Waktu terus berputar, tak terasa malam mulai menjelang. Tampak Papa mertua Resty dan kedua iparnya memasuki kediaman mereka yang berada di tengah Ibukota. Sementara ia dan Nara terlihat sibuk di kamar sang mertua. Ketiga penghuni yang baru tiba di rumah pun segera menuju kamar orang tua Farhan.
"Mama gimana keadaan nya Res? Mama baik-baik saja kan?" tanya Sania berlagak panik.
"Mama baik Mbak. Sudah di diagnosa dokter Mbak, Mama nggak boleh kecapekan dan harus ada yang jaga takut sewaktu-waktu penyakit Mama kambuh," jawab Resty.
"Resty sama Nara tolong jaga Mama dulu ya, aku besok mau ke Paris. Aku mau ngasih tahu Farhan kalau Mama sakit, soalnya dia nggak bisa di hubungi dari tadi pagi," ucap Sania.
"Aku saja yang kesana Mbak, aku hubungi Mas Farhan juga nggak bisa," sahut Resty.
"Kamu kan lagi hamil, biar aku saja," tolak Sania.
"Iya Res, Sania benar. Kamu disini saja kan kandungan kamu sedang bermasalah," sahut Papa mertuanya.
"Tapi Resty sudah dapat surat rekomendasi dari dokter untuk keberangkatan Resty kesana Pah," ucap Resty.
"Iya Res, kamu jaga Mama saja," timpal Ibu mertuanya.
Resty pun tak punya pilihan lain selain mengikuti kehendak keluarga besarnya. Ia tak mau keluarga besarnya menilai ia sebagai menantu pembangkang. Terpaksa keberangkatan nya menuju Paris untuk menyusul sang suami tertunda.
"Baik Mah, Resty akan tetap di rumah untuk jaga Mama," ucap Resty.
"Iya Res, kamu juga harus bisa jaga kandungan kamu jangan sampai kenapa-kenapa," ucap Mama mertuanya.
"Iya Mah," jawab Resty singkat.
"Ya sudah Res kamu sama Nara istirahat saja, dari pagi kalian jagain Mama. Takut kamu sama Nara capek," pinta Ibu Mertuanya.
"Iya Mah, ayo Nar kita istirahat," ucap Resty.
Tak hanya Resty dan Nara yang meninggalkan kamar terbesar di rumah tersebut. Papa mertu dan Fahri pun keluar dari kamar mewah itu.
"Mah, aku mau mandi dulu ya," pamit Fahri.
"Iya Mah, Papa juga ya. Mama sama Sania nggak apa-apa kan?" ucap Suaminya.
"Iya Pah nggak apa-apa, kalian sekalian makan malam saja ya," ucapnya.
Tinggalah Sania dan Mama mertuanya yang berada di dalam kamar, keduanya tampak saling melempar senyum keberhasilan.
"Kita berhasil Mah," ucap Sania tertawa.
"Sst! jangan keras-keras nanti yang lain dengar," tegur sang Mama.
"Iya Mah, lupa." balas Sania.
"Oh iya Sania, kamu beneran mau ke Paris? Kenapa Farhan tiba-tiba susah di hubungi?" tanya Sang mertua.
"Itu cuma akal-akalan Sania saja Mah. Sengaja Sania suruh Farhan matikan ponselnya," ucap Sania.
Ternyata semua ini adalah rencana licin Sania, semuanya berjalan mulus sesuai harapan mereka.
"Kamu benar-benar cerdas sayang," puji Mama mertuanya.
"Iya dong, kalau nggak cerdas nggak mungkin Fahri kesemsem sama aku," canda Sania.
"Yaudah San, kamu mandi, makan, terus istirahat ya," tambah mertuanya.
"Oke Mah, Mama pura-pura tidur ya atau tidur beneran juga boleh hehe. Biar nanti kalau Sania di tanya kenapa Sania keluar dari kamar, Sania ada alasan Mama istirahat," pintanya.
"Iya sayang," ucapnya mencubit dagu Sania.
Keduanya tampak riang melihat rencana mereka membuahkan hasil. Sania pun segera melangkah keluar dari kamar sang mertua.
Selesai mandi, Sania menuju meja makan untuk makan malam. Terlihat suami dan Papa mertuanya sudah berada disana.
"Lho Dek, kamu kok nggak jagain Mama?" tanya sang suami.
"Mama sedang istirahat sayang," jawab Sania.
"Sini San makan bareng," ajak Papa mertuanya.
"Iya Pah," ucapnya dengan menggeser kursi yang berada dimeja makan.
"Oh iya Dek, kamu kapan mau ke Paris? Sudah hubungi Mrs Renata kan?" tanya Fahri kepada Sania.
"Sudah sayang, kamu tenang saja," jawab istrinya.
Ketiga nya kembali menikmati menu makan malam yang tersaji di meja makan.
"Papa, sudah selesai makan nih. Papa duluan ya, mau jaga Mama," ucap Papa Fahri.
"Iya Pah," jawab pasangan suami istri tersebut.
Ayah dari Fahri itu pun segera melangkahkan kaki, meninggalkan meja makan dan menuju kamar pribadinya.
"Oh iya sayang, kamu ke Paris sendirian nggak apa-apa?" tanya Fahri.
"Nggak apa-apa, nanti di kamar aku ceritain sesuatu sayang," jawab Sania.
"Ya sudah, aku sudah selesai makan. Aku tunggu kamu di kamar nggak apa-apa Dek? Mau rebahan, capek," ucap Fahri.
"Iya sayang, aku juga sudah mau selesai ini," jawab Sania.
Fahri bergegas menuju kamarnya, kamar tersebut ia pakai jika berkunjung dan menginap di rumah orang tuanya. Setelah menyelesaikan makan malam, sang istri pun menyusulnya ke kamar.
"Sayang jadi gini, aku itu cuma pura-pura mau ke Paris. Biar Resty nggak nyusul Farhan," ucap Sania.
"Dek kamu itu sudah terlalu ikut campur urusan mereka, sudahlah jangan terlalu ikut andil dalam permasalahan mereka," saran sang suami.
"Terus kamu mau aku diam saja jika Farhan tersakiti secara diam-diam oleh permainan istrinya yang berlagak polos itu," tegas Sania.
"Bukannya begitu Dek, biar Farhan tau sendiri borok istrinya itu. Kalau kamu berpihan sama Farhan, kesannya kamu dukung Farhan selingkuh sama Dona," ucap sang suami.
"Memang aku dukung mereka Mas, aku sudah amat risih sama kelakuan ipar kamu da keluarganya yang tidak tahu diri itu," tukas Sania.
Tiba-tiba suasana kamar menjadi hening, Fahri tampak bingung menyikapi kondisi yang menimpa adik kandungnya.
"Asal kamu tahu Mas, orang suruhan Mrs Renata juga memergoki Resty sedang bersama pria itu," sambung Sania.
"Maksudnya? Dari mana orang suruhan Mrs Renata tahu Resty?" tanya sang suami.
"Mrs Renata saat itu memergoki Resty mengintai Dona saat bertemu dengan Mrs Renata. Beliau curiga kalau Resty bermaksud buruk padanya. Karena saat pertama kali Resty bertemu dengan Mrs Renata, relasi kita itu mendapat perlakuan yang kurang pantas dari ipar kamu itu. Ternyata Resty mengincar Dona, dan kebetulan orang kepercayaan Mrs Renata juga sempat melihat Resty bersama pria lain." jawab Sania menjelaskan.
"Kurang pantas gimana?" tanya Fahri lagi.
Sania mencoba menguraikan cerita yang pernah di sampaikan Mrs Renata padanya dengan gamblang.
"Masa Resty setega itu Dek?" tanya Farhan.
"Entahlah sayang, biar waktu yang menjawab," jawab Resty.
"Tapi kalau dipikir-pikir, orang sekelas Mrs Renata nggak mungkin berbohong Dek," ucap Fahri.
"Akupun berfikir demikian, dan beliau juga berpesan untuk merahasiakannya pada siapapun termasuk Farhan," ucap Dona.
"Mama sudah tau soal ini Dek?" tanya suaminya penasaran.
"Sudah Mas, tapi Mama pura-pura tidak tahu," jawabnya.
"Apa sakitnya Mama ini akibat terlalu stres mikir rumah tangga Farhan ya Dek?" tanyanya lagi.
"Entahlah," Jawa Sania singkat, kemudian ia menarik selimut yang berada di ranjang mereka.
Rupanya Sania masih menutupi drama yang sedang di lakoni Mama mertuanya dari siapapun, termasuk sang suami.