Diva menatap Flora yang hanya diam saja sedari tadi. Disituasi rame seperti ini saja pun Flora masih saja terdiam. Ntah apa yang gadis itu pikirkan. Tetapi satu yang ia tahu jika diamnya Flora ada hubungannya dengan Rafa.
"Habis ini kita nonton," kata Luna dengan semangat. Sudah lama rasanya ia tidak berkumpul dengan dua sahabatnya. Karena biasanya ia hanya pergi bersama Flora saja. Tapi kali ini Diva juga turut hsdir.
"Gue langsung pulang aja kayaknya," kata Flora membuka suaranya setelah lama terdiam.
"Kok pulang, sih. Main dulu dong sama kita," kata Diva. "Kita Karaokean aja gimana?"
"Gue setuju," seru Luna. "Kita karaokean aja. Biar gue yang teraktir."
"Gue nggak ikut, ya," kata Flora dengan serius. Moodnya sedang tidak baik hari ini. "Kalian berdua aja, gue mau pulang."
"Nggak seru, Flo. Pokoknya lo harus ikut. Gue maunya kita bertiga, bukan berdua sama Diva doang," paksa Luna.
"Lo ada masalah? Atau karena gue tiba-tiba gabung lagi sama kalian?" tanya Diva.
Flora buru-buru menggelengkan kepalanya. Ia tidak mau Diva salah paham dengannya. "Bukan, Div. Gue senang kalo mau gabung sama kita lagi. Cuma hari ini gue mau pulang cepat. Nggak papa, ya?"
"Nggak boleh," kata Luna dengan cepat. "Pokoknya lo harus ikut. Kalo lo nggak mau ikut, gue nggak mau temenan lagi sama lo."
"Gue juga," kata Diva.
Flora menghela nafasnya dan menganggukkan kepalanya dengan pasrah. Ia tidak bisa menolak ucapan Luna dan Diva lagi. "Yaudah iya, gue ikut sama kalian. Tapi pulangnya jangan sampai malam."
"Iya-iyaa, kita cuma bentar, kok," kata Luna. "Pergi sekarang aja?"
"Yuk," kata Diva semangat.
Luna dan Diva berjalan dengan riang keluar dari cafe, sementara Flora berjalan dengan malas. Apalah daya, Flora tidak pernah bisa membantah ucapan sahabatnya jika keduanya sudah bersatu. Dan sekarang, Flora harus bisa menikmati waktu bersama dengan keduanya meskipun ia yakin tidak akan bisa menikmatinya.
Tak butuh waktu lama untuk sampai ke tempat karaoke yang biasa mereka kunjungi. Luna dan Diva berjalan di depan sedangkan Flora berjalan sendirian di belakang. Namun, saat ingin memasuki tempat karaoke tersebut, ketiganya tidak sengaja berpapasan dengan Rafa yang baru saja keluar. Dan dengan sengaja, Diva memanggil Rafa.
"Rafa..."
Luna dan Flora menghentikan langkahnya saat Diva memanggil nama Rafa. Flora menghembuskannya nafas kesalnya karena bertemu dengan Rafa lagi. Mengapa hari ini ia selalu bertemu dengan Rafa.
Rafa mengernyitkan keningnya saat melihat Diva dan yang lainnya berdiri di depannya. Rafa menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia selalu bertemu dengan mereka hari ini.
"Nggak di sekolah, nggak disini, gue ketemu mulu sama kalian," kata Rafa.
"Artinya lo jodoh sama Flora," celutuk Luna tiba-tiba.
"Apaan sih, Lun," ketus Flora. Ia tidak suka di kait-kaitkan dengan Rafa lagi.
"Kita mau karaoke. Lo ikut, nggak?" ajak Diva.
Rafa menatap Flora sekilas dan menggelengkan kepalanya. "Gue baru aja selesai karaoke. Mau ke warung dulu."
"Tadi lo sama siapa?" tanya Luna penasaran.
"Sama Billy. Cuma Billy udah ke warung duluan. Sekarang gue mau nyusulin dia. Kalian masuk aja," kata Rafa.
"Lo beneran nggak mau? Biasanya lo selalu ikut kalo kita ajak karaokean. Iya kan, Lun," kata Diva lagi.
"Iyaa. Tumben sekarang nolak," kata Luna menambahi. "Apa karena ada Flora disini, makanya lo jadi jaim?"
"Bacot banget mulut lo," ketus Rafa. Percayalah, ia juga tidak suka ada di posisi ini bersama Flora. Hanya saja ia tidak bisa menghindarinya. Ini adalah jalan yang sudah ia ambil sebelumnya. "Gue nyusulin Billy dulu. Kasihan dia udah lama nunggu gue."
Tanpa berbicara apapun kepada Flora, Rafa melangkahkan kakinya pergi. Diva hanya menghendikkan bahunya acuh dan mengajak Luna dan Flora untuk masuk ke dalam tempat karaoke.
"Yuk masuk."
***
Flora memijat pelipisnya saat mendengarkan Diva dan Luna menyanyikan lagu-lagu dengan asal. Ntah sudah berapa lagu yang mereka nyanyikan. Tetapi Flora hanya diam saja dan memainkan ponselnya. Jujur saja, ia tidak nyaman dengan apa yang terjadi dengannya dan Rafa. Ia menyesal sudah membuka akses untuk Rafa mendekatinya dan sekarang saat ia tidak bisa membalas perasaan Rafa, lelaki itu langsung menjauh darinya. Rafa juga bahkan tidak menhanggapnya ada di saat mereka tidak sengaja berpapasan.
Luna yang sudah selesai bernyanyi meletakkan micnya di atas meja dan duduk di samping Flora. Sedangkan Diva sedang menyanyikan lagu dangdut dengan goyangannya juga.
"Kalo ada masalah cerita sama gue, Flo. Jangan cuma diam aja. Orang-orang nggak bakal tahu apa yang lo rasain," kata Luna.
"Gue nggak punya masalah apa-apa," kata Flora berbohong. Ia memang tidak begitu mau mengatakan tentang hal pribadinya kepada orang lain, termasuk sahabatnya sendiri.
"Nggak punya masalah apa-apa tapi lo diam terus. Gue tahu kalo lo pasti ada masalah," kata Luna memaksa. "Soal Rafa?"
"Gue pengen cerita sama lo tapi nggak disini. Mungkin lain kali aja," kata Flora lagi.
"Soal Rafa kan?"
Flora menganggukkan kepalanya. "Iyaa."
Luna tahu jika Flora tidak mungkin membahas soal Rafa di depan Diva. Maka Luna hanya diam saja dan kembali bergabung dengan Diva. Mengambil mic dan ikut bernyanyi.
Dua jam kemudian, waktu karaoke telah selesai. Kini Flora dan yang lainnya tengah berdiri di depan bangunan karaoke tersebut. Karena terlalu asyik, mereka bahkan tidak menyadari jika siang sudah berganti malam.
"Gila sih, ini udah malam dan kita baru selesai main." Luna melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. "Udah jam 7. Kayaknya gue nggak bisa nganterin lo pulang, Flo."
"Nggak papa, gue bisa pulang sendiri," kata Flora terpaksa. Mau bagaimana lagi, rumahnya beda arah dengan rumah Luna dan Diva. Akan memakan waktu banyak jika Luna harus mengantarnya pulang terlebih dahulu.
"Yakin bisa?" tanya Luna merasa tak enak hati. "Takutnya lo kenapa-napa di jalan."
"Flora nggak bisa pulang sendiri," kata Diva membuka suaranya.
"Trus Flora pulang sama siapa? Kalo kita anterin dia duluan bakal lama, Div. Bisa-bisa gue sampe kerumah jam sembilan," kata Luna.
Diva berfikir sejenak. Bagaimana pun ia tidak mau terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan kepada Flora. Apalagi mereka pulang terlambat juga karena dirinya.
"Flora di anterin sama Rafa aja," kata Diva memberi ide.
Flora membelalakkan matanya dan menggelengkan kepalanya mendengar ucapan Diva itu. Flora tidak akan mau jika Rafa mengantarnya pulang.
"Gue nggak mau," tolak Flora dengan cepat.
"Gue seuju sama Diva," kata Luna. "Lo harus pulang sama Rafa, Flo. Biar lo aman."
"Gue nggak mau," Flora bersikeras menolak. "Belum tentu juga Rafa mau nganterin gue pulang."
"Pasti mau. Ntar gue yang bilang," kata Diva dengan penuh percaya diri.
Luna mengernyitkan keningnya menatap Diva. Ia merasa aneh karena Diva memperbolehkan Rafa untuk mengantar Flora pulang. Tetapi tak urung ia juga merasa senang.