Chereads / TRANSMIGRATION OF KING'S CONCUBINE [MileApo Fanfiction] / Chapter 18 - BAB 17: THE STRANGER WITCH

Chapter 18 - BAB 17: THE STRANGER WITCH

"Kehilanganmu adalah hal yang harusnya tak pernah ingin aku tahu ...."

[MILE PHAKPHUM ROMSAITHONG]

"Sayang?"

Apo pun segera mengusap air matanya ketika dipanggil. Dia fokus kepada Mile daripada dianggap gila. Sementara Cuanchen pamit dari sana. "Ya?" sahutnya.

"Besok mau berangkat ke pet-shop?" tawar Mile. "Tapi mungkin siang-siang. Sekitar pukul 1 atau 2? Kantor tidak libur, jadi kujemput kau waktu istirahat saja."

Apo segera mengangguk. "Iya, Mile." Jemarinya sempat gelisah di bawah meja. "Jadi, aku akan dapat Alaskan betulan?"

"Hm, Sayang. Mau berapa? Satu cukup?"

"Dua ...."

"Oke, dua. Tapi Alaskan semua?"

Apo berpikir sejenak. "Iya. Jantan dan betina, Mile," katanya. "Nanti biar punya baby banyak."

"Ha ...." Mile pun langsung terkekeh. "Kau sudah memikirkan sampai sana? Rumah kita mau dijadikan penangkaran doggy?"

"Umff--t-tidak boleh?" tanya Apo langsung panik. "Kalau begitu dua jantan biar tetap punya teman ...."

Mile ternyata hanya bercanda. Dia mengizinkan jantan dan betina. Lalu mengantar Apo memilih baby Alaskan di "Retro FD Pet-shop" daerah Wattana. Mereka membawa pulang anabul kembar umur 40 hari. Dan dari rincian Mile menghabiskan dana sekitar 37.000 baht untuk biaya adopsi, 3000 baht untuk mengurus akta resminya, dan 5000 baht untuk vitamin plus cadangan makanan. Sambil menggendong anabul mereka, Mile dan Apo pun berkeliling swalayan untuk berbelanja, tentunya semua barang dalam ceklist sudah ada dalam buku panduan adopsi.

Ada wortel, buncis, selada, apel, daging sapi, susu steril, beras, juga kentang segar untuk diolah. Alaskan Malamute rupanya tipe anjing yang ramah dan aktif. Jadi Apo terhibur mendengarnya mencicit karena belum ahli menyalak.

"Kuk! Kuk! Kuk!"

"Kuk! Kuk! Kuk!"

Gendongan Apo serasa sudah berat walau mereka masih bayi.

"Agak mirip dengan Samoyed, ya Mile?" kata Apo begitu pulang ke rumah. Mereka menurunkan Bobo dan Fufu ke halaman karena sudah pegal. Tapi si kembar berjalan malas-malasan. Mereka mengantuk habis jalan-jalan. Untung mau masuk rumah karena ingin ber-AC.

"Iya, tapi besarnya jangan dikata. Kau mungkin seperti ditimpa monster begitu umurnya 2-3 tahun."

"Ha ha ...." tawa Apo. "Mae bilang beratnya bisa mencapai 40 kilo."

"Benar."

"Lain kali boleh minta mainannya juga?" tanya Apo sebelum Mile balik ke kantor. "Aku yakin mereka senang kalau dibelikan bola."

"Ya, tentu." Mile mengesun pipi Apo untuk pamitan. "Dua hari lagi aku libur. Kita ajak mereka jalan-jalan untuk beli mainannya."

"Oke ...."

"Jaga mereka dengan baik selama aku di luar."

"Hm."

"Dah ...."

Apo pun tertawa karena Bobo dan Fufu berlarian keluar lagi. Semua karena mereka mendengarkan suara mobil Mile. Keduanya berputar-putar di sekitar kaki Apo. Menyalak lucu. Lalu lelaki itu dibantu pelayan menyiapkan makan siang mereka.

"Jadi sayurannya harus dipotong, Tuan?"

"Iya, biar mudah dikunyah katanya." Di dapur Apo pun belajar menjadi orangtua adopsi yang baik. Dan kesibukan itu membantu perasaannya mendingan. Dia membuka tutorial YouTube dan buku panduan sekaligus. Semua agar hasilnya tak mengecewakan. Usai dipotong-potong, baik wortel, buncis, kentang, dan apelnya dikukus semua. Sementara Apo menuang susu steril ke wadah makan mereka. Dia menyajikan dua mangkuk nasi lengkap daging sapi suwir. Tentunya diberi bumbu dan juga vitamin sehat.

"Kuk! Kuk! Kuk!"

"Kuk! Kuk! Kuk!"

"Iya-iyaaaa ... sebentar ...." kata Apo sembari meletakkan wadah-wadah makanan di lantai. "Kalian tidak sabaran sekali. Ha ha ha ... sudah lapar, ya?"

"Kuk! Kuk! Kuk!"

"Kuk! Kuk! Kuk!"

Bobo dan Fufu pun menyeruduk makanan mereka segera. Keduanya mengunyah lahap pada mangkuk masing-masing. Sesekali menjilat susu steril dalam wadah yang lainnya,, walau Apo pusing saat membaca buku panduannya makin ke belakang. "Eh? Eh? Boleh aku tanya dulu tidak?"

"Iya, Tuan?"

Seorang pelayan mendekat.

"Ini loh ... grooming itu apa ya?" kata Apo sambil menunjuk sebuah istilah. "Kok disebut berkali-kali. Aku tidak paham, sungguh. Itu seperti memandikan mereka?"

Si pelayan pun tersenyum tipis. "Oh, iya ... itu seperti membersihkan bulu di salon," katanya, walau memendam heran kenapa majikannya tak paham hal sesederhana ini. "Jadi, Bobo dan Fufu akan di-shampoo, Tuan. Disikat giginya. Dipotong kukunya. Dirapikan bulunya. Terus biasanya dibawa pulang kalau sudah bersih."

"Oh ...." Apo pun mengobok-obok tas bawaan pet-shop-nya. "Kalau ini, apa namanya? Sisir cukur?"

"Ha ha ha ha ha ha ...." tawa si pelayan refleks. Dia tak tahan Apo langsung menyalakan benda itu. Apalagi ujungnya bergetar hebat hingga dijauhkan. "Aduh, Tuan. Iya, tapi hati-hati jangan dibawa begitu ...."

"Eh?"

"Nanti bahaya dan mencukur yang tidak-tidak ...."

"Oh ... ha ha ha ha ha." Apo pun ikut tertawa. Namun dia disarankan pelayan untuk tak menggunakannya sendiri. Lebih baik grooming di luar saja. Sekalian minta ajari dulu. Salah-salah nanti si kembar botak karena keliru teknik. Lalu Apo yang setuju memasukkan sisirnya kembali.

Dua hari kemudian, Mile pun benar-benar menepati perkataannya. Apo gembira mendapat dua kalung anak anjing. Jadi dia memasangnya terlebih dahulu sebelum keluar. "Waaah! Terima kasih, Mile!!" katanya. "Ini cantik! Bobo dan Fufu pasti suka!"

"Sama-sama ...."

Namun, setelah grooming dan ke resto untuk makan. Mendadak leher Apo terasa begitu panas. "Akhh--"

"Kenapa?" tanya Mile, seketika berhenti mengunyah karena Apo menyentuh jakunnya. Lelaki itu tidak tahu kalung gaib Apo menyala hingga menimbulkan rasa panik. Lalu berdiri dari kursi daripada gelisah di tempat.

"A-Aku mau pulang ...." kata Apo sambil menarik tangan Mile. Sang suami pun langsung heran. Sebab tadi Apo baik-baik saja.

"Kau ingin muntah atau bagaimana? Makanannya tidak enak?" tanya Mile, yang  tidak langsung menuruti karena menu baru disajikan. "Kau bahkan belum habis dua sendok, Sayang. Apa hanya tidak enak badan--"

"Ya ...." sela Apo dengan mata berkaca-kaca. "Sangat tidak enak, Mile. Ayo ...." ajaknya. "Aku ingin cepat-cepat tidur ...."

"Sebentar, sebentar ...."

"Serius, cepat ...."

Mile pun mengunyah daging yang terlanjur masuk mulut. Dia lantas segera minum, meski tak paham kenapa istrinya bertingkah aneh (untuk kesekian kalinya). Sayang Mile tak jadi berdiri. Sebab ada sapaan lembut dari balik punggung Apo.

"Ohh, wooow! Mile Phakphum Romsaithong?"

"Ya?"

Apo dan Mile seketika menoleh.

"Waaaaah ... tak kusangka kita akan bertemu di sini," kata wanita itu dengan nada yang sensual. Wajahnya familiar di mata Apo. Hanya saja tatapan tersebut lebih menggigit dan panas. Dia memiliki aura dominan yang kental. Tampak nakal karena memainkan puntung rokok di sela jari, sampai-sampai Mile langsung ingat dia siapa.

"Hai, Hastumomo ...." gumam Mile, tapi segera meralat perkataannya. "Ah--bukan. Salah-salah. Hatsumomo itu nama di film, kan? Ha ha ha ... apa kabar Nona Lee?" sapanya. Membuat Apo terjebak di sana.

"Hai, Sweety. Kukira kau sudah lupa denganku," kata Lee. "Kapan terakhir kita bertemu? Waktu ayahmu bisnis di Surat Thani? Aku diundang ke acara after-party waktu itu."

"Oh, ya ...." kata Mile, yang segera mengangkup tangan sebagai salam bertemu. "Sudah lama sekali, ya? Sekarang Anda sibuk apa?"

"Sibuk apa?" Lee melirik ke Apo yang tampak resah. "Syuting saja. Ada projek baru film Mulan yang akan segera rilis. Kau tahu? Aku selalu jadi antagonis dimana-mana. Ha ha ha ...." Dia duduk di sebelah kursi Apo. "Oh, iya ... boleh tidak aku bergabung kemari? Kebetulan menu kalian masih sangat banyak. Aku akan senang jika ditemani sampai manajerku datang."

Demi kesopanan, Mile pun segera mempersilahkan. "Silahkan ... silahkan ...." katanya. "Kami juga baru mau makan."

"Mile ...." bisik Apo.

Mile pun menatap istrinya lembut. "Mau kuantar dulu ke toilet?" tawarnya. "Siapa tahu badanmu baikan setelah muntah atau buang air."

"Ugh, tapi--" Apo pun melirik ke Lee yang wajahnya mirip sekali dengan Ratu Praya. Bohong jika dia tidak gemetar melihat Lee kenal dengan suaminya. "B-Baiklah. Kemana? Aku pergi sendiri daripada kurang sopan."

"Yakin?"

"Iya ...."

"Ya sudah, tapi jangan lupa tanya jalan pada waiter," kata Mile, masih bisik-bisik dengan Apo. "Dan segeralah kembali jika sudah selesai."

"Iya ...."

Mile pun kembali duduk, sementara Apo kabur dari sana. Lee langsung didatangi waiter, memilih menu, lalu dia bilang, "Samakan saja dengan menu yang ada di meja."

"Baik, Nona ...."

"Good," kata Lee. "Jangan lama-lama karena aku menyusul di sini."

Mile tersenyum saat Lee mematikan rokok menggunakan mangkuk lilin. Lalu mengangguk saat dimintai tolong tisu. Mereka pun mulai bercengkerama sembari menunggu menu, sementara Apo sibuk mencari jalan menuju parkiran.

"Kuk! Kuk! Kuk! Kuk!"

"Kuk! Kuk! Kuk! Kuk!"

Bobo dan Fufu rupanya menyadari kalung Apo menyala. Mereka berputar-putar di dalam kandang. Menyeruduk kerangkeng besi. Tapi Apo justru memeluk lututnya sendiri di balik setir.

"Panas ...." kata Apo. Tak peduli dengan salakan lucu si kembar.

"Kuk! Kuk! Kuk! Kuk!"

"Kuk! Kuk! Kuk! Kuk!"

"Panas, Bobo--tahu tidak? Panas sekali di sini ...." keluh Apo sambil meremas leher. Anehnya sensasi itu berangsur hilang, cahayanya redup, meski tidak benar-benar mati. ".... aku lama-lama tidak tahan. Ugh ... tapi kupikir yang menyeberang bukan sembarangan orang? Apa Tuan Chen bohong soal kematian tidak adil itu? Tapi kenapa Yang Mulia Ratu kemari?"

"Kuk! Kuk! Kuk!"

"Aku baru tahu sihirnya sekuat ini ...."

Sedikit banyak Apo benci situasi barusan, hanya saja dia bersyukur. Dengan munculnya Nona Lee, Apo tahu Ratu Praya sungguh membencinya. Namun, bukan cuma Lee yang kini Apo cemaskan. Mile sendiri pun bisa jadi musuh jika tak berhenti mengorek rahasianya. Karena rasa penasaran sang suami bisa melemparnya kembali ke kerajaan.

Apo pun merasakan kesepian. Dia takut karena maju-mundur tetap kena. Mana tahu gerbang gaibnya makin terbuka. Apo benar-benar tak mau pulang sebagai penari. Dia benci. Lalu keluar mencari taksi untuk pergi.

"Kuk! Kuk! Kuk! Kuk!"

"Kuk! Kuk! Kuk! Kuk!"

"Diam dulu, tolong. Aku harus jauh-jauh dari sini ...." kata Apo. Tetap mengayunkan tangan ke jalanan, meski Mile ingin dia masuk kembali. "Aku tak mau kena sihirnya."

Akhirnya sebuah taksi pun berhenti di depan Apo. Apo masuk. Namun saat ditanya tujuan, Apo bilang "Yang penting jauh dari sini ...."

"Baik ...."

"Nanti kalau aku suruh kembali, ya kembali, Tuan ...."

"Hah? Tuan?" bingung si sopir.

"I-Iya? Maksudku ... Pak?" kata Apo bingung sangking resahnya. "Pokoknya cepat jalan saja."

"Oke."

BRRRMMMMMMMMMM!!

Cahaya kalung Apo pun makin lemah dan  gelap. Kemudian hilang total saat melewati lampu merah. Meskipun begitu Apo sempat menoleh ke belakang karena takut. Bagaimana pun baru kali ini dia meninggalkan Mile.

"Aku harus menghubungi Ibu ...." batin Apo sambil mengeluarkan ponsel. "Ibu dan Ayah pasti membantu ...."

Trrrrrtttttttt!!

Apo pun menatap keluar jendela sambil menunggu diangkat. Namun sang Ibu yang berubah jadi pebisnis memang sulit menerima panggilan. Sebab wanita itu sibuk di kantor seperti Mile. Padahal di dunia kerajaan hanya menjadi penjahit, jadilah mereka belum bicara lagi sejak bertemu terakhir kali. Paling-paling hanya menjawab pesan Apo jika sempat.

"Ayo, Bu ... angkat ...." gumam Apo ketar-ketir. Dia pun mengulanginya hingga 12 kali. Barulah Miri menjawab dari seberang sana.

"Halo, Sayang? What's up? Apakah ada masalah? Sorry, Ibu baru saja selesai meeting."

"Ugh, Ibu ...." Apo refleks mengucek matanya. "Bisa kita nanti bertemu? Atau kapan? Aku rasa cuma bisa cerita ke Ibu dan Ayah ...."

Sebagai sesama penyeberang, Miri pun paham masalah puteranya. Dia pun segera meletakkan dokumen karena ingin fokus kepada Apo. "Bagaimana, Nak? Bisa ulangi sekali lagi? Bertemu?"

"Iya ...."

"Kalau lama-lama belum bisa. Pekan ini ribut sekali, Sayang. Tapi kau boleh datang kalau ada apa-apa. Kemari saja. Ke kantor kami. Ayah sebenarnya ingin bertemu setelah tahu kau ada di sini," kata Miri. "Tapi kan, kau sudah menikah ya sekarang. Jadi tidak mau mengganggu banyak. Nanti Ibu share-lock kalau mau tahu alamatnya."

"Hiks--iya, Bu ...." Apo tanpa sadar mengucek matanya. "Maaf malah menganggu Ibu lagi. Cuman aku tidak mau kembali ... hiks-hiks ... lagipula Ayah dan Ibu sudah pindah juga. Aku tidak mau sendirian di sana ...."

"Iya, Sayang. Tenang dulu ...." kata Miri. Keningnya berdenyut-denyut karena baru memeras otak di tempat rapat. "Jangan menangis, oke? Raja bodoh itu tak ada di sini. Dia tertinggal, Sayang. Ingatlah kau tidak ditiduri pria tua lagi."

"Hiks, hiks ... iya--tapi, Ratu Praya ternyata ada di sini ... hiks ...."

"APA?!" kaget Miri.

Anehnya, Apo tidak menjauhkan ponsel, meski telinganya pengang. "Iya, Bu. Yang Mulia ada di resto bersamaku waktu makan siang. W-Wajahnya mirip ... hiks ... cuma di sini namanya Nona Lee--hiks ... hiks ...."

Miri pun langsung mengomel-ngomel. "Tidak! Tidak mungkin! Mana ada wanita lacur itu ikut? Dia pasti bukan Yang Mulia, oke, Sayang? Kau mungkin hanya sedang salah lihat."

"Ibu juga tidak percaya padaku? Hiks ... hiks ..."

"Shhh, ya ampun--please ... maksudnya bukan begitu," kata Miri. "Tuan Chen bilang kan ... siapa pun yang menyeberang pasti orang baik? Mereka takkan diberi kesempatan hidup lagi jika cuma merusak."

Apo pun berusaha mengatur napas. "Terus, jika bukan--ugh ... y-yang kulihat tadi siapa, Bu?" tanyanya. "Sumpah Nona Lee ada di depanku. Dia bicara dengan suamiku. Aku tidak salah lihat ...."

Miri pun memijit kening. "Ya sudah, kau datang saja tapi jangan langsung, hm? Bagaimana kalau sore-sore? Ibu usahakan pekerjaan di sini cepat selesai."

"Baik, Bu."

"Terus, lebih baik kau datang ke rumah saja. Di sana ada Zizi, adikmu di dunia ini. Zizi akan kuberitahu kalau nanti ada tamu. Jadi kau masuklah menungguku pulang."

"Umn ...."

"Berbincang lah dengan Zizi dan kenalan. Tapi jangan sebagai kakak, ya Sayang? Sepupu jauh saja boleh. Nanti yang ada dia bingung," jelas Miri. "Maksudnya, aneh kan tiba-tiba punya kakak baru? Dari mana? Tapi Ayah kusuruh ikut meet-up sekalian biar kumpul-kumpul."

"Iya ...."

"Oke, sementara begitu saja. Kau tetaplah tenang karena ini baru jam 1 siang," kata Miri. ".... masih banyak waktu sampai kita bertemu, Nak. Jadi nikmatilah harimu dan jangan bersedih."

"Umn."

Apo pun sedikit lega setelah bicara dengan Miri. Dia berhenti menangis, tapi baru sadar dapat panggilan lain berkali-kali.

[Mile]

(12 dissmissed)

[Jirayu Sopir]

(10 dissmissed)

[Mile: Sayang, kau dimana? Kenapa tidak kembali? Nona Lee tadi menanyakanmu berkali-kali. Bobo dan Fufu juga rewel di mobil. Beritahu aku nanti kujemput kalau tersesat]

[Mile: Sayang, jangan bercanda. Tolonglah. Angkat. Aku tidak akan marah kalau kau memang sakit. Maaf juga tadi sudah--]

Apo langsung scroll ke chat Jirayu.

[Jirayu Sopir: Tuan Natta, Anda dimana? Kok pergi tidak bilang-bilang Saya? Saya habis kena marah Tuan Mile karena Anda tidak menelepon. Lain kali jika Anda butuh tumpangan, mohon hubungi Saya, ya? Tuan Natta tolong jawab telepon Saya ....]

[Jirayu Sopir: Anda ini sebenarnya dimana, Tuan Natta. Saya jemput--]

Apo langsung menutup telepon tanpa membacanya hingga habis. "Hiks ... hiks .... hiks ...."

.... sebab dia tak kuat lagi dengan tekanan seperti ini.

Apo hanya ingin hidup tanpa harus berlari sepanjang waktu. Dia benci membohongi sosok yang paling dicintai. Namun kenapa hal sesederhana ini begitu sulit?

"Hiks ... hiks ... Mile ...."

"Tuan, Anda tidak apa-apa?" tanya sopir dari kursi depan.

".... hiks, aku benar-benar minta maaf ...."

"Tuan?"

Apo hanya bergelut dengan perasaannya. Tak menghiraukan apapun. Tahu-tahu ada lengkingan klakson nyaring dari depan sana.

"Mile ... hiks ... hiks ... maaf ...."

TIIIIIIIINNNNNN!! TIIIIIN TIIIINNNN!

BRRRRMMMMMMMMMMMM!!

"AWAAAAAAAASSSS!! MINGGIR KALIAN SEMUAAAAAAAAAAAAA!! MINGGIR!!!

REM BLONG!! REM BLONG!! MINGGIRR!!"

TIIIIINNNNNN!! TIIIIIINNN!! TIIIIIIIN!

"BRENGSEK!! DARI MANA DATANGNYA KALIAN?! KENAPA TIDAK KALIAN SAJA YANG MINGGIR--"

BRAKKKHHHHHHHHHHHH!!!!

SRAAAAKKKHHHHHHHHHH!!

Begitu benturan dump-truck dengan taksi Apo terjadi, kedua mobil pun terseret di jalan raya hingga memutar dan menabrak pengendara motor lain dari belakangnya.

BRAAAKHHHH!!

BRAKHHHHH!!

BRAKHHH!!!

BRRMMMMMMM!!

Truck pun seketika berhenti, taksi Apo hancur separuh di bagian depan, dua pengendara motor terlempar. Satunya lagi terseret hingga ayah dan anak terguling ke trotoar jalan.

Tak ada lagi teriakan yang bisa didengar.

Semua kacau.

Segala hal sudah teredam oleh bunyi seretan mesin yang lebih kencang. Bensin satu motor bocor. Lalu ledakan besar terjadi mendadak di tempat itu.

DUARRRRRRRRRRR!!! DUARRRRR!!

DUARRRRR!!! BOOOOOOOMMMMM!!

Segalanya menjadi gelap.