"Aku adalah milikmu, kau adalah milikku. Jangan pernah berpikir seseorang akan merubahnya."
[Mile Phakpum Romsaithong]
Osaka Kansai Internasional,
Kyoto, Jepang. 14:12
______________________________
Setelah menjalani penerbangan 6 jam, Apo pun terserang jetlag parah hingga pingsan dua kali. Lelaki itu muntah karena syok diajak terbang tinggi, padahal saat digandeng ke Bandara Suvarnabhumi dia excited sekali. "Wah ... jadi kalau pakai itu kita bisa naik ke langit?" tanyanya saat melihat banyak pesawat diparkir.
"Iya, Sayang. Kenapa kaget sekali? Kau kan suka bepergian kemanapun," kata Mile di landasan bandara. "Travelling adalah salah satu hobimu ketika bosan, hm. Dan aku ... pernah kerepotan mencarimu setelah tiba-tiba hilang ke Korea, paham?"
"Awwwh!" Apo mengernyit ketika hidungnya dicubit. Dia pun menggosoknya perlahan-lahan, lalu menatap tulisan yang tertera pada badan jet itu. "A ... P ... O ... ya? Eh? Namaku?" tanyanya terheran-heran.
"Iya, kenapa? Itu kan memang hadiah pernikahan dariku," kata Mile. Sang suami menatapnya penuh rasa sayang. ".... karena aku tenang jika kau kabur dengan bawahan sendiri. Pakai jet pribadi. Jalan-jalan. Daripada tidak tahu kemana rimbanya."
"Oh ...." Apo pun terpana saat dipersilahkan masuk. Lalu duduk dengan mata yang berbinar. Dia cengar-cengir karena pramugari langsung menyuguhkan puding, croissant dan lain-lain di mejanya. "Wah, ini buatku? Semuanya? Serius Mile?"
"Hm, makan saja yang banyak agar selama perjalanan tidak bosan," jawab Mile sambil membuka Ipad-nya. Sang suami fokus pada pekerjaan lagi. Tetap menemani, sementara Apo menikmati jajan yang berganti-ganti. Namun, itu hanya awalnya. Setelah jet landas dia menjerit tidak karuan. Terkena mental. Lalu berakhir hilang kesadaran. "AAHHHH! MILEEEE! TIDAK MAUUUUU---"
"Astaga ... tadi itu benar-benar kacau," kata Mile begitu Apo bangun di ranjang kecilnya. "Untung para pramugarinya tanggap semua. Aku dibantu mereka mengurus muntahanmu di lantai."
Apo pun menoleh ke kanan kiri, masih di jet. Lalu menyadari pakaiannya sudah berubah. "Mmm, Mile ... aku benar-benar minta maaf," katanya sambil meringkuk. Lelaki itu menutupi dirinya dengan selimut. Malu parah, tapi suaminya hanya menghela napas.
"Tidak apa-apa, ayo keluar. Semua sudah baik-baik saja," kata Mile sambil mengulurkan tangan. "Setelah ini kita cari makan. Belanja-belanja. Besoknya aku bekerja."
"Sungguhan?"
"Iya ...."
"Mile tidak marah padaku?" Apo mengintip di balik selimutnya yang hangat.
"Marah setelah aku sendiri yang mengajakmu? Itu tidak adil, Apo. C'mon ... all is well, istriku layak diberi hadiah."
Apo pun menyambut tangan itu. Dia mengucek mata karena bengkak yang tak disadari. Lalu keluar dengan muka merah. Para pramugari dan pramugara hanya tertawa kecil. Gemas padanya, sebab baru kali ini istri Mile Phakpum mengalami hal seperti itu. "Ugh ... mereka melihatku terus, Mile ...." gumamnya sambil menunduk. Apo tidak sanggup menatap mereka. Terus berjalan dengan celana pendek khas dirinya.
"Nah itu ... namanya restoran Katsukura Tonkatsu Sanjo. Kau pasti suka kalau mencoba menu-nya. Aku jamin," kata Mile sebelum masuk. Tempat itu bernuansa kayu (rata-rata di Jepang begitu) lalu Apo duduk sambil tolah-toleh.
"Umn, di sini aromanya harum sekali ...." puji Apo. "Semoga kau memang benar soal tadi, Mile. He he he."
Mile pun geleng-geleng saat membuka buku menu. Dia tidak ingin memaksa Apo ingat terus, meski masakan Jepang salah satu favorit istrinya. Biarlah Apo mengenal dunia ini secara mengalir. Toh melihatnya tidak panik atau sedih saja sudah bagus. Ha ha ha ... senang rasanya Apo lahap makan begini. "Pelan, pelan ... Sayang. Tidak akan ada yang merebutnya darimu," katanya. "Nanti kalau kurang nambah saja langsung. Jangan takut bilang, oke? Semuanya punyamu."
Apo pun tersedak karena tertohok. "Akh--ehem ... a-apa aku kelihatan selapar itu? Aku hanya--umn ... ini enak sekali ...." katanya dengan telinga memerah.
"Ha ha ha ha, don't worry lanjutkan saja ...." kata Mile. "You deserves better, Apo. Toh mulai besok kau akan sering kutinggal."
Apo pun menggeleng. "Aku oke kok. Nanti akan main game di hotel ...." katanya. "Umn, Mile juga tidak perlu khawatir aku keluar. Takutnya malah lupa jalan. Pasti kutunggu sampai Mile pulang."
"Benar, ya."
"He he he."
"Aku takkan tenang kalau kau mendadak hilang."
"Janji!" Apo pun mengacungkan kelingkingnya. Lalu makan lagi tanpa menunggu disambut Mile. Dia pun diajak berkeliling seharian. Banyak belanja khas Jepang. Bahkan beli setumpuk komik yang membuat penasaran. "Ha ha ha! Aku akan baca semuanya sambil menunggu Mile. Bagus-bagus! Gambarnya cantik sekali ...."
"Ho, baiklah. Segitu sudah cukup sampai aku pulang?"
"Pasti. Mungkin malah lebih beberapa," kata Apo sambil menenteng paper bag penuh komik pilihannya. "Tapi kalau habis belikan lagi ya? Setidaknya sampai kembali ke Bangkok. Aku juga mau koleksi semuanya di rak buku. Yang besarrr ...."
Apapun itu, Mile takkan pernah membiarkan Apo berharap selama bisa dia berikan. Lelaki itu sukses meninggalkan Apo di hari pertama. Sementara sang istri 'haha-hihi' di kamar hotel sendirian. Dia menikmati adegan romantis dalam banyak komik. Walau kata 'baca' tidak bisa mewakili itu. Semuanya berbahasa Jepang, astaga. Apo tidak paham cerita semua komik. Tapi dia senang melihat ilustrasi menakjubkan. Lelaki itu membalik halamannya satu-satu. Untung ada yang berbahasa Inggris beberapa buku.
"Aku pulang ...."
Cup. Apo menoleh ketika pipinya dikecup. Lalu balas memberikan hal yang sama ke pipi Mile. "Selamat datang, Mile ...." katanya dengan senyuman. Lelaki itu duduk karena dibawakan 'oleh-oleh', lalu membongkar hadiahnya antusias. "Itu apa? Kimono yang pernah Mile bilang? Whoaaa .... ada sandal kayu juga! Apa yang biru punyaku?"
"Benar. Terus yang hitam milikku. Tapi aku harus mandi dulu. Gerah ...." kata Mile sambil melepasi dasi. Sang suami langsung bersih-bersih dan keramas, sementara Apo membuka buka panduan memakainya.
"Aku jadi ingin bisa Bahasa Jepang ...." keluh Apo karena tak sanggup menyerap isinya. Untung Mile bisa memakaikan, walau sang suami menjadikannya boneka hidup untuk didandani. "Loh? Kok jago? Mile pernah belajar khusus buat ini?" tanyanya saat diputar. Apo pun memunggungi Mile. Lalu menatap pantulan keduanya di cermin.
"Karena ini bukan Kimono. Kalau Kimono susah ... aku sendiri masih kesulitan," kata Mile sambil menyimpulkan tali pinggang Apo. "Tapi Yukata. Jadi masih bisa diakali."
"Oh ... beda ya ...." gumam Apo sambil mengangguk. "Terus, yang Mile pakai namanya apa? Kok dipisah atas-bawah? Aku suka motif garisnya yang keren ...."
"Ini Hakama. Sering dipakai samurai pada zaman dulu ...."
Apo pun berpikir sejenak. "Samurai?"
"Mereka yang membawa pedang kemana-mana," jelas Mile. "Ha ha ha ... kalau ingin besok kubelikan jenis ini juga. Bagaimana?"
"Mau ...." kata Apo sambil memainkan kipas dalam box hadiah. "Oh iya, habis ini kita pergi ke mana? Jalan-jalan? Nanti capek kalau pakai sandal kayu ...."
"Tenang saja. Sandalnya ringan. Zaman sekarang sudah dirancang lebih nyaman."
"Iyakah?"
"Nanti kalau masih kenapa-napa bisa kugendong. Ha ha ha ...."
"Ugh--M-Mileeeee!"
Mereka pun keluar hotel pukul 7 malam. Mampir ke restoran untuk mengisi perut. Lalu gabung ke kawasan jual beli para turis. Apo sebenarnya kesulitan melangkah, tapi Mile membiarkan karena lucu di matanya. Apalagi suara sandalnya ketika jalan. Tak, tuk, tak, tuk, tak, tuk--jika Apo tidak protes berarti semuanya baik-baik saja. "Lihat, kita bisa meletuskan kembang api jika membayar harga sesuai bandrolnya," tunjuk Mile ke sebuah banner. "Bagaimana?"
Apo pun menoleh perlahan. Ada tulisan (entah berapa ribu Yen di sana) lalu mengangguk saja. "Boleh lihat?" tanyanya. "Di sini biasa letus-letus kembang api ya?"
"Benar. Tapi sekarang harus bayar karena tidak bertepatan dengan event festival."
"Oh ...."
"...."
"Apa api-nya akan melompat ke langit?"
"Apa?"
"Lompat ... itu ... yang terbang terus hilang di udara ...." jelas Apo, karena di kerajaan dulu berbentuk meteor kecil hingga apinya habis di awang-awang.
Mile pun pura-pura paham saja.
"Oh ... iya. Apinya lompat dan berwarna-warni," kata Mile. Lalu mendekati si penjual. Dia pun me-request sebuah pertunjukan. Meninggalkan uang. Lalu meminta si penjual meletuskan kembang api jam 8 malam. "Hmm ... masih 10 menit lagi, Apo. Kita ke sana dulu untuk permen apel spesial."
"Eh?"
Apo pun digandeng lagi mirip anak ayam. Dia dibelikan banyak jajan tusuk (Ada yang berbentuk apel, bola tepung, juga cumi-cumi bakar manis) lalu mereka berhenti di sebuah toko topeng.
"Apa?"
"Itu ... Mile ... 'nyaaaaan~'" kata Apo dengan wajah sumeringah. Dia mencontohkan adegan di dalam komik. Tapi Mile tidak paham hingga Apo menunjuk sebuah benda. "Ya ampun ... yang telinganya kucing itu loh. Aku lihat di buku yang berjudul 'Natsume Yuujinchou'. Lucu sekali, kan? Kucingnya gemuk seperti sapi ... ha ha ha ha ...."
Mile pun membayangkan meski kebingungan. "Jadi kau menginginkannya?"
"Umn. Yang mirip Mr. Nyan. Tapi biar kupilih sendiri ...."
"Oke."
Apo pun lari-lari untuk mendekat. Matanya menelusur ke semua jenis topeng. Dan dia bersemangat saat 'tang-ting-tung' memilih dengan jari. Ke sana, kemari ... akhirnya dia jatuh hati ke topeng paling cantik di pojokan. "Hoho ... yang ini. Aku suka karena mirip siluman ...." cengirnya lalu diangguki si penjual.
"...." tanya Mile dalam Bahasa Jepang. Dia pun menyerahkan 5000 Yen karena pilihan Apo memang paling bagus. Lalu tersenyum karena lelaki itu langsung memakainya. (*)
(*) "Jadi, harganya berapa?"
"Mile ... Mile ... bagus tidak? Aku mirip dengan Mr. Nyan-Nyan?" tanya Apo sambil menyodorkan muka. Kedua mata besarnya berkedip-kedip. Tampak cantik. Tapi Mile membenahkan ulang pita topeng itu.
"Iya, bagus. Kau cocok pakai apapun ... sebentar--tapi masih agak miring ...."
"He he he ...."
Mereka pun berpandangan beberapa saat. Tak peduli orang lewat yang menoleh penasaran.
"Setelah kembang api mau menonton Opera?"
"Eh ... apa itu?"
"Pertunjukan di atas panggung. Semacam itulah. Tapi kalau sudah capek langsung film saja."
"Tidak kok. Aku kuat. Ternyata sandalnya enak dipakai. Ayo ...." kata Apo. Kini gantian dia yang menggandeng Mile. Lalu menjerit kesenangan karena melihat kembang api untuk pertama kalinya.
PATTTTSSSSSS!! DORRRRRRR!!
DORRRRR!! DORRRRR!! PATSSS!
DORRR! DORRRR! DORRRRR!
DOOORRRRRRRRR!!! DORRR!!
"WHOAAAAAAAAA!! INDAHNYAAAA! HA HA HA HA HA! LIHAT MILE! HA HA HA! CANTIK! WHOAAAA ADA LAGI! HA HA HA HA HA!" Apo pun bertepuk tangan tanpa sadar. Tapi kehebatan kembang api tidak bisa mengalihkan perhatian Mile dari wajah istrinya. Rasanya jadi ingin sering mengajakmu pergi ....
Malam itu, keduanya pun menikmati kebersamaan. Tanpa tahu ada sepasang mata yang memperhatikan tanpa berkedip.