Pagi yang cerah tampak di langit Ibokota, hari ini sepertinya akan diawali dengan Permainan sengit dari sang ibu Mertua. Tiada angin tiada hujan, tiba-tiba sang mertua berteriak memanggil Resty.
"Resty, tolong cepat kesini," teriak mertua yang melihatnya sedang asik menonton Televisi.
"Iya Mah, ada apa Mah?" tanya Resty.
"Tolong antar Mama ke dokter, dada Mama sakit. Mama coba cari Papa dan yang lain tapi tidak ada," ucapnya dengan memegang dada.
"Semuanya sudah berangkat ke kantor Mah, Resty pikir tadi Mama sudah tahu," ucap Resty. Mencari anggota keluarga di saat jam kerja, tentulah sudah masuk dalam skenario sang mertua. Kesengajaan itu bertujuan supaya Resty lah yang mengantarnya ke dokter sehingga memuluskan rencananya mencegah Resty menuju Paris.
"Antar Mama ke dokter ya Res," pinta sang mertua.
"Baik Mah, dokter langganan Mama?" tanya nya polos.
"Iya Res," jawab sang mertua.
Dengan polosnya Resty pun terbuai dalam skenario sang mertua. Ia mengantar ibunda Farhan tersebut menuju dokter yang biasa menangani sang mertua.
"Sudah sampai Mah," ucap Resty.
"Iya Res, Mama mau ke toilet sebentar ya," ucap sang mertua.
"Iya Mah, Resty ke bagian pendaftaran dulu ya biar Mama segera dapat antrian," ucap Resty.
Resty segera menuju ruang pendaftaran, sedangkan sang mertua berjalan menuju toilet yang berada di klinik tersebut.
Ketika sang menantu sibuk melakukan prosedur pendaftaran, sang mertua sibuk mengabari menantu yang lain.
"Hallo San, Mama dan Resty sudah ada di klinik," ucap sang mertua melalui telepon.
"Oke Mah, Mama sebisa mungkin buat Resty percaya kalau Mama beneran sakit ya," pinta Sania.
"Oke San, kamu jangan lupa bikin Resty sibuk ya saat Mama mau di diagnosa. Biar dia nggak ikut masuk ke ruang dokter," pinta sang mertua.
"Iya Mah, nanti Mama kabarin Sania ya kalau mau di diagnosa. Nanti Sania telepon Resty dan bikin dia sibuk jawab telepon aku," ucap Sania.
"Iya sayang, Mama tutup telepon nya dulu ya," jawab sang mertua.
"Oke Mah," jawab sang menantu.
Ibu kandung Farhan tersebut segera mematikan telepon dan bergegas menyusul sang menantu.
"Mah," teriak Resty yang duduk di ruang antrian.
"Iya Res, dapat antrian nomor berapa?" tanya sang mertua.
"Nomor dua puluh tiga Mah, ini udah jalan antrian nomor tujuh belas kok." tegas Resty.
Mereka pun menunggu di ruang antrian dan setelah mendekati nomor antriannya, sang mertua diam-diam menghubungi Sania lewat chat.
"San, antrian Mama sudah dekat. Kamu bisa hubungi Resty sekarang," isi chat mertuanya.
"Oke Mah," ucap Sania.
Benar saja, tak sampai satu menit Sania menghubungi Resty.
"Mah, kak Sania telepon. Resty angkat sebentar ya," ucap Resty.
"Iya sayang, sana angkat di mobil aja biar jelas disini bising," ucap Mertuanya.
"Baik Mah, tapi sebentar lagi Mama mau di diagnosa lho. Mama ke dalam sendiri nggak apa-apa?" tanya Resty polos.
"Nggak apa-apa Rest, sana angkat dulu. Siapa tahu penting," pinta mertuanya.
Dengan polosnya Resty menuruti permintaan mertuannya, ia pun terjebak dalam permainan sang mertua dan ipar cantiknya itu.
Kini giliran nomor antrian sang mertua terpampang di layar antrian, ia pun bergegas memasuki ruang dokter.
"Siang Ibu Mia, ada apa dengan kesehatan Ibu? tanya dokter Mirna langganan beliau.
" Nggak apa-apa dok, cuma mau minta vitamin biar badan saya tetap fit. Soalnya saya mau jalan-jalan ke luar negeri," ucap Mama Farhan.
"Oh begitu, nggak chek up adar gula, darah, sama kolesterol dulu?" tanya sang dokter.
"Iya dok sekalian saja," ucap Mama Farhan.
"Ya sudah Ibu keruang sebelah dulu, kasih kertas ini ke perawatnya ya Bu. Nanti Ibu kesini lagi saya kasih resep untuk di tebus di apotik," ucap dokter Mirna mengulurkan selembar kertas.
"Oke dok," ucap Mama Farhan.
Beliau segera menuju ruang sebelah, tak lupa ia melihat sekeliling untuk memastikan Resty masih meladeni Sania berbicara lewat telepon selular.
Setelah selesai melakukan cek kesehatan tersebut, ia segera kembali menuju ruang dokter.
"" Sudah dok, ini hasilnya," ucap Mama Farhan mengulurkan selembar surat.
"Kadar gula dan kolestrol hampir tinggi lho Buk, tapi tensi sarah Ibu normal, jaga pola makan ya Bu. Untuk resepnya nanti bisa di tebus di sini atau diapotik lain," ucap dokter Mirna tersenyum.
"Baik dok, Terima kasih ya," ucap Mama Farhan.
Ia segera keluar dari ruang praktik dokter Mirna dengan membawa Resep. Tampak Resty sudah duduk santai di ruang tunggu.
"Mama suda selesai periksanya?" tanya Resty.
"Sudah Res, tinggal nebus obat sama bayar ke kasir," jawab sang Mertua.
"Ya sudah Mama tunggu disini, biar Resty yang ke apotik dan ke kasir," ucap Resty.
"Kamu langsung ke Kasir saja Res, ini nota nya. Obatnya nanti biar Fahri atau Sania yang beli. Kata dokter Mirna, stock obatnya ada beberapa yang kosong," tolak sang Mertua.
"Oh begitu, ya sudah Resty ke kasir dulu ya Mah," jawab Resty.
Sang menantu pun segera menuju kasir untuk menyelesaikan administrasi. Sementara sang mertua kembali menjamah ponselnya.
"Semua rencana berjalan mulus sayang," isi chat sang mertua untuk Sania.
"Oke Mah," balas Sania.
Selesai menyelesaikan administrasi Resty dan mertuanya pun bergegas menuju parkiran klinik.
Keduanya segera memasuki mobil milik keluarga Farhan.
"Mah, kata dokter gimana?" tanya Resty.
"Mama harus banyak istirahat dan harus ada yang jaga takut sewaktu-waktu keadaan Mama memburuk," kata sang mertua.
"Gimana kalau sementara Nara jagain Mama," usul Resty.
"Gimana baiknya saja lah Rest," jawab sang mertua.
Resty kembali fokus mengemudikan mobil, sepertinya ia tak menaruh rasa curiga pada Mertua serta Iparnya itu. Dua puluh lima menit mereka menempuh perjalanan, akhirnya tibalah dirumah mewah milik keluarga Farhan.
"Mah, sudah sampai," kata Resty membangunkan sang mertua yang terlelap tidur.
"Oh iya Res, maaf Mama lemas banget sampai ketiduran," jawab sang mertua.
"Mama kuat jalan sendiri apa nggak? Biar Restu bantu gandeng," ucap Resty.
"Kuat Res, kamu jangan khwatir," ucap sang mertua.
Tiba-tiba Nara terlihat ngos ngosan memasuki area rumah Farhan. Nafasnya tersengal sengal seperti habis berlari jauh.
" Kamu dari mana Nar? Kok ngos ngosan begitu? " tanya Mertua Resty.
"Saya dari kantor imigrasi Bu, ngambil pasport nya Bu Resty. Tadi Nara naik busway, dari halte kesini maksud hati mau jalan kaki hitung-hitung Olah Raga. Nggak tahu nya ada anjing tetangga menggonggong, Nara paling takut sama anjing," jawab Nara.
"Oallah Nar kamu ada-ada saja," ucap Resty tertawa.
Ibunda Farhan pun tersenyum lebar kalau mendengar cerita dari perawat ayu tersebut.
"Tadi kamu bilang Pasport Nar?" tanya Ibunda Farhan pada Nara.
Gadis lembut itu hanya mengaggukan kepala.
"Kamu mau kemana Res?kataya kamu lagi hamil?" sambung sang mertua bertanya pada Resty.
"Nggak kemana-mana Mah. Mama masuk yuk, istirahat dulu," ucap sang menantu.
Resty, Nara, serta mertuanya pun beranjak memasuki rumah mewah milik keluarga Farhan melalui pintu utama.