Flora berjalan sendiri di koridor kelasnya menuju perpustakaan. Ia akan mengembalikan buku yang beberapa hari lalu ia pinjam. Kali ini ia hanya sendiri, karena Luna sedang menghabiskan waktunya dengan menonton tutorial make up melalui laptop di kelas.
Flora tersenyum manis saat berpapasan dengan beberapa siswa. Ia memang termasuk siswa yang ramah dan mudah senyum kepada semua orang yang ia temui. Di ujung koridor, Flora melihat jika Rafa sedang berduaan dengan Jessica. Bahkan Jessica tidak segan-segan merangkul pundak Rafa. Dan lelaki itu juga tidak terlihat keberatan dengan apa yang Jessica lakukan kepadanya.
Semenjak penolakan yang ia lakukan kepada Rafa tempo hari, lelaki itu terkesan menjauhinya. Rafa tidak pernah lagi mengirimkan pesan singkat kepadanya atau menemuinya di kelas lagi. Rafa juga sangat jarang ditemui di koridor sekolah. Mungkin saja lelaki itu kembali ke kebiasan lamanya. Menghabiskan waktu di taman belakang dan merokok bersama Billy.
Mata Flora dan Rafa saling bertatapan untuk beberapa saat. Flora bahkan tidak melihat jalan di depannya karena fokus bertatapan dengan Rafa. Hingga ia tidak sengaja menabrak seseorang dan membuatnya hampir terjatuh, jika orang yang ia tabrak tidak menahan tangannya.
"Lo nggak papa, Flo?"
Flora mengalihkan pandangannya dari Rafa dan menatap orang yang berada di depannya. Ia membelalakkan matanya saat melihat orang yang ia tabrak adalah Sonya, orang yang sangat dekat sekali dengan Jefan. Bahkan Sonya adalah orang yang sudah membuat ia memutuskan hubungannya dengan Jefan.
"Nggak papa," kata Flora singkat.
"Ada masalah, ya? Gue lihat tadi lo jalan sambil ngelamun, makanya lo nggak lihat gue," kata Sonya berbasa-basi.
Flora mengalihkan pandangannya ke arah Rafa lagi. Sekarang Rafa sudah tidak melihat ke arahnya lagi. Rafa juga sedang tertawa lebar bersama Jessica. Ia jadi merasa penolakannya itu tidak berarti apa-apa untuk Rafa. Terbukti, lelaki itu tidak merasa sedih atau kecewa. Bahkan Rafa sudah bercanda gurau bersama Jessica.
"Flo?" tanya Sonya lagi karena Flora hanya diam saja.
Flora kembali menatap Sonya dan menghela nafas panjangnya. Ia tidak mau terlalu dekat dengan Sonya. Lagipula, Sonya juga bukan temannya. Ia dan Sonya tidak saling mengenal dekat satu sama lain.
"Gue baik-baik aja," kata Flora dengan datar. Merasa tidak ada hal yang ingin ia bahas lagi bersama dengan Sonya, Flora berniat untuk melangkahkan kakinya. "Gue pergi. Sorry udah nabrak lo."
Namun saat Flora ingin melangkahkan kakinya, Sonya menahan tangannya dan membuat tangannya terhenti.
"Gue bisa bicara sebentar sama lo?" tanya Sonya.
Flora buru-buru melepaskan tangan Sonya dari tangannya. Ia tersenyum canggung, merasa tidak nyaman mengobrol dengan Sonya. "Kayaknya nggak ada hal yang harus kita bahas."
"Soal Jefan," kata Sonya langsung.
Flora menghela nafas panjangnya. Apapun itu, ia sudah tidak perduli soal Jefan sedikitpun. "Apalagi soal Jefan. Gue udah nggak mau bersangkutan sama Jefan. Kalo lo mau sama dia, yaudah lo sama dia aja. Bukannya gue udah ngasih kesempatan buat kalian dekat?"
"Tapi gue nggak mau pacaran sama Jefan disaat dia masih suka sama lo, Flo," kata Sonya sembari menatap Flora dengan lekat. "Jefan masih sayang banget sama lo. Katanya dia mau balikan sama lo."
"Balikan sama gue?" Flora tertawa meremehkan. "Gue sama Jefan udah terlanjur rusak. Dan nggak akan bisa di perbaiki lagi. Kemana Jefan saat gue minta dia berubah? Bahkan buat berubah lebih baik pun dia nggak mau. Jadi gue nggak bis kembali sama dia lagi."
Flora mengeratkan pegangannya pada buku yang ada di tangannya. Flora menatap Rafa sekilas dan kembali melangkahkan kakinya menuju perpustakaan. Sonya hanya bisa terdiam dan memandangi kepergian Flora. Ia tahu apa yang terjadi kepada Flora dan Jefan. Karena Jefan selalu bercerita kepada. Namun ia berfikir jika hancurnya hubungan keduanya adalah kesalahan Flora yang memutuskan hubungannya dengan Jefan hanya karena masalah spele.
Sementara itu, Rafa juga melirik ke arah Flora yang berdiri bersama seorang perempuan yang tidak ia kenali siapa namanya. Ia ingin mendekati Flora seperti yang biasa ia lakukan sebelumnya, tetapi kali ini ia memilih diam saja. Penolakan Flora kemaren masih memberikan luka di hati Rafa. Dan ia akan menjauh dari gadis itu. Rafa sadar, jika kehadirannya hanya akan menganggu Flora saja.
"Gue juga bilang apa sama lo, Raf. Cewek kayak Flora nggak akan bisa suka sama lo. Flora sama lo itu beda. Dia baik sedangkan lo kebalikannya. Kalian itu nggak cocok," kata Jessica yang melihat Rafa masih sering melirik Flora.
"Ngomong apa sih lo," kata Rafa ketus. "Flora nolak gue bukan karena gue brengsek. Dia nggak tahu gimana sifat gue yang sebenarnya karena gue masih sembunyiin itu. Dia nolak gue karena dia masih suka sama mantannya."
"Jefan?" tanya Jessica. Hubungan Jefan dan Flora memang cukup terkenal di sekolah ini.
Rafa menganggukkan kepalanya. "Iya, Jefan. Gue ngerasa kalo dia masih suka sama Jefan."
"Kalo lo udah tahu kenapa masih ngedeketin dia? Kalo kata gue, jangan mau sama cewek yang belum selesai sama masalalunya. Lo nggak akan bahagia, Raf. Gue ngomong gini karena gue itu sahabat lo, gue sayang sama lo."
Rafa tidak menanggapi ucapan Jessica itu, tetapi ia memikirkannya. Apa mungkin ucapan Jessica benar. Apa lebih baik jika ia melupakan Flora, karena memang nyatanya kedekatan yang terjalin di antara mereka berdua selama ini tidak berarti apa-apa untuknya. Flora tidak menyukainya sedikitpun.
***
Setelah mengembalikan buku yang ia pinjam ke perpustakaan, Flora keluar dari perpustakaan dan berjalan menuju kantin. Flora akan membeli beberapa makanan ringan dan membawanya ke kelas. Ia tidak akan berani makan sendiri di kantin tanpa ada Luna atau Diva.
Saat ingin memasuki kantin, Flora berpapasan dengan Rafa yang baru saja keluar dari kantin. Keduanya berpapasan dan saling melempar tatapan sendu. Flora mengutuk dirinya yang selalu bertemu dengan Rafa dimanapun.
Rafa berusaha mengalihkan pandangannya dari Flora dan berjalan santai melewati gadis itu. Namun kali ini, Flora tidak akan melepaskan Rafa begitu saja. Ia ingin mengajak Rafa berbicara sebentar.
"Rafa..."
Mendengar Flora memanggil namanya, seketika langkah Rafa terhenti. Ia membalikkan badannya dan menatap Flora dengan kening berkerut.
"Kenapa?" tanya Rafa
Suasana di antara keduanya seketika berubah menjadi canggung. Padahal biasanya mereka berdua akan sangat akrab saat bertemu. Tetapi kali ini suasananya berbeda.
Flora menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sebenarnya ia tidak tahu apa yang harus ia katakan kepada Rafa. Hanya saja ia ingin berbicara dengan Rafa.
"Kenapa, Flo?" tanya Rafa lagi karena Flora hanya diam saja.
"Itu..." Flora bingung harus mengatakan apa kepada Rafa. "Lo tahu Diva dimana?"
"Diva kan teman sekelas lo, kenapa malah tanya sama gue?"