Chapter 3 - BAB 2: THE LIVING DEAD

Ngakak gua baca review bab 1, ye kan ceritanya transmigrasi. Harus langsung mati, biar cepet-cepet pindah dunia. Kalau tamat gitu aja gak jadi FF MileApo dong. Pen cubit kalian bertiga. Yang ketiga paling kocak si, Segala pake kepala disambung lagi. Hahahaha.

***

Tahun 2025, Bangkok, Thailand.

Apo membuka mata dalam kondisi kebingungan. Dia tidak menemukan dekorasi serba mewah di kamarnya yang biasa, melainkan ruangan yang serba futuristik. Kenapa beda dari tempat tinggalnya sehari-hari? Apo pun menggerak-gerakkan tangannya sendiri yang ternyata dipasangi selang-selang infus.

"Ini apa?" gumam Apo. Baru saja dia mau melepas selang tersebut karena penasaran, tiba-tiba suara seorang pria mengagetkan dari ambang pintu.

BRAKH! PRANG!

"APO!" teriak pria itu yang langsung berlari kepadanya. Nampan berisi makanan yang tumpah tak dia pedulikan. Malahan memburu Apo untuk memeluknya sambil menangis. "Ya Tuhan! Kau bangun juga akhirnya! APO! APO! Kupikir kau memang sudah pergi dariku ...."

"Dia ini siapa?" batin Apo bertanya-tanya. Sebab wajah si pria beda dari sang raja yang menyukainya. Apalagi lebih tampan dan muda.

Apo pun diam saja karena masihlah lemas, sampai seorang dokter pribadi masuk kamar untuk mengecek tubuhnya.

"Wah ... ini benar-benar keajaiban," kata si dokter setelah melepaskan steloskop-nya. "Kondisi Tuan Natta benar-benar membaik seperti sihir! Tubuhnya pulih cepat dari 3 tahun terakhir. Walau memang agak disayangkan ...."

Si dokter kemudian memaparkan Apo mengalami gegar otak pasca kecelakaan besar yang dialami di jalan raya. Dia dinilai kehilangan sebagian memori, dan sampai sekarang kepalanya masih diperban oleh lelaki itu.

"Ah, Apo ... Apo ...." sebut pria yang memeluk Apo kembali. "Iya, tidak apa-apa, Dok. Dia seperti ini saja aku sudah senang. Terima kasih atas bantuannya. Aku akan bilang pada Anda kalau ada apa-apa lagi."

"Bagus, good luck ya."

"Oke."

Pria itu tersenyum sumeringah kala memandang Apo yang mengernyitkan kening. Pancaran matanya amat bahagia, bahkan meski yang dituju tampak tetap diam mendengar kata-kata "Selamat datang kembali, Sayang," dari mulutnya.

"Maaf, Anda ini siapa?" tanya Apo setelah merasa aman dengan situasi sekitar.

Pria itu duduk di sisi Apo, lalu mengambil tangannya untuk diletakkan pada dada bidang itu. "Aku Mile. Mile Phakphum. Bisa kau merasakannya?" tanya Mile. "Aku suamimu dan yang di dalam sini bergembira karena kau bangun."

Karena jantung Mile berdebar keras, Apo pun refleks menarik tangannya. "Hah? Suami?" tanyanya. "Kau ini bukan rajaku."

"Raja?"

"Iya, raja ... dia pemimpin wilayah yang sangat luas." Mata Apo memicing karena bingung bagaimana cara mendeskripsikan dengan tepat.

Lagipula rajaku sudah agak beruban. Mana ada kau rajaku? Dia ini pasti salah orang ....

Mile malah meraih pipi Apo. "Apo, kau pasti hanya bermimpi," katanya. "Kau bilang soal raja pemimpin? Aku juga punya banyak aset, usaha, atau tanah kalau yang kau maksud wilayah kekuasaan."

Apo masih sangat sangsi. Dia mengingat jelas kekasihnya yang sudah berumur 50 tahun ke atas, tapi tetap tampan dengan pesona sendiri. Dialah Raja Arthit Mahatrukhon Sunerripat. Dia dan pria itu jatuh cinta di balai dewan. Tepatnya saat Apo menari untuk acara pemberkatan nama dewa.

"Tidak, kau bukan rajaku ...." kata Apo.

Mile tidak marah karena mendengar hal itu, malahan mengecup keningnya sebelum pergi. "Iya, iya. Terserah saja mau bagaimana. Sekarang kembalilah tidur," katanya. "Aku akan selesaikan dulu pekerjaanku yang tinggal sedikit. Nanti pasti langsung kemari lagi. Oke, Sayang?"

Apo tak berekspresi ketika Mile Phakphum keluar dari pintu ruangan. Dia benar-benar ingin mencabut selangnya ulang, tapi ingat kata-kata si dokter. "Jangan sembarangan cabut-cabut lagi, ya. Kondisi Anda ini masih lemah, Tuan Natta. Sementara harus tetap dipakai kalau Anda masih ingin cepat pulih."

Ah, benar juga. Apo jelas-jelas tahu kepalanya sempat putus dari badan. Dia masih sadar sesaat setelah dipenggal oleh eksekutor. Bahkan melihat lehernya sendiri memuncratkan darah diantara kericuhan massa.

Apo pun meraba lehernya yang sekarang hanya pegal, tapi kata dokter tadi itu hanya karena kebanyakan baring. Apo harus olahraga setelah nanti benar-benar sembuh, walau dirinya juga heran kenapa tidak ada lagi kuda di sekitar sini ketika menanyakannya.

"Ini jelas-jelas bukan duniaku," kata Apo. Dia meraba dinding kamar yang hanya berwarna hitam, padahal di tempatnya dulu dilukisi gambar wanita menari.

Apo suka dengan seni elok olah tubuh. Dia merasa estetik hanya dengan menggerakkan kaki atau jari, dan bangga kala dikagumi oleh seseorang karena pertunjukannya. Dia pun menyerah karena memang masih lemas, lalu tidur kembali hingga pagi.

Selama itu, seorang lelaki transparan muncul di dalam mimpinya. Dia mengaku sebagai penguasa alam mimpi, dan namanya adalah Cuanchen. Lelaki ini bilang, agar Apo tetap tenang setelah dia nanti bangun kembali. Karena Cuanchen sudah memberkatinya.

"Memberkati? Apa?" tanya Apo kepada lelaki itu.

Cuanchen pun menyentuh kening Apo. "Kau kuanugerahi kesempatan kedua, Nak," katanya. "Karena pada kehidupan sebelumnya, seseorang sudah menghancurkan masa depanmu hingga seperti ini. Aku tahu, dan aku berhasil memohonkan kepada Tuhan atas harapan mulia di dalam hatimu.

Jadi, cukup jalani saja apa adanya. Terima siapa pun orang baru yang masuk dalam keseharianmu. Dan jangan pernah cerita soal masa lalu."

"Oh, begitu," kata Apo. "Tapi kenapa tidak boleh kuceritakan, Tuan Chen?"

Cuanchen menatap mata Apo lurus-lurus kali ini. ".... lakukan saja, atau kau kembali ke dalam sana suatu hari nanti."

Oh ....

"Baik," kata Apo. Dia menurut karena Cuanchen amat menegaskan. Semisal Apo kembali ke dunia-nya sendiri, maka dia akan memutar ulang alur yang dulu terjadi. Dipermainkan oleh seseorang, dijebak dalam fitnah yang bertumpuk-tumpuk, kemudian pemenggalan pun terjadi untuk kedua kali.

Jujur, Apo tidak mau itu, walaupun kerinduan akan menari sungguh membuatnya sakit di ulu dada.

Bagaimana cara dirinya melangkah, mengerling, menjentik--lalu dipuji para gubernur yang menatap setiap pergerakannya--semua itu membuat Apo senang luar biasa.

"Jadi, bagaimana dengan ceritamu semalam. Apa masih ada lanjutannya lagi?" tanya Mile ketika Apo bangun pagi. Pria itu sudah rapi-rapi. Siap berangkat bekerja dengan suit jasnya, tapi tetap menyempatkan diri untuk menemani Apo sarapan.

"Ah, cerita? Tidak kok," kata Apo dengan senyum manisnya. Untung sudah diperingatkan jelas semalam. Kau tidak boleh tahu apapun soal aku, Mile. "Iya, mungkin itu hanya mimpi. Jangan pikirkan lagi, Mile. Terima kasih sudah khawatir ...."

Mile hanya terkekeh lalu mencubit pipinya gemas. "Ya sudah, aku berangkat," katanya. "Nanti pasti kuusahakan pulang cepat. Akan kubawakan brownies kesukaanmu juga."

"Umn."

"See you."

Apo pun terperanjat ketika Mile menciumnya tanpa sungkan. Dia pun meremas bahu sang suami karena gugup, apalagi pria ini lebih tampan daripada raja-nya di masa lalu.

Aroma tubuhnya juga sangat maskulin. Parfum yang dikenakan tidak hanya dari bunga-bunga, tapi sesuatu yang beda sekali.

Ah, ngomong-ngomong ini dunia apa namanya? Apo benar-benar ingin membaca perkamen jika ada di dekat sini.

"Eh, perkamen?" tanya seorang pelayan ketika Apo menanyakannya.

"Iya, yang itu ... ada isi pelajaran tentang kehidupan," kata Apo berusahalah mendeskripsikan. "Aku ingin baca-baca. Boleh?"

Si pelayan pun tersenyum tipis. "OHHH! Maksud Anda itu buku, ya?" katanya. "Ada kok. Sebentar ya, Tuan Natta. Saya ambilkan dulu di perpustakaan. Cukup yang membahas soal kehidupan dan dunia kan?"

Apo mengangguk kecil. "Um, terima kasih."

"Sama-sama ....!"

Kenapa senang sekali? Semua orang seperti itu kalau melihatku begini. Apa memang tubuh ini dulu kecelakaan separah itu? Mereka bilang aku terlempar dan nyaris jatuh ke jurang.

"Aku kembali, Tuan Natta!" seru si pelayan semangat. Dia membawa dua buku yang berbeda, lalu Apo menerimanya dengan hati-hati.

"Wah ...."

"Happy reading, ya! Jangan sungkan minta sesuatu lagi kalau ada. Cukup pencet tombol di sebelah Anda, nanti saya pasti kemari."

"Baik."

"Dadah ....."

"Iya," kata Apo. Meski dia sempat bingung "Dadah" itu bermakna apa. Namun, dia tetap melambaikan tangan sebagai balasan kepada lambaian wanita itu. Oke, sekarang mari cari tahu sebanyak-banyaknya. Aku harus mengerti banyak hal tentang tempat ini jika ingin tinggal di dalamnya.

Bersambung ....

Kabar bagus "The Emperor's Omega", "Devil Son", dan "10 Years of Love Masterpieces" abis ini update. So, selain ketiga FF tersebut, stop dulu ya. See you!