Seminggu lagi gue bakalan ulang tahun, gue sangat-sangat menunggu hari itu, dimana gue akan mendapatkan hadiah dan perhatian dari orang orang sekitar.
.
.
.
"Bynatang, gue mau kasih lo sesuatu nih!" Ucap Skala
"Apaan? Oh hadiah ya pasti? Apasih, gue kan ultahnya masih ada seminggu lagi." Jawab gue seraya memanyunkan bibirnya.
"Sini, ikut sama gue."
"Jangan bilang lo mau ngasi gue cacing atau apalah itu! Gue gak suka ya Kal kalau lo bercandanya kelewatan.." Ucap gue memastikan apa yang dikatakannya itu tidak benar.
"Ya nggaklah. Sini-sini, ayo." Paksa Skala, karena Skala gak gue respon, ia langsung menarik tangan gue.
"Nih buat lo!"
"Coklat? Seriusan seorang Raditya Skala Bumi kasih gue coklat? Kenapa gak sekalian pas Valentine coba? Biar gak nanggung aja gitu." Celoteh gue.
"Gue gak suka hal hal berbau kayak gitu gitu. Ngapain coba lo harus nunggu hari Valentine buat dapet hadiah? Gak masuk di otak."
"Emang kenapa? Kan seru! Kalau udah sering gak spesial dong." Ucap gue.
"Emang lo gak tau konspirasi konspirasi valentine?" Tanya Skala serius.
"Nggak, kenapa? Emang ada ya? Ceritain dong ceritain!" Jawab gue bersemangat. Gue langsung duduk didepan bangku Skala seraya menopang dagu dengan tangan.
"cepet-cepet! Cerita!" Ucap gue sangat antusias.
Secara, gue itu sangat suka dengan hal hal berbau mistis atau teori-teori konspirasi.
"Jadi gini, menurut kisah yang pernah gue baca ada seorang pendeta dari Roma yang berakhir tragis. Namanya valentine, jadi ceritanya di roma gitu ada seorang Kaisar bernama Claudius II. Sang Kaisar ini di kenal dengan kehebatannya dalam peperangan. Sehingga sang Kaisar harus menunjukkan bahwa ia memiliki tentara yang kuat. Tapi hal itu ditentang oleh para tentaranya dengan alasan tidak ingin berpisah dengan istri, anak atau keluarga mereka."
"Terus terus?" Tanya gue bersemangat.
"Jadi sang Kaisar ini mengatasi permasalahan itu dengan cara melarang semua bentuk pernikahan serta pertunangan rakyat yang ada di Roma."
Mendengar hal itu teman sekelas kami datang dan mulai ikut mendengarkan cerita Skala.
"Sayangnya pendeta Valentine menentang hal tersebut, jadi ia berusaha secara diam diam menikahkan pasangan pasangan muda. Tapi tindakan itu ketahuan, dan pada akhirnya Sang Kaisar menahan Pendeta Valentine serta dihukum, kemudian tubuhnya dipukuli dan dipancung pada tanggal 14 Februari 278 Masehi."
Gue dan teman teman terkesima.
"Hukuman ini menjadikan sebuah tanda sebagai peringatan atau perayaan yang dilakukan setiap tanggal 14 Februari." Cerita Skala panjang lebar.
Selesai Skala Cerita, para teman teman yang lain mulai bubar.
"Lah hubungannya lo gak suka hal hal berbau valentine tuh dimana?"
"Ya, generasi-generasi sekarang itu bukannya menghargai perjuangan valentine malah melakukan hal tabu. Emang lo gak kepikiran apa? Kita ngerayain pesta dihari dimana pahlawan meninggal dengan cara keji. Gak ada akhlak."
"Wah parah si, temen gue yang satu ini pinter juga ternyata." Ucap gue sambil menepuk-nepuk kepala Skala pelan.
"Jelas, orang gue baca sembunyi sembunyi lewat gugel hehehe." Jawab Skala mengangkat tangannya, dia menggenggam sebuah handphone.
Byna yang sedang menepuk pelan kepala Skala langsung tanpa segan menjitaknya.
"Aw sakit." Skala meringis dan mengusap usap kepalanya yang telah di aniaya oleh gue.
"By the way, thanks ya Kal, cokelatnya!" Ucap gue tersenyum manis.
"Lo cantik, kalo lagi senyum." Kata Skala spontan dan pelan.
"Apa lo bilang? Gue ga denger."
"Eh anu itu Pak Herman dateng."
"Anjir tugas matematika gue belum selesai!" Byna langsung kembali ke tempat duduknya seraya meminta buku PR Zela untuk disalin.
.
.
.
"BYNA! PULANG BARENG YUK, GUE BAWA MOTOR!" Teriak Skala, Padahal jelas-jelas gue tepat di sampingnya.
"GUE ADA DI SAMPING LO GOBLOK! GA USAH PAKE TEREAK SEGALA!" Balas gue.
"Hmm hehe."
"Kak Rean gimana?"
"Udah tenang aja." Jawab Skala enteng, dia langsung menarik tangan Zela yang sedang lewat di sampingnya.
"Eh, e-eh kok gue di tarik si apaan Skala?" Tanya Zela bingung.
Seketika gue dan Skala saling bertatapan dan mengerti maksud satu sama lain.
"Lo pulang bareng Kak Rean ya." Pinta gue dan Skala bersamaan.
"Lah, la-lah kok?"
Zela diam sejenak mencerna permintaan gue dan Skala. "Ha?...WAIT? KALIAN SERIUS? GAK BOONG KAN? DEMI APA?" Tanya Zela kegirangan.
"Iyaa serius." Jawab Skala barengan.
"YESS! MAKASIH GUE DULUAN YA, SEE YOU!" Teriak Zela seraya meninggalkan Byna dan Skala berdua.
"Sekarang bereskan? Yuk pulang bareng gue." Ucap Skala yang dibalas dengan anggukan Byna .
Saat ingin naik di motor Skala, tanpa sengaja gue nginjak batu dan hampir terjatuh. Untung aja dari belakang Aurell dengan cepat menahan gue pakai satu tangan.
"Thanks Aurell." Ucap gue.
"Hm."
"Lo pulang bareng siapa?" Tanya gue.
Gue dihiraukan, Aurell pergi begitu saja.
.
.
.
"Lu mau jalan jalan kemana Byn?" Tanya Skala di tengah perjalanan.
"Terserah gue ngikut aja." Jawab gue tersenyum malu. Skala yang mendengar itu, ia sangat senang sampai sampai tidak fokus ketika mengendarai motor nya.
"EI EI GOBLOK SADAR WOII." Teriak gue kaget.
"Maap, gue khilaf."
Mereka berjalan menyusuri kota, sesekali ia berhenti sejenak di tempat yang menurut mereka keren, Singgah untuk membeli jajanan, dan berfoto foto.
.
.
.
.
.
"Thanks ya, Kal. Gue seneng banget. Baru kali ini gue bisa jalan jalan keliling kota." Ucap gue.
"Iya sama sama, Gue pulang dulu ya. Jangan rindu. Berat, kamu gak akan kuat." Gombal Skala.
"Dasar Dilan copas, sana pulang!" Usir gue halus, dijawab dengan anggukan Skala.
.
.
.
.
"Bynaa pulang." Teriak gue ketika memasuki rumah.
"Tau pulang ya kamu." Ucap Bunda dengan tatapan tajam penuh tanya.
"Byna tadi cuma jalan jalan doang sama temen, Bun." Jawab gue.
"Temen atau pacar hmm?"
"Pacar." sahut Kak Rean menengahi pembicaraan Bunda dan gue.
"APAAN SIH, BYNA BELUM PACARAN!" Jawab gue membenarkan keadaan.
"Belum berarti nanti bakalan pacaran dong haha." Balas Kak Rean lagi.
"Yaudah, Bunda percaya. Sana ganti seragam kamu."
"Iya bun."
.
.
.
30 menit sebelumnya...
-Author Pov-
"Kak Rean!" Panggil Zela.
Kak Rean yang sedang menggunakan helm nya, terpaksa harus membukanya lagi.
"Apa? Byna mana?" Tanya Kak Rean.
"Oh, tadi katanya Byna pulang bareng Skala" ucap Zela.
"Skala saha?"
"Pp-" Kata Zela terpotong
"Nanti kalo gua bilang pembantunya, kasian Byna nya dong? Nanti dimarain sama Kak Rean." batin Zela.
"P, apaan? Pacar?"
"Ah bukan kak."
"Oh yaudah."
"Lu pulang sama siapa? Si Zeta udah pulang duluan tadi sama pacarnya."
"HAH?! KAK ZETA UDAH PULANG? AKU GIMANA?? awas ajaa, ntar aku aduin ke mama." Ucap Zela dendam.
"Ya walaupun sebenarnya gue yang minta Bang Zeta buat pulang duluan hehe biar gue bisa pulang sama Kak Rean." Cerdik banget kamu Zelaa." Ucap Zela dalam hati
"Sini, pulang sama gue aja. Daripada naik gojek ngeluarin duit" Tawar Kak Rean.
"Kan, rencana gue berhasil." Ucap Zela dalam hati seraya tersenyum licik.
"Lu, kalo masih bengong, gua tinggalin."
"Oh i-iya makasih kak sebelumnya."
"Pegangan, gue suka ngebut." Ucap Kak Rean. Yang kemudian Zela pun mengalungkan tangan gue ke hoodie Kak Rean.
.
.
.
"Makasih Kak, tumpangannya." Ucap Zela tersenyum malu dijawab dengan anggukan Kak Rean.
"Gak masuk dulu kak?"
"Oh iya, ada yang mau gua tanyain ke Zeta." Jawab Kak Rean.
"Mari kak."
.
.
.
"Lo pulang sama Rean?" Tanya Kak Zeta.
"IYA, KARENA KAKAK AKU YANG GANTENG INI PULANG BARENG AMA PACARNYA!" jawab Zela menaikkan volume suara agar mama zela mendengarnya.
"Diem bego." Jawab Kak Zeta ngegas.
"Eh Rean, jangan di pintu doang! Ayo masuk." Ucap Kak Zeta.
Kak Rean yang sedang berada di depan pintu, langsung masuk dan duduk di ruang tamu karena ajakan Kak Zeta.
Zela langsung menuju kekamar dan mengganti pakaian.
.
.
.
"Nih minum dulu tehnya." Ucap Zeta
"Ga usah repot repot, Ta."
"Halah, kek sama sapa aja lu bambank." Jawab Zeta.
"Gua mau nanya nih Ta."
"Hm?" Jawab Zeta yang sedang menyeruput tehnya.
"Ta, Zela udah punya pacar?" Tanya Rean secara tiba tiba.
Zeta yang sedang minum teh langsung tersedak karena pertanyaan yang Rean lontarkan.
"Hareudang hareudang hareudang panas panas panas~." Kata zeta sambil nyanyi.
"Yew bangsat, kirain lo kenapa napa."
"Hehe, ngapain lo nanya kek gitu?" Tanya Zeta.
"Ngga, nanya aja."
"Gak punya, gue yang larang, kasian nanti kalo disakitin sama cowo."
"Gue dilarang, diri sendiri Gonta ganti cewek. Dasar!" Ucap Zela tidak sengaja mendengar percakapan mereka.
"Kecuali Zela sama lo, Re." Lanjut Zeta.
"Apaan si gajelas!" Jawab Rean bersamaan dengan Zela.
"Tuh kan jodoh hahahaha." Ucap Zeta.
Karena suasana menjadi canggung Rean pun langsung berdiri untuk pulang.
"Gue cabut dulu yak."
"Yo" Jawab Zeta
"Hati hati kak." lanjut Zela.