Arc 1: Apakah Kau Bilang bahwa Anak-anak Itu Lucu?!
"Kau turun di hadapanku...seperti seorang Dewa. Sejak saat itu, kau menjadi pusat dari seluruh duniaku."
.
.
Suasana rumah duka itu muram dan mendekam. Seolah-olah langit pun berduka mengiringi kematian pasangan suami istri itu, turunlah gerimis ringan, membungkus Bumi dalam nuansa dingin di tengah musim semi.
Ren Zexi yang berumur lima tahun berlutut di samping peti mati, matanya yang bulat menatap kosong. Konsep kematian masih kabur di benaknya. Akan tetapi, dari pembicaraan yang dia dengar beberapa hari ini, dia mengerti satu hal; orang tuanya telah meninggalkannya. Mereka tidak akan kembali lagi. Selamanya.
Tak jauh darinya, ada seorang wanita yang baru dilihatnya dua kali. Memakai gaun hitam elegan yang dihiasi mutiara, dia menangis pilu di depan peti mati. "Sepupu...Sepupu ipar. Bagaimana bisa...Bagaimana kalian berdua pergi begitu saja? Bagaimana dengan anakmu, Ren Zexi? Bagaimana dengan aku?"
Bibi gembrot di belakangnya, Lin Jiao, menopangnya dengan lengan. "Aduh, Nona Ling." Ekspresi Bibi tampak sedih, namun tidak ada banyak yang bisa dilihat di matanya. "Biarkanlah masa lalu berlalu. Yang mati tidak bisa kembali dan yang hidup harus terus hidup."
Ling Hanying menepuk-nepuk matanya dengan saputangan, tepi matanya memerah. "Bibi, Anda tetangga mereka kan? Bagaimana bisa…Bagaimana bisa mereka mati tiba-tiba seperti ini?"
Lin Jiao menghela napas dan menggelengkan kepalanya. "Kamu belum dengar? Sepertinya ada kebocoran gas di dapur. Istri ambruk sebelum sempat meminta tolong dan suami meninggal dalam tidurnya. Aduh, hanya si Kecil Zexi yang tersisa karena dia sedang di sekolah. Ini beruntung atau sial ya?"
Di satu sisi ada wanita yang menangis, sementara di sisi lain, kerabat almarhum duduk di meja panjang. Lima orang saling pandang dengan makna. "Bagaimana nih?"
"Sertifikat tanahnya ada di rumah. Tua Ren dan istrinya bahkan tidak menduga ini kan? Tidak ada surat wasiat sama sekali."
Tawa sinis terdengar setelah itu, "Apa yang bisa mereka tinggalkan dalam surat wasiat mereka? Restoran compang-camping itu?"
"Diam, meskipun jelek, tanah itu sendiri sangat berharga. Dalam beberapa tahun ke depan, pasti akan berharga mahal. Saya sepupu maternal Tua Ren, sertifikat tanah seharusnya jatuh ke tangan saya."
"Hah! Jika berdasarkan silsilah keluarga, maka saya adalah kakak kandungnya. Bukan saya yang paling berhak?"
"Ngomong ah. Terus ngomong soal sertifikat tanah. Jika kalian ingin mendapatkannya, maka kalian harus memberi makan anaknya juga!"
Kesunyian menyusul setelah kalimat terakhir itu diucapkan. Itu benar, masih ada putra Tua Ren, Ren Zexi yang masih sangat muda. Terlepas dari apa yang terjadi, anak itu membutuhkan pengasuh. Ada banyak hal yang harus diurus. Biaya sekolah, makanan dan pakaian, dan banyak pengeluaran lainnya…
Lagipula, tanpa bimbingan, mudah baginya untuk menjadi anak nakal di masa depan. Jika dia tumbuh bengkok dan menempuh jalur yang salah, siapa yang akan cukup sabar untuk merawatnya?
Mereka menginginkan sertifikat tanah, tetapi bukan anak yang akan datang bersama dengan itu.
Untuk sementara waktu, kelima orang itu tidak bisa mencapai kesepakatan. Mereka mendorong Ren Zexi ke satu sama lain seolah dia hanya komoditas yang tidak diinginkan dan bukan manusia hidup dengan emosi dan perasaan yang nyata.
Suara mereka bahkan tidak tertahan sama sekali. Setiap kalimat terdengar jelas di telinga Ren Zexi. Bahu kecil dan rapuhnya bergetar dan lapisan kelembapan terbentuk di matanya. Sejak kematian orang tuanya, dunianya tenggelam ke dalam kegelapan. Tidak ada lagi yang akan datang dan membangunkannya dengan ciuman, juga tidak akan ada lagi aroma makanan lezat dari dapur. Dia juga tidak bisa mencium aroma deterjen lembut dan sinar matahari di sweter ayahnya dan merasakan kehangatan pelukan ibunya lagi.
Semua telah hilang.
Hanya dalam beberapa hari, dia telah merindukan mereka dengan sangat.
Setetes air mata mengalir turun pipinya ke tikar tatami dan menghilang tanpa bekas.
Tiba-tiba terdengar suara keributan di pintu masuk rumah duka.
"Hei, lihat itu!"
"Ya Tuhan! Apakah saya bermimpi?! Itu adalah...Lu Yizhou? CEO Grup Lu, Lu Yizhou?!"
"Apa?! Konglomerat Grup Lu?! Dia datang ke sini untuk apa?"
Suasana mendekam hilang, berubah menjadi kegaduhan yang penuh kegembiraan. Mata orang-orang memandang pria yang baru saja masuk. Memakai setelan jas tiga potong edisi terbatas, kehadirannya sangat memerintah, membuat semua orang tanpa sadar menahan napas mereka. Pakaian itu memeluk tubuhnya yang tinggi dan proporsional. Ditambah dengan wajahnya yang menarik secara luar biasa, dia mirip Adonis yang baru saja memberkati Bumi dengan kehadiran kudusnya.
Di tengah ruang yang kecil, gelap, dan sempit, seolah-olah dia dikelilingi oleh sebuah halo. Dua pengawal berbadan kekar mengikutinya masuk, dengan waspada memindai sekitar mencari ancaman potensial.
Pria itu tidak peduli dengan keributan yang dia ciptakan. Dia melihat-lihat, seolah mencari sesuatu, lalu matanya tertuju pada anak itu yang berlutut seperti patung di samping peti mati, tidak sadar akan situasi di sekitarnya.
Menghela napas, Lu Yizhou mengangkat tangan dan pengawalnya segera menyerahkan rangkaian bunga yang indah.
Satu langkah demi satu langkah, dia berjalan maju, mengabaikan dua wanita yang ternganga padanya dan membungkuk untuk memberi penghormatan.
Untuk sesaat, rumah duka yang riuh menjadi sunyi secara aneh.
Lu Yizhou perlahan membuka matanya. Kemudian, dia mendekati Ren Zexi yang kecil dan berdiri di hadapannya, bingung.
Mata Ren Zexi hanya tertancap di tanah sepanjang pemakaman, matanya dan pikirannya kosong. Kemudian tiba-tiba, sepasang sepatu hitam, mengkilap, dan mahal muncul di hadapannya. Dengan mati rasa, dia menaikkan kepalanya, mengikuti postur tubuh pria itu hingga ke wajahnya.
Dia sangat tinggi, itulah kesan pertama Ren Zexi tentang Lu Yizhou. Lebih tinggi dari Papa. Dan bersinar sangat terang juga...
Karena cahaya, dia harus menyipitkan matanya, mencoba memahami fitur wajah pria itu yang samar.
Hingga bertahun-tahun kemudian, Ren Zexi masih akan teringat dengan jelas saat dia pertama kali bertemu dengan Lu Yizhou. Pria itu turun di hadapannya seperti sebuah Dewa, rambutnya yang cokelat muda — hampir emas warnanya — bergerak-gerak setiap gerakannya. Di tengah dunianya yang gelap, itu seperti kilat yang secara paksa menyerbu ke dalam dan menerangi ruangan dengan cahaya yang membutakan.
Begitu kuat. Begitu mengesankan. Begitu cantik memukau.
Meraba rasa tidak nyaman anak itu, Lu Yizhou akhirnya sadar dari lamunannya dan berjongkok. Wajah yang pucat bagaikan rembulan masuk ke dalam pandangan Ren Zexi; alis tajam, hidung tinggi, bibir tipis pucat. Mata pria itu sangat terang, perak, menatap lurus kepadanya.
Lu Yizhou hati-hati mengulurkan tangannya. Sebuah tangan yang begitu indah dan sempurna tanpa kapalan namun Ren Zexi bereaksi seolah-olah pria itu telah membakarnya. Dia mengerutkan lehernya dan menutup matanya dengan takut, bahu bergetar. Dia mirip seperti anak kucing yang baru lahir, ketakutan, yang kebasahan dalam hujan, menyedihkan dan menarik.
Lu Yizhou membeku dan jemarinya meringkuk menjadi kepalan yang longgar.
Semua orang mengira bahwa dia mulai marah—atau bahkan merasa terhina—oleh reaksi berlebihan Ren Zexi, menertawakan kesialan anak itu. Padahal, dia sedang berbicara dengan seseorang dalam pikirannya. Bukan, bukan seseorang. Melainkan sebuah sistem.
[Mengapa dia begitu takut padaku? Apakah aku sebegitu menakutkan?]
[666: Tuan Rumah tampan! Tuan Rumah perkasa! 666 paling suka Tuan Rumah! Bagaimana bisa Tuan Rumah menakutkan? Dia hanya sangat kasihan huhuhu. Sebelum pemakaman, dia tinggal di rumah paman dan setiap hari, pria itu akan memukulnya dan hanya ingat untuk memberi makan sekali sehari. Lihat sekarang betapa kurusnya dia!]
Lu Yizhou tidak merasakan perubahan apapun di hatinya. Toh ini hanya dunia simulator.
[Ini penjahat dunia ini?] Lu Yizhou memandang anak yang gemetar itu dengan tatapan yang rumit.
[666: Iya, 666 tidak akan salah tentang ini! Dia Ren Zexi, putra Ren Zexian dan Huang Yahui. Menurut plot, jika Anda tidak muncul, maka Ren Zexi akan diadopsi oleh pamannya dan restoran ayahnya juga akan jatuh ke tangan si anak. Ren Zexi akan disiksa parah dan kelaparan sampai-sampai menjadi kurus kering. Pada satu kesempatan, pamannya yang bajingan itu bahkan menuangkan air mendidih kepadanya, membuat banyak bekas bakar besar yang mengerikan di seluruh tubuhnya! Lihat wajah tampan dan imut ini! Bagaimana seseorang berani menyakiti dia?! Masihkah mereka manusia?!]
[Berhenti.] Lu Yizhou mencubit jembatan hidungnya. [Kamu terlalu berisik. Tolong berikan aku informasi yang relevan dan hindari komentar yang tidak perlu.]
[666: QAQ]
Lu Yizhou menghela nafas. Mendengar itu, Ren Zexi mengecilkan diri karena ketakutan. Mata bulatnya penuh dengan air mata dan dia memandang Lu Yizhou seolah-olah dia adalah monster.
Yah, saat ini setiap orang di sekitar Ren Zexi hampir semua adalah monster.
Dia mengingat wajah pamannya yang berubah bentuk dan bagaimana dia akan tidur dengan tubuhnya sakit di mana-mana dan perutnya berbunyi. Dia tidak berani menangis keras karena pernah dipukuli karena itu. Jadi, dia hanya bisa menggigit selimut untuk meredam isak tangisnya sambil menangis memanggil mama dan papa, memohon mereka untuk kembali dan membawanya bersama mereka.
Mama, aku takut…Ren Zexi menutup matanya, air mata besar menetes dari matanya. Kelembapan itu membuat bulu matanya yang keriting tampak lebih gelap dari biasanya. Dia bersiap untuk tamparan yang akan datang tapi yang dia dapatkan malah…tepukan lembut di kepalanya, dengan lembut mengacaukan rambutnya.
Ren Zexi menatap ke atas, bingung.
"Jangan takut." Suara pria itu yang dalam dan magnetis sampai ke telinganya. Itu dingin tanpa fluktuasi tapi entah bagaimana, berhasil menenangkan Ren Zexi. "Aku teman ayahmu. Namaku Lu Yizhou. Kamu bisa memanggilku Paman Lu."
"Paman…Lu?" Suara anak itu yang lembut dan seperti susu memanggil dengan hati-hati.
"Benar. Mulai dari hari ini, kamu akan tinggal bersama denganku." Lu Yizhou kembali mengulurkan tangannya. "Bagaimana?"
Area sekitarnya langsung meledak menjadi keributan yang besar. Lu Yizhou adalah teman Tua Ren? Sejak kapan pemilik restoran kumuh menjadi teman dengan Bos Besar Grup Yi?! Astaga, Ren Zexian ini benar-benar sangat pandai menyembunyikan diri!
Ren Zexi ragu-ragu. Dia belum pernah melihat paman ini sebelumnya dan pengalamannya beberapa hari terakhir ini memaksanya untuk waspada terhadap orang asing. Namun, ada sesuatu di mata pria itu, cara dia menatap langsung padanya, yang membuat Ren Zexi merasa harus mempercayainya.
Lu Yizhou dengan sabar menunggu dan mengamati perubahan cepat pada wajah anak itu. Dia bahkan bisa mendengar roda gigi berputar di kepala kecil anak itu.
Lu Yizhou pernah menunggu seperti ini sekali sebelumnya. Saat dia memancing kucing liar untuk keluar dari got kotor, dia juga memegang ikan di tangannya. Sesekali, kucing itu akan mengintip keluar untuk mengamati dia. Lalu, setelah memastikan bahwa dia tidak berbahaya, perlahan-lahan berjingkat mendekat, mencium ikan di tangannya, membuka mulut dan mengambil gigitan kecil.
...Hanya kemudian Lu Yizhou akan hati-hati mengelus tubuh kecil dan berbulu kucing itu.
Senyum kecil terlihat di wajahnya sebelum dengan cepat menghilang.
Tepat seperti yang dia duga, Ren Zexi sangat mirip dengan kucingnya yang telah mati seminggu sebelum dia bunuh diri.
Anak itu mengintip Lu Yizhou dari balik bulu matanya lalu dengan gemetar menyentuh tangan Lu Yizhou untuk sesaat sebelum mundur karena refleks.
Wajahnya langsung pucat pasi dan dia menatap Lu Yizhou dengan mata lebar yang takut. Melihat dia tidak terpengaruh, Ren Zexi perlahan menghela nafas lega dan sekali lagi meraih dan memegang jari…manis pria itu.
"Anak baik." Lu Yizhou sekali lagi mengelus kepalanya.
Mata Ren Zexi tertuju pada wajahnya, linglung.
Sadar dari lamunannya, mata Ren Zexi secara bertahap berbinar dan keberaniannya naik. Dari jari manis pria itu, dia memegang jari lain, lalu jari lainnya. Sampai akhirnya dia dengan erat memegang telapak tangan Lu Yizhou yang lebar.
Lu Yizhou membawa anak kecil itu ke dalam pelukannya dan menepuk punggungnya, berdiri.
"Bos," pengawal itu melangkah maju. "Tubuh Anda—Bagaimana jika Anda serahkan dia padaku?"
Melihat paman lain yang lebih menakutkan, tubuh Ren Zexi mengeras dan dia secara naluri menempelkan wajahnya di bahu Lu Yizhou. Tubuh hangat anak itu menempel padanya dan aroma susu yang manis tercium ke hidungnya. Itu berbau sangat menyenangkan dan murni.
Lu Yizhou menggelengkan kepala dan menenangkan punggung Ren Zexi dengan menepuk-nepuk. "Tidak perlu. Kamu pergi dan urus masalah di sini."
Dia mengabaikan orang-orang yang berusaha mendekat hanya untuk dihalangi oleh pengawalnya.
"C—CEO Lu! CEO Lu, itu keponakan saya ah! Bagaimana bisa Anda begitu saja membawa dia pergi?!"
CEO Lu, bagaimana Anda mengenal Tua Ren kami? Kami adalah keluarga Tua Ren dan Si Kecil Zexi juga adalah keluarga kami!"
"Tidak…" Ren Zexi gemetar semakin merapat seolah bisa bersembunyi dari dunia ini, terisak. "Aku tidak mau pergi dengan mereka, Paman Lu…"
Lu Yizhou tidak mengatakan apa-apa selain kembali menepuk punggungnya. Namun, seolah-olah Ren Zexi bisa mendengar apa yang coba dikatakan oleh pria itu.
—Jangan khawatir. Aku tidak akan menyerahkanmu pada mereka.
Ren Zexi berpegangan padanya dan menangis pelan, meluapkan semua kesedihannya, ketakutan dan keluhan. Lu Yizhou tidak melakukan apa-apa selain membiarkan dia menangis. Tapi bagi Zexi kecil, itu sudah cukup, lebih dari cukup. Dia memeluk leher pria itu dengan erat dan merasakan kehangatan yang telah lama hilang meresap ke dada.
Tidak diketahui berapa lama dia menangis ketika tubuhnya perlahan-lahan rileks dan kelopak matanya berkerdip lalu tertutup. Tidak butuh waktu lama dia tertidur, masih dengan air mata di bulu matanya.
Dalam pelukan Lu Yizhou, Ren Zexi merasa sangat, sangat aman dan terlindungi.