Malam yang indah terlihat di kota Paris, namun tak seindah perasaan yang menyelimuti sang Primadona. Ia masih terbuai dalam lamunannya dan masih terbayang akan ucapan Erischa tentang Resty. Pikirannya semakin tak menentu dan hatinya mulai bergejolak. Malam ini, wanita ayu tersebut memberanikan diri untuk menyampaikan apa yang sedang mengganggu hatinya.
Kring kring kring, suara bel terdengar dari pintu apartemen Farhan.
"Kamu sayang? Tumben nggak ngabarin dulu mau kesini?" tanya Farhan saat melihat Dona berdiri di depan pintu apartemennya.
"Ada yang mau aku tanyakan," ucap Dona.
"Masuk sayang," ucap Farhan.
Dona mengangguk dan segera memasuki apartemen kekasihnya.
"Sayang aku kangen banget sama kamu," bisik Farhan memeluk kekasihnya dari belakang.
"Far, lepasin," tolak Dona dengan gerakan memberontak.
Pria tersebut mulai mengerti, datangnya sang kekasih ingin mengutarakan sesuatu yang mungkin tak sesuai harapannya.
"Kamu kenapa sayang? Mau tanya apa?" tanya Farhan lembut.
"Apa benar Resty sedang hamil?" tanya Dona menatap kekasihnya.
Pria di hadapannya terdiam dan mendadak gugup mendenger pertanyaan yang keluar dari bibir Dona.
"Jawab Han?" tegas Dona.
"Itu belum jelas kebenarannya dan baru diselidiki Kak San," jawab Farhan dengan wajah pucat.
"Belum jelas? Maksud kamu?" tanya Dona lagi dengan wajah memerah.
"Ada kejanggalan dengan kehamilan Resty," jawab Farhan.
"Maksud kamu, kamu tidak percaya dengan kehamilan Resty?" tegas Dona.
"Iya," jawab Farhan mengangguk.
"Bagaimana bisa kamu tidak percaya? Sedangkan Echa lihat sendiri istri kamu sedang chek up ke dokter kandungan," teriak Farhan.
"Jadi kabar ini kamu dapat dari Echa? Sayang aku bisa buktikan perkataan aku lewat Nara, perawat yang sengaja aku sewa untuk merawat Resty," tegas Farhan.
Dona terdiam, tiba-tiba tubuhnya lemas tak berdaya. Ia pun terjatuh di sofa yang berada di depannya dengan pandangan kosong.
"Sayang, selama aku ketemu kamu lagi. Aku hampir tidak pernah menyentuh Resty," ucap Farhan memeluk dan mencoba menenangkan sang wanita impian.
Kekasihnya masih terdiam dalam pelukannya dan tak bisa berucap apa-apa.
"Sayang, dari penjelasan Kak Sania dan Nara itu merujuk kalau tidak ada tanda-tanda kehamilan pada diri Resty," sambung Farhan.
"Kita sudah sangat jauh, dan tanpa kita sadari ada wanita yang tersakiti," ucap Dona. Mendengar kata-kata yang terucap dari bibir sang kekasih, Farhan mulai kacau.
"Sayang kamu ngomng apa sih, nggak ada yang tersakiti," ucap Farhan.
"Aku minta kita selesai mulai sekarang Han," pinta Dona lirih. Mata sayunya menatap Farhan, mata itu pun tak mampu membendung kekacauan hatinya.
"Maaf aku nggak bisa sayang, hatiku sudah terlanjur kamu miliki," tolak Farhan.
Wanita tersebut tak menghiraukan ucapan kekasihnya, ia beranjak dari sofa dan berjalan meninggalkan pria tersebut. Farhan tak tinggal diam, ia mengejar dan memeluk Dona dari belakang.
"Sayang aku mohon jangan siksa aku seperti ini," pinta Farhan.
"Han ini nggak adil buat aku sama Resty," ucap Dona.
"Aku tahu sayang, tapi aku tak bisa menentang takdir. Perasaanku hingga apa yang terjadi diantara kita, aku yakin semua itu takdir," kilah Farhan.
"Dan menurut kamu, aku sebagai orang ketiga untuk kalian juga takdir?" tukas Dona lirih.
"Kamu bukan orang ketiga, kamu satu-satunya wanita di hatiku. Dari dulu hingga sekarang Don," tegas Farhan.
"Lalu bagaiman dengan Resty?" tanya Dona.
"Dia memang istriku, tapi bukan pemilik hatiku," jawab Farhan.
Mendengar jawab ringan yang keluar dari bibir Farhan, Dona pun naik pitam. Sebagai wanita ia tersinggung mendengar jawaban Farhan yang sama sekali tak menghargai Resty.
"Tujuh tahun dia nemenin kamu, seringan itukah jawaban kamu?" sahut Dona.
"Terus aku harus jawab apa? Memang seperti itu kenyataannya," ucap Farhan.
"Terus hal tersebut juga berlaku untuk aku? Ketika kamu sudah bosan denganku apakah nasibku akan sama seperti Resty?" tegas Dona.
"Sayang aku mohon jangan tindas dan jatuhka aku dengan pertanyaan-pertanyaan konyol kamu itu," ucap Farhan semakin memeluk erat Dona.
"Aku tulus sama kamu dan nggak ada wanita lain, aku juga akan buktikan jika kehamilan Resty hanya pura-pura," ucap Farhan.
"Sudah malam, aku mau istirahat." ucap Dona mencoba melepaskan pelukan kekasihnya.
"Sayang aku mohon jangan tinggalkan aku untuk kedua kalinya," ucap Farhan meneteskan air mata.
Tak pernah sebelumnya ia membuang air matanya hanya untuk menangisi seorang wanita.
"Aku berjanji akan buktikan kalau Resty tidak hamil," sambung Farhan.
"Kalau Resty beneran hamil bagaimana?" tanya Dona.
"Aku pastikan itu tidak benar sayang, semua ini sandiwara Resty," teriak Farhan.
"Yang aku tanyakan, bagaimana jika Resty beneran hamil? Apa yang akan kamu lahkukan?" gertak Dona.
"Sayang aku mohon kamu jangan emosi, dan jangan berfikir sesuatu yang belum jelas kebenarannya," ucap Farhan.
"Kalau apa yang aku pikirkan benar, apa kamu akan meninggalkan aku?" tanya nya.
"Aku berusaha menuruti permintaan kamu. Tapi tolong jangan tinggalkan aku dan tolong jangan paksa aku untuk meninggalkan kamu sayang. Aku nggak akan sanggup!" gertak Farhan.
"Meninggalkan istri yang sudah tujuh tahun menemani kamu itu hal yang mudah kan buat kamu? Lalu, apa meninggalkanku yang baru apakah hal yang sulit?" tanya Dona.
"Aku mau meninggalkan wanita lain bahkan Resty sekalipun, tapi tidak dengan kamu," tegas Farhan.
"Tapi aku tidak mau kamu meninggalkan istri kamu hanya untuk aku, wanita yang kamu kagumi sedari dulu," ucap Dona.
Farhan seketika bertekuk lutut dihadapan Dona, seraya memohon agar kekasihnya tak meninggalkan dirinya.
"Sayang aku mohon percaya sama aku. Resty nggak hamil, bahkan bulan ini dia menstruasi dan tidak ada tanda-tanda dia hamil," jelas Farhan.
"Sudahlah Han. Sekalipun Resty berpura-pura ia tidak salah karena tujuannya pasti untuk mempertahankan keutuhan rumah tangganya! Yang salah itu kita, terlalu memaksakan keadaan!" tukas Dona.
"Kamu nggak salah, aku yang salah. Aku sanggup membiayai kehidupan kalian jika kamu mau aku tetap bersama Resty," ucap Farhan.
"Tapi pemikiranmu belum tentu sepaham dengan istri kamu," ucap Dona.
"Aku mohon Don, jangan beri aku pilihan yang sulit apalagi pilihan itu untuk tidak hidup bersama kamu. Aku benar-benar tidak mau itu terjadi," gertak Farhan.
"Lebih baik kamu pikirkan lagi mengenai hubungan kita," ucap Dona.
"Itu permintaan yang selalu kamu ulangi, tapi aku nggak akan pernah melakukan itu. Aku bosan Don dengan permintaan kamu itu, apalagi permintaan untuk pergi dari hidup kamu. Itu tidak akan pernah mungkin aku lakukan sampai kapanpun," tandas nya.
Mendengar ucapan Farhan yang semakin tak karuan itu pun membuat Dona bungkam. Ia semakin merasa bersalah dengan Resty, istri sah kekasihnya itu. Tanpa pamit, ia pun pergi meninggalkan Farhan yang perasaannya masih dalam keadaan kacau.