Flora sedang membaca novel di depan kelasnya. Tadinya, Luna mengajak Salsha untuk makan di kantin, tetapi Flora menolak dengan alasan ia ingin menghabiskan novelnya ini. Luna tidak bisa memajsa Flora jika sudah berhubungan dengan novel kesayangannya.
Saat sedang asyik membaca novelnya, Flora merasa ada seseorang yang sudah duduk di sampingnya. Flora mengalihkan pandangannya ke samping dan menemukan jika Rafalah orang yang tiba-tiba saja duduk di sampingnya.
"Lo suka banget baca novel, ya?" tanya Rafa.
Flora hanya berdehem singkat sebagai jawaban atas pertanyaan Rafa. "Hmm."
"Sesuka itu? Sampai lo ngabisin waktu istirahat lo dengan baca novel?" tanya Rafa lagi.
"Iyaa," kata Flora sembari menutup novelnya. "Aneh banget, ya?"
"Nggak juga, sih," kata Rafa. "Semua orang kan punya hobinya masing-masing. Dan mungkin hobi lo itu baca novel."
Flora tersenyum tipis. Sebenarnya ada sesuatu yang hal ingin Flora tanyakan kepada Rafa. Pertanyaan yang membuat Flora tidak bisa tidur nyenyak tadi malam. Pertanyaan ini begitu menganjal pikirannya.
"Lo sama Jeje pacaran, ya?" tanya Flora memberanikan diri.
Rafa menaikkan alisnya ke atas mendengar pertanyaan Flora itu. "Jeje? Jeje yang kita ketemu di mall semalam?"
Flora menganggukkan kepalanya. Ia memang merasa jika Rafa memiliki hubungan spesial dengan Jeje. Perlakuan manis Rafa kepada Jessica lah yang membuat Flora merasa jika keduanya memiliki hubungan.
"Iya. Lo pacaran sama Jeje?"
Rafa tidak bisa menghentikan tawanya saat mendengar ucapan Flora itu. Rafa tidak bisa menebak darimana Salsha berfikiran sampai kesana. Padahal, orang yang Rafa cintai adalah Flora. Tidak mungkin jika ia berpacaran dengan orang lain, apalagi Jeje. Itu sangat mustahil.
"Lo kenapa bisa berfikiran gue pacaran sama Jeje?" tanya Rafa sembari berusaha menghentikan tawanya saat melihat wajah serius Flora.
"Dari sikap lo ke dia," kata Flora berterus terang. Flora merasa tidak harus menyembunyikan ini semua. "Dari interaksi lo sama dia juga. Gue nggak sengaja lihat pas dia meluk pinggang lo di motor. Lo juga ngacak rambutnya dia mall semalam. Dan lo juga ngerangkul dia. Apa yang kalian lakuin udah seperti orang pacaran pada umunya."
"Tapi lo salah besar, Flo. Gue sama Jeje itu cuma sebatas sahabat doang, nggak lebih. Kalau lo nggak percaya, lo bisa tanya langsung sama Jeje atau sama Billy," kata Rafa menjelaskan. "Gue sama Jeje nggak mungkin pacaran. Geli banget gue ngebayanginnya."
Ntah mengapa mendengar ucapan Rafa itu membuat Flora sedikit lega. Tetapi tetap saja ada yang mengganjal di hatinya. "Tapi lo ngerasa kalo sikap lo sama dia itu berlebihan?"
"Berlebihan gimana?" tanya Rafa balik. "Nggak ada yang berlebihan, Flo. Gue emang kayak gitu sama ke sahabat-sahabat gue. Lagian sahabat gue juga cuma Diva, Luna sama Jeje. Gue beneran cuma nganggap mereka kayak sahabat gue sendiri. Punya pikiran buat pacaran sama mereka aja nggak pernah, apalagi beneran pacaran."
Hal biasa. Sikap Rafa yang suka merangkul dan mengacak rambut lawan jenisnya, menurut Rafa itu biasa saja. Tetapi tidak menurut Flora. Flora merasa sikap yang Rafa tunjukan kepada sahabatnya itu sudah sangat berlebihan.
Merasa tidak ada lagi hal yang ingin Flora bicarakan kepada Rafa, ia kembali membuka novelnya dan mulai membacanya lagi. Flora membiarkan Rafa melakukan apapun yang ia suka sekarang.
Rafa sendiri menatap Flora yang kini tengah fokus membaca novelnya. Rafa hanya diam saja sembari menggerak-gerakkan tangannya dengan abstrak sembari menatap siswa-siswi yang berjalan melewatinya. Hanya dengan duduk berdua tanpa mengobrol pun sudah bisa membuat Rafa bahagia. Apalagi jika status mereka sudah resmi menjadi sepasang kekasih. Rafa pasti akan menjadi lelaki yang paling bahagia di dunia.
Rafa mengalihkan pandangannya ke samping dan melihat jika Diva sedang berjalan masuk ke dalam kelasnya. Rafa segera berdiri dari duduknya dan mencekal tangan Diva sebelum gadis itu masuk ke dalam kelas.
"Diva," panggil Rafa.
"Apa?" tanya Diva dengan datar. Diva kesal kepada Rafa dan juga Flora. Padahal Diva sudah berulang kali mengatakan kepada Flora dsn Rafa untuk saling menjauh saru sama lain. Tetapi nyatanya keduanya tidak mau mendengarkan apa yang ia katakan.
"Kok galak. Jangan galak-galak, dong," goda Rafa sembari menoel dagu Diva.
Diva menepis tangan Rafa dan memasang wajah kesalnya. "Apaan sih. Nggak jelas banget."
"Bagi duit, dong," kata Rafa sembari mengulurkan tangannya ke arah Rafa.
"Nggak ada," kata Diva tanpa memandang Rafa.
"Sombong banget," kata Rafa. "Bagi duit lo dong, Div. Dua puluh ribu aja. Gue udah nggak punya uang."
"Mau beli rokok 'kan pasti. Gue nggak mau ngasih."
"Nggak mau beli rokok. Gue cuma mau beli minum," alibi Rafa. Padahal sebenarnya ia memang ingin membeli rokok. "Gue kehausan, Div. Pengen beli minuman."
Sama seperti sebelumnya, Diva tidak pernah bisa menolak apapun yang Rafa minta kepadanya. Diva pun memasukkan tangannya ke dalam saku roknya dan mengeluarkan uangnya yang hanya tersisa dua puluh ribu saja. Dan sekarang Diva harus memberikannya kepada Aldi.
"Tapi janji harus beli minuman. Jangan beli rokok, apalagi ngerokok di sekolah," peringat Diva dengan tegas.
"Siap, Bos!" Rafa mengangkat tangannya dan membentuk hormat kepada Diva. Rafa juga mengacak rambut gadis itu dengan perasaan gemasnya.
"Kebiasaan ngacak rambut gue. Jahil banget, sih," ketus Diva.
Diam-diam, Flora melihat interaksi Rafa dan Luna itu. Saat Rafa meminta uang dan mengacak rambut Diva. Apa yang Rafa lakukan kepada Diva sangat sama persis dengan perlakuan Rafa kepada Jessica semalam.
Saat Flora melihat Diva masuk ke dalam kelas dan Rafa berjalan kembali ke arahnya, Flora langsung kembali menatap novelnya dan membacanya dengan asal. Sebenarnya, setelah Rafa berada di sampingnya, ia sudah tidak fokus membaca lagi.
"Flo, bentar lagi mau masuk, lo mau tetap disini baca novel?" tanya Rafa.
"Bentar lagi masuk," jawab Flora.
"Yaudah kalo gitu gue balik ke kelas dulu," kata Rafa sembari mengacak rambut Flora.
Rafa berjalan meninggalkan Flora yang kini terdiam membeku dengan apa yang Rafa lakukan kepadanya. Flora menatap punggung Rafa yang sudah semakin menjauh darinya. Flora tidak tahu apa yang ia rasakan sekarang. Hanya saja Flora jadi tahu, jika Rafa adalah lelaki yang sangat ramah kepada siapapun. Bahkan perlakuan yang Rafa lakukan kepadanya sama dengan apa yang ia lakukan kepada Diva dan Jessica. Lantas jika seperti itu, apa spesialnya di bandingkan dua sahabat Rafa itu.
"Rafa friendly banget. Kayaknya nggak cocok sama gue," kata Flora lirih.
Flora menghela nafas panjangnya dan masuk ke dalam kelasnya. Saat berpapasan dengan Diva pun, Flora langsung mengalihkan pandangannya tanpa menyapa gadis itu. Diva pun sama, ia seperti tidak menganggap kedatangan Flora itu.