"Diva kan teman sekelas lo, kenapa malah tanya sama gue?"
Flora terdiam mendengar ucapan Rafa yang terdengar tidak ramah itu. Ekspresi wajahnya seketika berubah. Ia menyesal karena sudah memanggil Rafa.
"Tapi kan lo juga sering sama Diva. Jadi gue kira lo lagi sama Diva," kata Flora.
"Gue lagi nggak sama Diva," kata Rafa cuek. "Gue duluan, ya. Billy udah nunggu di taman belakang."
Tanpa menunggu respon Flora lagi, Rafa langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Flora yang kini hanya terdiam di tempatnya dengan pandangan kosong.
Flora menghela nafasnya dan kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin. Ia harus bisa menepis pikirannya yang selalu memikirkan Rafa dan penolakannya kemaren kepada lelaki itu.
***
Saat bel pulang sekolah berdering, Flora memasukkan buku-bukunya kembali ke dalam tas secara acak. Ia tidak tahu mengapa saa ini moodnya benar-benar kacau. Seperti ada sesuatu yang mengganjal di pikirannya tetapi ia tidak mengetahui apa itu.
"Nongkrong, yuk," ajak Diva sembari membalikkan badannya menatap ke arah Flora dan Luna.
Luna mengernyitkan keningnya menatap Diva. Sudah hampir sebulan lamanya Diva menjauhinya. Namun sekarang, tiba-tiba saja Diva mengajaknya dan Flora untuk nongkrong bersama. Sungguh lucu bukan.
"Lo nggak salah?" tanya Luna blak-blakan. "Atau lo lagi sakit?"
"Gue nggak sakit dan nggak salah juga. Gue emang beneran mau ngajak kalian nongkrong," kata Diva sembari menyengirkan giginya. "Mau, ya? Mumpung gue bisa. Gue juga pengen kumpul lagi sama kalian."
"Gue nggak bisa," kata Flora dengan perasaan tak enak. Tetapi kali ini Flora memang sedang tidak ingin pergi kemanapun dan ingin cepat-cepat pulang kerumah.
Diva beralih menatap Flora. "Kenapa nggak bisa? Gue jarang ngajak kalian nongkrong. Masa ditolak."
"Gue lagi nggak enak badan, Div. Sorry, ya. Lo sama Luna aja," jawab Flora.
"Nggak seru kalo cuma sama Luna. Gue maunya lo juga ikut," kata Diva memaksa.
"Ayolah, Flo. Emang lo nggak kangen pergi bareng sama Diva. Mumpung Diva lagi kesambet," paksa Luna juga.
Flora menghela nafasnya, ia selalu tidak berdaya jika berurusan dengan Luna dan Diva. Apapun yang keduanya inginkan, Flora akan selalu menurutinya.
"Yaudah iya, gue ikut sama kalian," putus Flora akhirnya.
Diva tersenyum senang. Akhirnya sekarang ia bisa kembali bersama teman-temannya lagi. Ini semua karena ia mengetahui jika Flora menolak perasaan Rafa. Diva juga tahu jika Rafa sudah mulai menghindar dari Flora. Itulah mengapa, ia kembali mendekati Flora dan Luna. Karena satu-satunya alasan Diva menjauh adalah karena Rafa yang selalu mendekati Flora dan ia tidak menyukai itu.
Flora dan keduanya pun berjalan beriringan di koridor utama menuju parkiran dimana mobil Luna berada. Banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka dengan heran. Pasalnya sudah lama sekali mereka tidak melihat Diva bergabung dengan Flora dan Luna.
"Semua orang ngelihatin kita. Emang ada yang aneh?" tanya Luna.
"Aneh karena tiba-tiba gue bareng sama kalian kali. Kan gue udah lama nggak gabung sama kalian," kata Diva.
"Salah elo sih, kenapa ngehindar dari kita," celutuk Flora.
"Kemaren gue mau nyari teman baru aja, mau ganti suasana. Cuma gue ngerasa yang lebih ngertiin gue itu cuma kalian," kata Diva beralasan.
Ketiganya sudah sampai di parkiran, Luna dan Flora ingin masuk ke dalam mobil tetapi tiba-tiba saja Diva memanggil nama Rafa yang menyebabkan Flora dan Luna mengurungkan niatnya untuk masuk.
"Rafa..."
Rafa yang ingin keluar dari pekarangan sekolah, mendadak menghentikan laju motornya saat mendengar suara Diva memanggilnya. Rafa menghentikan motornya tepat di depan Diva dan yang lainnya. Ia juga menyadari jika Flora ada di samping Diva, tetapi ia mencoba untuk tidak mengganggap keberadaan Flora itu.
"Kenapa?" tanya Rafa sok cuek.
"Kita mau pergi nongkrong, lo mau ikut?" tanya Diva sengaja. Ia ingin membuat Flora cemburu dengan kedekatannya dan Rafa.
"Kita bertiga sama Luna juga?" tanya Rafa.
"Berempat sama Flora, Raf. Emang lo nggak lihat ada Flora disini?" tanya Luna sembari berdiri di samping motor Rafa dan merangkul pundaknya.
Flora hanya diam saja di tempatnya. Ia merasa asing dengan situasi ini. Apalagi Rafa seperti tidak menganggap keberadaannya disini. Bahkan lelaki itu tidak melirik sedikitpun ke arahnya. Tetapi ia sadar diri mengapa Rafa bersikap seperti itu kepadanya.
"Mau kemana?" tanya Rafa tanpa menanggapi ucapan Luna barusan.
"Ketempat bisa kita nongkrong aja," kata Diva.
Rafa berfikir sejenak sembari melirik wajah Flora sebentar. Sebenarnya ia ingin pergi dan berkumpul dengan Luna dan Diva, tetapi saat ini sedang ada Flora dan ia juga sedang mencoba melupakan gadis itu. Ia akan gagal melupakan Flora jika ia selalu bertemu dengan gadis itu.
"Gue ada urusan," tolak Rafa.
"Urusan apa?" tanya Luna. "Ayolaah, mumpung ada Flora juga."
"Tapi kali ini gue beneran nggak bisa," kata Rafa dengan yakin. Meskipun ingin, tetapi ia harus tetap menolaknya. "Gue cabut duluan, Lun, Div."
Rafa sama sekali tidak menyapa atau menganggap keberadaan Flora. Ia bahkan tidak menatap atau tersenyum kepada gadis itu. Rafa bersikap seolah-olah tidak ada sesuatu yang terjadi di antara keduanya.
Luna menatap kepergian Rafa dengan kerutan di keningnya. Ia merasa jika ada sesuatu yang terjadi di antara Rafa dan Flora. Sikap Rafa kepada Flora tidak seperti biasanya. Sedangkan Diva tersenyum manis, ia semakin yakin jika Rafa tidak akan pernah mengejar Flora lagi.
"Yaudahc cabut, yuk. Kita bertiga aja," kata Diva sembari masuk ke dalam mobil terlebih dahulu.
Luna mendekati Flora yang hanya diam mematung di tempatnya. Kini Luna tahu apa yang menyebabkan wajah Flora tidak seperti biasanya. Ada sesuatu yang sudah terjadi kepada Flora dan Rafa.
"Lo sama Rafa lagi berantem?" tanya Luna.
Flora menelan salivanya dan mencoba untuk tersenyum tipis. Ia tidak bisa memungkiri jika sikap dingin yang Rafa tunjukkan kepadanya mampu membuat ia merasa sakit hati dan sedih. Harusnya Rafa tidak perlu seperti itu. Harusnya ia dan Rafa masih bisa berteman seperti biasanya.
"Nggak," jawab Flora singkat.
"Lo nggak bisa bohong sama gue, Flo. Wajah lo nunjukin hal yang berbeda. Lo cerita aja kalo emang lo ada masalah sama Rafa," kata Luna memaksa.
"Nggak ada, Lun. Nggak ada yang masalah antara gue sama Rafa. Dan seharusnya memang kayak gini, kan. Kita seakan kayak nggak kenal, karena emang dari awal gue nggak begitu kenal sama dia."
Setelah mengatakan itu, Flora masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Luna yang kini berkelut dengan pikirannya sendiri. Luna sudah lama mengenal Flora dan Rafa, ia juga sangat mengetahui bagaimana sifat keduanya. Luna merasa ada hal yang keduanya sembunyikan darinya. Dan ia akan menanyakan hal tersebut kepada Rafa nanti.