Chereads / TRANSMIGRATION OF KING'S CONCUBINE [MileApo Fanfiction] / Chapter 8 - Bab 7: EVERY PART OF ME IS YOU'RS

Chapter 8 - Bab 7: EVERY PART OF ME IS YOU'RS

"Jika ditanya apa yang paling memabukkan di muka bumi, maka jawabannya adalah dirimu."

[Mile Phakpum Romsaithong]

***

MAKIN aneh, malam itu Apo lah yang berinisiatif untuk memeluk Mile, padahal sebelumnya tak pernah. Semua karena Apo terlalu tempramen dan denial untuk menunjukkan kasih sayangnya secara langsung. Dia sering uring-uringan saat disentuh, tapi sangat romantis setelah terhanyut. Namun, kini Mile menemukan raut tenang Apo sejak menarik selimut ke batas dada. Lelaki itu bahkan senyum saat memejamkan mata, lalu mendusel begitu saja.

"Apo," panggil Mile tiba-tiba.

"Hm?" sahut Apo yang langsung membuka mata.

"Oh, kau ternyata belum tidur? Kupikir tadi sudah mengantuk sekali." Mile membelai pipi Apo lembut. Mereka bertatapan karena dia ingin menyelami perasaan Apo, tapi lelaki itu benar-benar tampak sangat jujur. Dia tak seperti seseorang yang menyembunyikan rahasia, meski Mile peka Apo seperti jadi sosok yang baru.

"Mm, belum. Memang kenapa bertanya? Mile ingin mengobrol lebih lama kah?" tanya Apo.

"Mengobrol? Yang benar saja?" pikir Mile sembari menatap dada Apo. Belahan baju nakalnya ternyata makin melorot sehingga kurva bidang, lengkap puting manis yang ingin dihisapnya tampak dari atas sini. "Apa tak masalah kalau kusentuh sekarang? Bagaimana cara pandang Apo setelah ini?"

"Mile?" tanya Apo yang mendadak duduk. Lelaki itu sepertinya paham dipandangi intens sejak tadi, lalu sedikit mendekat--shit. Lihat betapa sopan paha Apo yang tersingkap dengan seksinya. Dia merangkak untuk balas memandangi sang suami dari dekat. Lalu menyeringai kecil.

DEG

"Hei, belajar dari mana dia?! Ini sih terlalu nakal--"

"Boleh kucium di situ tidak?" Suara Apo tiba-tiba saja mendistraksi. Lelaki tampan itu menunjuk bibirnya sekali, lalu menyurukkan wajah sampai napas sang suami tercuri. "Mile sepertinya merindukanku?" kekehnya kecil.

"Kenapa bertanya hal yang sudah pasti-pasti?" kata Mile. "Kau pikir berapa lama aku sudah ditinggalkan pergi? Aku hampir gila karena dokter bilang kondisimu koma, Apo."

"Hihihihihi," kikik Apo dengan manisnya. Dia pun meraih rahang Mile seperti memanja bocah. Lalu memejamkan mata saat mulai mencium. Caranya sangat luwes sampai Mile ragu Apo benar-benar Apo. Apalagi saat menjilat belahan bibirnya agar membuka. Lelaki itu bahkan tahu cara mengelus jakun dengan gerakan jari erotis. Dia tidak lupa menarik garmen di bahunya sendiri perlahan-lahan, lalu masuk untuk mengajaknya bertarung lidah.

Shhh ... sangat cepat, presisi. Lidah hangat itu meliuk hingga mulut Mile serasa teraduk, tapi dia tidak membiarkan Apo memimpin terus menerus. Toh sepertinya Apo memang tidak takut. Dia paham bagaimana cara menyenangkan pasangan, atau bagaimana membuat Mile mabuk hingga lupa diri.

"Apo, hh," kata Mile yang sedikit pusing dengan tingkah laku Apo. Sebab baru saja bibir mereka berpisah, Apo sudah menarik tangannya ke ceruk leher. Lelaki itu tampak sengaja ingin Mile cepat menyentuh, dalam artian agar tidak ragu-ragu lagi.

"Di sini, dengar suara jantungku tidak?" tanya Apo. "Aku hidup, Mile. Jadi lupakanlah yang sudah-sudah. Aku oke ...." cengirnya dengan lesung pipit samar. Rautnya cerah hingga beban Mile serasa menguap. Dan itu seperti sihir.

Apo bahkan tidak marah-marah hanya karena putingnya diraup gemas. Dia hanya merintih dengan pipi merona, padahal sebelumnya sangat sangsi disentuh di sana. Mile ingat betapa sulit Apo menyerahkan diri bahkan setelah mereka menikah. Dia harus membuat suasana hati lelaki itu benar-benar baik, tapi kini tidak perlu lagi. Mile bisa menjamah dua tonjolan mungil di dada Apo dengan leluasa. Apo bahkan balas memeluk sejak mulai didekati dan sama-sama menikmati momen itu tanpa tapi.

Dia sungguhan membuka diri.

Mile sampai kagum kenapa Apo tidak gugup ketika tapi bajunya ditarik lepas. Dia mempernyaman diri begitu ditelanjangi. Dan membiarkan sang suami menghiasi lehernya dengan bekas gigitan gigi. "Kkh, Mile ...." desah Apo sembari menjilat bibir. Dia mungkin juga haus sentuhan yang lama tak hadir. Dan itu membuat kernyitan keningnya semakin jelas.

Perih pasti, tapi Apo mendongakkan kepala agar Mile leluasa meninggalkan jejak. Jemarinya hanya meremas bahu sang suami selama dilukis tanda. Dan itu teramat seksi.

"Nikmat bukan? Aku tak masalah kalau bukan sekarang," kata Mile yang meraba pelan dada itu dengan pijatan halusnya.

"Mnn, tidak apa-apa kok. Mile bisa lakukan apa saja padaku," kata Apo. Napasnya semakin berat seiring waktu.

Mile pun lepas-lepas kemeja karena sudah kepalang hasrat. Dia tidak membiarkan Apo kehilangan mood-nya begitu saja. Lalu memonopolinya dalam ciuman yang lebih yakin. Mile menguasai Apo kali ini. Dia meremas tengkuk lelaki itu seolah ingin meremukkan sambil mendempetnya ke ujung ranjang.

"Annh," erang Apo yang dihujani kenikmatan pada kulit sensitifnya. Dia berpegangan kepada Mile selama diraba-raba, dan bibir itu menyambut sang suami dengan gerakan yang sama bernafsu. Lupakan soal semua rasa sakit yang selama ini dia lalui. Apo bahagia hanya dengan merasakan betapa dekat sosok Mile Phakpum, atau betapa sayang lelaki ini padanya. Mile bahkan memastikan Apo nyaman saat penjarian. Lelaki itu melepas cincinnya sebentar. Lalu bergerak cepat dengan lubrikan di laci nakas. Dia juga tidak langsung menerobos masuk. Pertama dua, lalu baru tiga jari, sementara Apo terus menyambut ciuman darinya. "Nnh. Mile--nngh."

Menyadari Apo agak kewalahan dengan hisapannya, Mile pun melepaskan bibir indah itu sejenak. "Hm? Kenapa?" tanyanya dengan jarak yang teramat dekat. Di sana, Mile mengadu hidung mancung keduanya yang berebut napas. Dia mengawasi wajah tertekan Apo Nattawin, lengkap pancaran kasih dalam matanya.

"Mile, tampan," kata Apo yang balas menatap sama dalamnya. Dia tampak ingin menangis atas alasan yang tidak Mile pahami. Dan genangan air mata itu diiringi belaian pada pipi Mile. "Ah!" Sayangnya kontak mata mereka harus terputus. Apo sudah lebih dulu terlonjak kaget karena jari-jari Mile meraih syaraf ternikmatnya di dalam sana. Kepalanya pun bersandar pada bantal yang tinggi, terpejam. Merasakan sensasi panas dan geletar tarian jari yang mengaduk-aduk.

Keluar, masuk. Kening Apo mengerut-ngerut sebagaimana otot lubang ketatnya yang meremas agresif. Tanpa sadar, kedua kakinya yang terbuka pun memeluk pinggang Mile. Dan telinganya terbakar karena lidah sang suami kini meliuk di sana. Dari belakang, hingga masuk ke rongga jauhnya di dalam sana. Apo sampai terkesiap dengan perut yang mengejan. Bahkan cakarannya membias di bahu Mile meski belum penis besar lah yang masuk.

"Hhh, hhh," desah Apo dengan napas yang kembang-kempis. Jemarinya bingung saat ingin memegang bagian apa. Akhirnya dia hanya memeluk sambil menerima tiap serangan yang datang. Lelaki itu mengerjap diam selama bermenit-menit. Agaknya dia cukup heran dengan keintens-an percumbuan mereka, padahal ini baru sebatas foreplay. Mungkin karena Mile tidak memberinya jeda samasekali. Sang suami terus memanjakannya dari kulit ke kulit. Mendempet erat. Dan tak melepaskannya meski hanya untuk menyentuh ringan--oh, shit. Ini sangat erotis sekali. Penis Apo sampai berdiri tegang dan menusuk perut Mile. Dan semua jari kakinya meremas seprai. "Ahhh, ssssssh ... Mile, tolong. Geli--" protesnya pertama kali.

Namun, kali ini sang suami tidak mengindahkan perkataannya. Mile tetap menjelajahi daun telinga Apo dengan jilatan. Dan lidah itu menelusur rahang hingga ke leher-leher. Terus turun. Tidak melewatkan satu pun kissmark basah di tempat itu, malahan membuat baru lagi yang membuat Apo menitikkan air mata nikmat setetes.

"Nnnh ... mnnn," desah Apo dengan dekapan yang lebih erat. Agaknya dia mulai takut karena Mile secandu ini pada tubuhnya, sampai-sampai Apo kesulitan bernapas. Di bawah. Lelaki itu juga langsung menyasar penis Apo setelah lubangnya nyaman. Dia mengocok naik dan turun, meremasnya. Dan membuat Apo berbuih hingga nyaris menjatuhkan saliva di sudut bibir. "Ahh--no, ssshh," keluh lelaki itu yang segera mengusap pipinya.

Kenikmatan ini terlalu gila untuk diterima, serius. Apo pun megap-megap saat tiba-tiba dilepas. Dan otaknya lambat memproses saat Mile membuka sabuk celana.

"Hahhh ... hahh .. hahh ...."

"Kau siap?" tanya Mile dengan suara yang kabur di awang-awang. Otak Apo rasanya berputar-putar, dan gerakan apapun jadi lambat selama Mile memposisikan penis panjang nan berat itu di pangkal pahanya.

"Mmh ... ya ...." kata Apo sembari meremas bahu Mile. Dia menggigit bibir karena rasanya diterobos masih agak sakit, padahal sang suami sudah melonggarkannya sebaik mungkin. "Mm--AHHH!" jeritnya dengan kening membentur ke dada itu.

BRUGH!

Mile pun meremas bokong bawah Apo untuk mengalihkan rasa sakitnya ke kenikmatan. Barulah menghentak sedalam-dalamnya ke dalam sana.

Bersambung ....