Suasana kota Jakarta nampak tenang di hari minggu, Resty terkejut tatkala mengingat jika paspor miliknya sudah habis masa berlakunya. ia segera membuka lemari dan mencari pasport nya.
"Sial, kan bener masa berlakunya sudah habis," kata Resty saat melihat pasport yang ia cari.
"Nara, kesini sebentar," teriak Resty membuka pintu kamarnya.
"Iya Bu," teriak Nara berlari kearah Resty.
"Kamu siap-siap ya, ikut saya ke kantor imigrasi," kata Resty.
"Iya Bu, kesana mau ngapain Bu? Ibu sarapan dulu ya sudah saya siapkan di meja makan," kata Nara.
"Iya Nar, terima kasih ya," ucap Resty.
Nara pun bergegas meninggalkan Resty, tiba-tiba ia memutar kembali badannya ke arah majikannya tersebut.
"Bu, ini kan hari Minggu. kantor Imigrasi tutup," ucap Nara menatap kearah Resty.
"Oh iya ya Nar, aku sampai lupa," kata Resty.
"Ibu mau ngapain kesana?" tanya Nara penasaran.
"Saya mau perpanjang pasport buat ke Paris nyusul suami," jawab Resty polos.
Perawat yang di sewa sang suami pun kaget mendengar jawaban Resty. Karena tugasnya selain merawat Resty juga mencegahnya agar tak menghalangi keberangkatan Farhan ke Paris.
"Ibu kan lagi hamil dan kondisi Ibu sepertinya kurang memungkinkan untuk bepergian jauh," kata Nara.
"Saya sudah konsultasi dan minta surat keterangan sama dokter kandungan kok Nar," jawab Resty santai.
"Oh begitu," jawab Nara singkat.
Nara segera menjauhi Resty dan menghubungi Sania. Panggilannya terabaikan oleh Sania, tiga puluh menit kemudian Sania segera menelepon balik dirinya.
"Hallo Nar, ada apa?" tanya Sania melalui telepon.
"Jadi begini Bu, Ibu Resty mau menyusul Pak Farhan ke Paris. Bukannya Pak Farhan tidak mau kepergiannya ke Paris tertunda karena kondisi istrinya ya. Terus misal nanti ada apa-apa sama kandungan nya giman?" bisik Nara.
"Kamu awasi terus seperti yang saya tugaskan ya," kata Sania.
"Baik Bu, satu lagi Bu. Selama saya disini tidak da tanda-tanda kalau kandungan Bu Resty bermasalah," imbuh Nara.
"Maka dari itu Bar, saya juga sudah curiga. Kamu cari tau nama dokter kandungan nya Resty ya," pinta Sania.
"Baik Bu, kata Bu Resty dia sudah dapat surat keterangan dari dokter untuk menjamin perjalanannya ke Paris," imbuh Nara lagi.
Kedua nya pun nampak serius mengobrol, hingga tak sengaja Resty mendengar obrolan via telepon itu.
"Nara, kamu sedang telepon?" tanya Resty.
"Iya Bu," jawab Nara gugup.
"Oh, saya kira ngobrol sama siapa. Yaudah kalau begitu saya mau keluar saya nitip Noval ya," ucap Resty.
"Baik Bu," kata Nara masih dalam keadaan gugup.
Ia kembali melihat kearah ponsel di tangannya, dan ternyata panggilan dari Sania sudah terputus. Mungkin ia menyadari akan suara sang ipar yang mendekati orang suruhannya tersebut.
Rupanya Resty datang kerumah Yana untuk memberitahukan bahwa kepergian mereka ke Paris terpaksa tertunda.
Ting ting ting ting, suara bel pintu brumah Yana.
"Eh kamu Res, gimana kita jadi berangkat malam ini?" tanya Yana antusias.
"Nah itu Yan, untung saja belum booking tiket. Pasport aku perlu di perpanjang karena masa berlakunya habis," Jawa Resty Kesal.
"Oh begitu, yaudah besok aku antar ke kaantor imigras," ucap Yana.
"Nggak usah Yan, aku sama Nara aja biar nggak merepotkan kamu terus," tolak Resty.
"Oh begitu, iya deh nggak apa- apa. Yang penting ada yang nemenin biar kamu nggak bengong misal antri panjang," kata Yana.
Keduanya pun melanjutkan pertemuan tersebut dengan obrolan dan mulai menyusun rencana ketika tiba di Paris.
"Kamu sudah sarapan Res?" tanya Yana.
"Sudah Yan, waktunya makan Nara selalu nyiapin menu sehat buat aku," jawab Resty.
"Bagus deh, aku mau sarapan dulu kamu mau makan lagi nggak?" ucap Yana.
"Nggak Yan, aku masih kenyang," tolak Resty.
" Yaudah deh, kalau begitua aku sarapan dulu ya. Kamu mau ikut atau mau nonton televisi aja?" tanya Yana menatap sahabatnya itu.
"Aku mau langsung balik saja Yan, mau menghabiskan waktu sama Noval. Kan habis ini kita mau ke Paris jd lama nggak ketemu," ucap Resty.
"Tunggu aku selesai sarapan, nanti aku antar kamu pulang sekalian aku mau ketemu Nara," kata Yana.
"Oke deh," kata Resty menyetujui.
Sambil menunggu sahabatnya sarapan, Resty asik memainkan ponselnya dan terlihat ia sedang membuka album photo di handphone nya. Sesekali air matanya jatuh terurai kala melihat foto keluarga kecilnya saat masih harmonis dulu.
"Kamu kenapa Res?" tanya Yana yang tiba-tiba menghampirinya.
"Eh kamu Yan, enggak kenapa-kenapa," kilah Resty mengusap air matanya.
"Beneran nggak apa-apa? Aku antar kamu pulang sekarang yuk?" ajak Yana.
Kedua nya segera beranjak dari rumah yana dengan mengendarai mobil pribadi miliknya.
Dua puluh lima menit kemudian, tibalah mereka di kediaman keluarga Farhan. Keduanya bergegas menuju taman belakang.
"Nara, ikut saya ke taman belakang yuk," ajak Resty.
"Baik Bu, nanti saya menyusul. Saya masih masak bubur buat Noval," ucap Nara lembut.
"Iya, saya tunggu ya," ucap Resty.
Resty dan Yana terlihat asik mengobrol saat Nara mendekati taman belakang.
"Pagi Bu, maaf lama," ucap Nara menatap keduanya.
"Iya Nar nggak apa-apa. Duduk sini," ucap Resty menunjuk bangku kosong di sampingnya.
""Oh iya Nar, kenalin ini teman saya," sambung Resty.
"Hallo Bu, saya Nara" kata Nara memperkenalkan diri.
"Saya Yana, kamu sepertinya masih muda ya," ucap Yana
"Umur saya 25 tahun Bu," ucap Nara.
Ketiganya mulai mengobrol, awalnya Nara nampak sungkan dan canggung dengan keduanya. Namun lama-kelamaan Nara terlihat mulai berbaur dengan mereka. Sesekali Yana menatap tajam ke arah Nara. Sepertinya diam-diam ia mengamati Nara untuk menilai kepribadian gadis ayu tersebut.
"Oh iya Nar, kami sudah ada calon?" tanya Yana.
"Sudah Bu di kampung," jawab Nara.
"Oh begitu, kenapa nggak diajak ke sini? Biasanya kan banyak sepasang kekasih yang merantau bareng?" tanya Yana dengan tatap yang tak enak menurut Nara.
"Dia sudah kerja di rumah sakit Bu, nanti kalau ada lowongan di kampung saya juga mau pulang. Kerja di kampung aja dekat sama keluarga," tegas Nara dengan senyum setengah lebar.
"Terus pacar kamu sering kesini?" tanya Yana lagi.
"Tunangan saya sering ke Jakarta kalau lagi libur atau dapat cuti, kadang saya yang pulang ke kampung kalau saya dapat cuti. Mana yang sempat saja sih Bu," jawab Nara mulai menanggapi pertanyaan Yana dengan nada datar.
"Oh begitu," sambung Yana tersenyum.
Yana nampak puas dengan jawaban Nara, ia sempat beranggapan jika Farhan sengaja memilih Nara karena ada hubungan special selain dengan Dona. Di sisi lain, nampak Nara yang tak nyaman dengan pertanyaan yang di berikan oleh sahabat majikannya. Dalam hatinya mempertanyakan tujuan wanita tersebut menanyakan privasi Nara sedetail itu