Chereads / Kembali Kepelukan Cinta Pertama / Chapter 32 - Kepulangan Sania dan Mertua

Chapter 32 - Kepulangan Sania dan Mertua

Sania dan sang mertua kembali ke Indonesia hari ini. Keduanya nampak santai di depan Farhan dan Sania, namun di belakang mereka keduanya sangatlah bingung menghadapi pemberontakan yang mulai dilahkukan Resty.

"Farhan, Dona kami pulang ke Indonesia ya. Lain kali kami akan main kesini lagi. Kalian jaga diri baik-baik," ucap Ibunda Farhan.

"Baik Mah," ucap Farhan dan Dona bersamaan.

"Emm, aku mau bicara sama Farhan sebentar ya," ucap Sania.

Ia pun menarik tangan kekar iparnya itu menjauhi Dona dan Mertuanya

"Ada apa Kak?" tanya Farhan penasaran.

"Ingat ya Han, kamu fokus sama Dona disini. Masalah Resty Kakak yang urus," pesan Sania.

"Baik Kak, tapi usahakan jangan sampai Resty kesini," pinta Farhan.

"Itulah alasan yang membuat Kakak terbang lebih cepat ke Indonesia," jelas Sania.

"Yasudah, ayo kita kembali takut Dona dan Mama curiga," ajak Sania melirik ke arah keduanya.

Mereka pun segera menghampiri Dona dan ibunda Farhan.

"Mama sama Kak San hati-hati ya, kalau sudah sampai jangan lupa kabarin," pinta Farhan.

"Iya Han, kamu sama Dona baik-baik disini ya," ucap Ibunda Farhan.

Keduanya segera check in untuk mendapatkan boarding pass dan segera memasuki gate yang tertera.

Terlihat mereka sibuk menunjukan beberapa dokumen yang diperlukan kepada perugas bandara, tak lupa mereka menuju loket pemeriksaan bagasi.

"Sayang kamu kenapa kok melamun?" tanya Farhan pada Dona.

"Aku kangen pengen pulang ke Indonesia. Kangen Mama sama Papa juga," ucap Dona lembut.

"Ya udah minggu depan kita izin ke Mrs Renata untuk pulang ke Indonesia," ucap Farhan mengelus pipi kekasihnya itu.

"Jangan, kan dua bulan lagi kita sudah libur paskah dua minggu. Sekalian saja pulangnya waktu libur. Aku nggak enak sama Mrs Renata, beliau sudah sangat baik sama kita," tolak kekasihnya.

"Iya deh, ayo kita balik sebentar lagi mereka akan take off," ajak Farhan.

Dona pun mengangguk pertanda ia menyetujui permintaan sang kekasih.

Keduanya segera melangkah kearah pintu keluar dan kembali menuju apartemen mereka.

****

Di dalam perjalanan Sania nampak sedikit kacau, ia nampak bingung. Sesekali ia terlihat memejamkan mata namun mendadak terlihat terbangun seperti sedang memikirkan masalah yang belum terpecahkan.

"Mah, ingat ya jangan bilang ke Resty kita pergi ke Paris. Kalau di tanya bilang saja kita ke London," pinta Sania.

"Iya San, Mama paham," ucap sang Mertua.

"Nanti Mama jangan kaget mendengar kabar kehamilan menantu mama itu. Entah beneran hamil atau pura-pura hamil," ucap Sania sebal.

"Jadi kamu ngajak Mama pulang karena Resty hamil?" tanya Resty.

"Bukan Mah, Resty nekat mau nyusul Farhan ke Paris. Itu alasan utama Sania, coba bayangin kalau Resty ke Paris terus ada kita?" ungkap Sania.

"Kamu tau dari mana San?" tanya sang mertua.

"Ada Mah, tapi Mama pura-pura nggak tahu aja ya," pinta Sania.

"Baik San, ya sudah kamu istirahat dulu. Mama lihat kamu resah dari tadi, pasti mikir masalah ini kan?" ucap sang ibunda.

"Baik Mah, iya Mah Sania sudah janji sama Farhan akan bantu dia," ucap Sania.

Sang mertua sebenarnya masih bingung kenapa Sania tak menyukai Resty, padahal ia wanita yang polos juga lugu. Keduanya beristirahat dalam perjalanan, sesekali mereka terbangun dan menatap ponsel masing-masing.

"San, Mama nanti pura-pura nggak tahu kalau Resty hamil juga?" tanya sang mertua saat keduanya terbangun.

"Iya Mah, pokoknya Mama pura-pura nggak tahu apa-apa," pinta Sania.

Sejenak mereka menghela nafas dan saling menatap.

"Kita seperti di bikin sport jantung ya Mah?" bisik Sania tertawa.

Wanita tiga puluh tiga tahun itu berusaha mencairkan suasana yang sedang menegang.

"Kamu itu San ada-ada aja," ucap sang mertua mencubit menantu kesayangan nya.

"Kalau nggak begini hidup kita lempeng nggak ada gregetnya," canda Sania.

"Oh iya San, Mama boleh tanya sesuatu tidak?" tanya sang Mertua.

"Mau tanya apa Mah?" ucap Sania.

"Tapi Mama takut kamu nggak suka," timpal sang Mertua.

"Iya Mah nggak apa-apa, pasti mau tanya soal Resty kan?" tebak Sania.

"Iya San, kamu kenapa kok masih nggak suka sam Resty?" tanya sang Mama.

"Biar Tuhan yang membuka semua nya Mah, intinya aku nggak suka," tegas Sania.

Jawaban Sania cukup menegaskan kalau sampai kapan pun ia tak akan memberikan alasan ketidaksukaannya kepada Resty.

"Ya sudahlah, ayo kita lanjutkan istirahat lagi perjalanan masih lama," ajak sang mertua.

"Mama istirahat saja, aku pengen menikmati keindahan awan yang bertebaran," gurau Sania.

"Ya sudah Mama juga mau lihat awan-awan menari hehe," balas sang mertua.

Keduanya terlihat bersenda gurau, seolah sudah melupakan persoalan tentang Resty yang cukup membuat keduanya penat.

"Oh iya Mah, jangan kaget kalau di rumah ada perawat yang jaga Resty. Itu inisiatif Sania dan Farhan yang minta buat jaga Resty. Tapi nanti kami pura-pura tak saling kenal," jelas Sania memotong candaan mereka.

"Jadi kamu dapat informasi soal Resty dari dia?" tanya sang mertua.

"Kurang lebihnya seperti itu Mah," jawab Sania.

"Sebenarnya kadang Mama merasa kasihan sama keadaan Resty, hatinya pasti hancur kalau tau hubungan Farhan sama Dona," ungkap ibunda Farhan.

Dadanya sering sesak kala mengingat nasib Resty, rasa iba sering kali menghampiri kala mengingat keadaan psikis menantunya tersebut.

"Ini sudah jalan yang harus Resty tempuh Mah. Mungkin kedatangan Dona di tengah-tengah mereka itu ujian untuk keduanya, dan percayalah semua ini sudah takdir," terang Sania.

"Kenapa Dona mau sama pria betistribya San? Dia kan sempurna?" tanya mertuanya lagi.

"Dona uda kesekian kali nolak anak Mama karena alasan tersebut. Mungkin karena masih ada sisa cinta di antara mereka dan Tuhan mengizinkan mereka merajut sisa-sisa rasa itu kembali. Meskipun sebenarnya menurutku sendiri ini tabu dan kurang pantas. Tapi.entqh mengapa Sania lebih sreg lihat Farhan sama Dona" jelas Sania.

"Mama bingung San mau bilang gimana," ucap sang mertua sambil memegang dahinya.

"Mungkin pendapat Sania kelihatan kurang bijak, dan mendukung perselingkuhan. Tapi maksud Sania bukan itu, aku kasian sama Farhan, dia seperti kejebak dalam situasi dan statusnya yang sekarang. Ku akui Resty baik Mah, cintanya ke Farhan juga besar. Tapi lebih kasian lagi jika cinta yang besar itu bertepuk sebelah tangan, karena cinta sejati Farhan hanya Dona," tegas Sania lagi.

"Sudahlah San, ayo tidur. Mama makin pusing deh mikirin perasaan Farhan. Dulu sudah Mama beri nasihat supaya jangan terburu-buru nikah. Karena Mama lihat Resty terlalu biasa untuk Farhan," ucap sang mertua.

"Hush Mama nggak boleh mandang dari fisik. Memang kalau di bandingkan sama Dona ya jauh," ucap Sania tertawa.

"Mama sih bukan masalah fisik, tapi saat itu ada hal lain yang membuat Mama kurang sreg," ungkap sang Mertua.

"Ssst pelan-pelan Mah, Mama semangat sekali bicaranya. Kalau sama Sania dulu gimana?" candanya.

"Langsung suka. Ah sudah ayo tidur, perjalanan kita masih memakan waktu belasan jam," ucap sang mama.

Keduanya pun kembali memejamkan mata, lelah tampak mengiringi istirahat mereka. Beberapa jam kemudian Sania terbangun, ia menatap wajah sang mertua yang nampak kusut. Ia pun mengambil pembersih wajah dan tissue dari dalam tas jinjingnya, kemudian membersihkan wajah mertuanya hal tersebut membuat mertua terbangun.

"Ya ampun San, Mama kaget," ucap sang mertua.

"Wajah Mama kucel banget tadi," kata Sania.

Tampak sekali ketulusan dan kebaikan sang menantu padanya.

"Makasih ya San," ucap sang mertua.

"Iya Mah sama-sama, lanjut tidur yuk," ajak Sania.

Pukul empat sore, tibalah mereka di Indonesia. Pesawat yang mereka tumpangi landing dengan selamat di Bandara International Soetta.