan gue, menepuk pelan kepala mereka berdua."Good boy.."

Entah mengapa saat gue menepuk perlahan lahan kepala mereka berdua, wajah mereka malah seperti sedang menutupi sesuatu sehingga wajah mereka berwarna merah padam.

Anjir malu maluin bet gue, ngapain coba gue nepuk nepuk kepala mereka berdua, kayak anak kecil aja. Duh.

Gue langsung menarik tangan gue dari kepala mereka. "Sorry, refleks hehe" ucap-gue.

"Gue suka."Kata Skala dan lion bersamaan.

"Anjeng gue mau muntah!" Teriak Aurell.

Untuk mengalihkan perhatian Gue langsung merebut minuman yang Skala pegang dan langsung meminumnya.

"Byna! Itu kan-"kata Skala terpotong.

Gue langsung memuntahkan minuman milik Skala. "Ohok ohok!"

"Jamu..."

SUMPAH DEMI APAPUN GUE BENCI BANGET DENGAN YANG NAMANYA JAMU.

"Kok gak bilang! Ohok ohok."

"Pfft stupid girl. how can those two boys like you." Ucap Aurell sambil cengingisan.

Lion panik yang segera membelikan gue air dan tissue.

"Nih air, minum cepet!" Lion langsung membukakan air botol mineral dan memberikannya ke gue.

Tak mau kalah, Skala langsung merebut tissue dari tangan Lion dan ngelap pinggir pinggir mulut gue yang sedikit kotor.

Setelah gue mulai membaik, mereka langsung duduk kembali ditempat mereka. "Gini dong.. Akur.. Sering sering ya! Jangan pas gue kesusahan aja." ucap-gue menekankan kata 'kesusahan aja'.

Ting Ting Ting!!

Bel jam pelajaran berbunyi. Gue langsung berdiri menghadap ke arah mereka berdua "yuk balik ke kelas." Ucap-gue sambil mengulurkan tangan kanan gue. Mereka berdua meraih tangan gue bersamaan.

Bego bego bego ngapain gue ngulurin tangan gueeee jelas jelas mereka itu berduaa!

Byna goblok

"Pfft, bwahahahaha gue gak bisa lagi nahan tawa gue. see the results of your foolishness hahahaha."

"Ah Aurell diaaam." Ucap gue sambil memukulnya.

"Lepasin tangan lo!" Ucap Lion.

"Elo yang lepas! Gue duluan!" Jawab Skala tak mau kalah.

Gue langsung menarik tangan gue. "Tuhkan kambuh lagi! Dah lah gue balik sendirian aja!" Ucap-gue sambil meninggalkan mereka berdua.

"Bynaa! Tungguin.." ucap mereka bersamaan lalu nyusulin gue.

Gue ga tau udah yang keberapa kalinya mereka ngomong bersamaan.

"Bangsat kalian ninggalin gue." Ketus Aurell sambil berdiri untuk pergi ke kelasnya.