Hubungan Farhan dan Dona semakin dalam, dua sejoli ini semakin larut dalam buaian asmara. Tanpa mereka sadari, ada hati seorang wanita yang tersakiti. Sosok Dona yang tak mudah membuka hati, kini di takhlukan oleh seorang pria beristri.
Hatinya kini benar-benar telah di menangkan oleh Farhan.
Mentari mulai terbenam, langit senja mulai terlihat memerah pertanda siang akan berganti dengan malam.
"Sayang kamu nanti malam nginep disini ya, kan Mama sama Kak San sudah balik ke Indonesia aku sendirian," pinta Farhan melalui chat.
"Aku enggak enak sayang," balas Dona.
"Enggak enak sama siapa sih?" tanya Farhan.
"Pokoknya enggak enak aja," balas Dona.
Sepertinya kedekatan diantara keduanya sudah di luar batas, sehingga Farhan mulai berani meminta permintaan yang kurang pantas.
"Oke, kalau begitu aku ke tempat kamu sekarang ya," balas Farhan.
"Iya, aku tunggu ya," jawab kekasihnya itu.
Dona tak sampai hati menolak permintaan sang kekasih, mengingat tempat tinggal mereka hanya berjarak beberapa langkah. Alasan lain, karena wanita itu kini mulai terbuai dan hanyut dalam skandal cinta yang mereka mainkan.
Beberapa menit kemudian terdengar bunyi bell di apartemen nya. Ia itu segera membukakan pintu apartemennya.
"Masuk sayang," ajak Dona.
"Iya sayang, terima kasih," kata Farhan mencium kening sang kekasih.
Tak lupa ia memeluk mesra tubuh wanita cantik yang berada di hadapannya itu.
Farhan memasuki apartemen dengan berjalan di belakang langkah kekasihnya itu. Mereka duduk bersama di sofa ruang tamu.
"Sayang besok kita ke kantor lebih pagi ya, kita selesaikan pekerjaan lebih awal biar bisa pulang cepet. Aku pengen ngajak kamu dinner besok," ucap Farhan.
"Jam berapa? Mau Dinner dimana?" tanya Dona.
"Satu jam lebih awal dari biasanya. Tempatnya masih rahasia biar surprise," goda Farhan menatap ke wajah kekasihnya dengan melepar senyuman.
"Yah kok main rahasia-rahasiaan sih," kata Dona memanja.
Sikap manjanya semakin membuat pria disampingnya tak mampu menahan gemas. Jemari Farhan seketika mencubit pipi tirus kekasihnya itu.
"Aduh sakit," teriak Dona.
"Habisnya kamu gemesin," ucap Farhan.
"Gemesin gimana sih," kata Dona merajuk.
"Jangan marah dong sayang, bercanda," ucap Farhan sambil memeluk dan mencium kening Dona kala melihat sang kekasih berwajah masam.
Keduanya bak ABG yang sedang di mabuk cinta. Farhan yang sudah berkeluarga pun seolah lupa akan statusnya. Hadirnya seorang istri dan seorang anak yang dalam hidupnya, tak mampu memalingkan hatinya untuk Dona.
"Sayang sudah malam, kamu balik ke apartemen kamu ya," ucap Dona.
"Aku nginep disini ya, aku masih kangen sama kamu," rengek Farhan.
" Jangan nggak enak, kita belum sah!" tolak Dona.
Mendengar alasan yang di utarakan sang kekasih saat menolaknya, ia pun segera memberi penawaran yang tak asing di telinga Dona.
"Yaudah kita nikah aja secepatnya," ucap Farhan menatap Dona.
"Terus aku mau dijadiin istri kedua atau istri simpanan?" canda Dona tertawa.
"Kamu mau kita begini terus? Sampai kapan sayang? Aku serius sama kamu," tegas Farhan sebal.
"Aku bingung sama keadaan yang terjadi sama kita, kita terjebak dalam situasi yang sulit," sahut Dona.
"Kamu sendiri yang membuat situasinya sulit, kita tinggal menikah dan jadi pasangan yang sah," tandas Farhan lantang.
"Aku? Sekarang posisi aku dan istrimu sama. Aku wanita dan dia wanita, mungkin jika posisi kami di tukar aku pasti marah melihat suamiki mencintai wanita lain," tegas Dona lantang.
Hatinya semakin berkecamuk kala sang kekasih mengajaknya menikah. Hatinya memginginkan tapi logikanya menolak. Status Farhan yang sudah tak lajang lagi membuatnya tak sampai hati untuk melukai wanita lain. Meskipun tanpa mereka sadari, dengan adanya hubungan ini Resty tetap tersakiti.
"Aku mohon jangan bawa-bawa Resty. Ini tentang perasaan kita, aku dan kamu bukan aku, kamu, dan dia," pinta Farhan.
"Sudah malam Han, kamu balik ya. Sepertinya kita selalu ribut kalau bahas ini," tegas Dona melembut.
Terpaksa sang wanita mengulang permintaan nya. Karena ia tak mau perdebatan diantara keduanya semakin panjang.
Pria tampan tersebut mencium kening Dona, wanita itupun membalas mencium pipi kekasihnya.
"Iya sayang, aku minta maaf dengan statusku yang sekarang ya," sesal Farhan menyadari kekurangan nya.
"Iya nggak apa-apa. Ini semua sudah takdir Han, seperti inilah jalan yang harus kita tempuh," ucap Dona.
"Iya sayang sekali lagi maaf, kamu tidur yang nyenyak dan jangan mikir yang aneh-aneh ya," pinta Farhan membelai pipi tirus sang kekasih.
"Iya sayang, kamu juga ya," ucap Dona menatap mata pujaan hatinya.
"Ya sudah aku balik dulu," kata Farhan.
Wanita ayu tersebut mengantar kekasihnya sampai di depan pintu apartement nya.
"Sayang aku masih rindu," rengek Farhan kembali menatap ke arah Dona.
"Kangen terus deh perasaan! sama aku juga kangen kok," goda Dona memanja.
Mereka kembali melanjutkan obrolan di depan pintu.
"Besok jangan lupa bangung pagi," ucap Farhan membelai rambut Dona.
"Iya, yaudah sana kamu pulang," kata Dona mengelus pipi kekasihnya itu.
"Iya kamu juga istirahat, langsung tidur ya jangan begadang," kata Farhan.
"Iya tapi aku mau telpon erischa dulu, mau nagsih tau kalau oleh-oleh buat dia dan yang lain aku titipin ke Kak Sania," ucap Dona.
"Iya jangan lama-lama, biasanya kalau kalian kumpul pasti yang di bahas aneh-aneh," ucap Farhan.
"Iya sayangku," rayu Dona memanja sambil menutup pintu apartemennya.
Sesuai dengan janjinya, ia segera menelpon Erischa.
"Hallo Cha, apa kabar?" tanya Dona melalui telepon selular.
"Baik banget Beb, kamu baik juga kan?" tanya balik sahabatnya.
"Baik cintaku, oh iya oleh-oleh buat kalian.aku titipin ke iparnya Farhan ya," kata Dona.
"Oke Beb, oh iya aku kapan hari lihat istrinya Farhan di rumah sakit. Dia sedang chek up di salah satu dokter kandungan di sana. Istri Farhan lagi hamil kah Beb?" tanya Echa panjang lebar.
Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Dona seketika terkejut ia terdiam. Perasaannya campur aduk penuh tanda tanya.
"Hallo Beb, kamu masih dengar suaraku?" teriak Echa.
"Oh iya Beb, aku dengar suara kamu kok. Aku kurang tahu ya soal itu, Farhan nggak.pernah cerita," jawab Dona lemas.
"Oh begitu, aku minta kontak iparnya Farhan ya. Biar nanti kalau mau ambil oleh-oleh gampang," pinta Echa.
"Oke, nanti aku send yah. Yaudah aku istirahat dulu ya Beb. Kapan-kapan aku hubungi kamu lagi," ucap Dona.
"Oke sayang, tapi kamu sama Farhan beneran nggak ada hubungan soesial kan?" desak Echa.
"Besok aku ceritain ya Beb, sekarang disini udah larut banget, aku ngantuk," imbuh Dona.
"Oke, besok jangan lupa hubungi aku ya," ucap Echa.
Obrolan tersebut pun berakhir, tapi pikiran Dona masih belum berakhir tentang kabar kehamilan Resty. Ingatan nya masih belum beranjak dari informasi yang ia dapat dari sang sahabat. Hatinya serasa teriris mendengar kabar tersebut, mengingat rasa cintanya untuk Farhan yang kini sudah tumbuh menguat dan bersemi.
Kebersamaan mereka di Paris tentunya semakin membuat keduanya semakin dekat dan saling bergantung. Farhan mulai tak bisa menjauh dari Dona begitu juga sebaliknya. Bahkan tujuan utama Dona untuk menjauh dari Farhan kini terlupakan dan terkalahkan oleh perasaan mereka.
Namun kabar kehamilan Resty tak hanya menyakiti hatinya, tapi membuatnya semakin merasa bersalah kepada Resty.
"Aku harus mastiin kebenaran kabar ini dari Farhan," ucap Dona pada dirinya sendiri.
"Kalau benar Resty hamil aku akan pergi dari hidup Farhan," sambungnya lagi.
Ia merasa mungkin ini adalah teguran dan peringatan dari Tuhan untuknya. Kali ini Dona sangat berharap pada bantuan Mrs Renata untuk menjauhi Farhan.