Langit mulai mengelabu, pertanda petang akan datang. Sania dan sang mertua mulai bersiap untuk pulang menuju kediaman sang mertua. Ia segera memesan taksi untuk mengantar perjalanan mereka.
"Mah, nanti kalau ketemu Resty usahakan bersikap biasa aja ya. Seperti nggak ada apa-apa gitu," pinta Sania.
Sang mertua hanya mengangguk menandakan jika dirinya menyetujui permintaan menantu kesayangannya.
"Mama jangan lupa juga ya, jangan bilang kalau kita dari Paris," sambung Sania lagi.
"Iya San, tenang saja Mama mu ini belum pikun," ucap sang mertua.
"Iya Mamaku sayang," balas Sania tersenyum dan memeluk mertuanya.
Tampak sekali keharmonisan diantara keduanya, tak terlihat seperti menantu dan mertua melainkan bak anak dan ibu kandung. Terlihat sekali sosok Sania yang penyayang.
"Oh iya San, kira-kira Farhan sama Dona sekarang lagi apa ya?" tanya sang mertua.
"Lagi pacaran mungkin," celetuk Sania.
"Kamu bisa saja, memangnya mereka ABG apa," tandas sang mertua.
"Yah Mama kan tau sendiri, gimana perasaan anak Mama ke Dona," tegas Sania.
"Iya sih kalau di pikir-pikir sebenarnya mereka pasangan serasi, tampan dan cantik." ungkap sang mertua.
Mendengar jawaban sang mertua, Sania pun tertawa hatinya bak tergelitik dan perasaannya mendadak serasa syahdu.
"Kamu kenapa ketawa sendiri San? Ada yang lucu?" sambung sang mertua.
"Nggak Mah, Sania cuma mau bilang kenapa Mama baru sadar kalau mereka pasangan serasi dan ayo kita ke loby. Taksi yang Sania pesan sudah siap," jawab Sania kembali tertawa.
"Kamu itu paling juara kalau ngeledek Mama," ucap sang mertua.
Keduanya segera check out dari hotel dan segera memasuki taksi yang Sania pesan. Didalam taksi pasangan mertua dan menantu itu tampak sibuk bercengkrama. Sesekali keduanya saling melempar senyum candaan dan ledekan.
"Mah, lihat nih foto-foto kita waktu di Paris," ucap Sania memandang layah ponselnya.
"Mana San? Iya bagus ya, sayangnya kita belum bisa upload ke media sosial takut ketahuan Resty," ucap sang mertua.
"Tenang Mah, nanti Sania yang upload. Sania kan nggak saling follow di media sosial sama dia," jawab Sania santai.
"San, sudah mau sampai rumah. Ayo matikan handphone sesuai rencana kita, antisipasi misal ada yang tanya dokumentasi selama kita liburan," ucap sang mertua.
"Oke Mama mertua ku yang super cantik," puji Sania.
Keduanya pun menjalankan skenario sesuai arahan Sania.
Tibalah mereka di kediaman orang Tua Fahri dan Farhan. Tampak Fahri dan sang ayah sedang bercengkrama di ruang tengah.
"Halo semuanya, kami pulang," ucap Sania.
"Kok nggak ngabarin sih Dek, kan bisa aku jemput," ucap Fahri.
"Nggak apa-apa sayang, takut kamu sibuk," kilah Sania.
"Kami mau bersihin badan dulu ya," ucap sang Mama.
"Iya Mah," jawab Fahri dan ayahnya.
Keduanya segera menuju kamar mandi yang terletak di ruang belakang. Sesekali Sania memandang ke arah kamar yang sudah lama tak di fungsikan, menurutnya itulah kamar yang sekarang di tempati oleh Nara. Saat Sania sedang sibuk mencari tahu tentang kamar yang di tempati oleh orang suruhannya itu. Tiba-tiba terlihat sosok Resty yang berjalan dari kamarnya menuju ruang belakang.
"Eh Mbak Sania udah pulang?" tanya Resty.
"Iya baru aja sampai, oh iya kita ada oleh-oleh buat kamu," ucap Sania.
"Iya Kak terima kasih ya," ucap Resty.
"Tapi aku ngasihnya besok ya, soalnya masih malas mau bongkar koper," ucap Sania.
"Iya Kak nggak apa-apa," jawab Resty.
Tampaknya Resty hendak menuju kamar yang di maksud oleh Sania.
"Kamu mau kemana Res?" tanya Sania.
"Mau ke kamar belakang Mbak, mau panggil Nara," jawab Resty.
"Nara? Nara siap?" tanya Sania pura-pura polos.
"Dia perawat yang di sewa Mas Farhan buat jaga aku," jawab Resty lugu.
"Emang kamu sedang sakit?" tanya Sania pura-pura tak tahu.
"Enggak Mbak, aku hamil dan sempat bermasalah jadi Mas Farhan sewa perawat buat jaga aku," jawab Resty.
Tak berselang lama terlihat sang mertua keluar dari kamar mandi, dan kebetulan Nara juga keluar dari kamar hendak membersihkan wajahnya.
"Mama sudah pulang? Habis jalan-jalan kemana Mah?" tanya Resty tersenyum.
"Dari London Res," jawab sang mertua.
"Kebetulan kamu keluar kamar Nara, saya mau ke kamar kamu. Nanti kamu ke kamar saya ya," kata Resty pada Nara.
"Baik Bu," ucap Nara.
"Oh iya Mah Kak kenalin ini Nara perawat yang di sewa Mas Farhan," ucap Resty.
"Halo Bu saya Nara," ucap perawat tersebut memperkenalkan diri.
"Iya Nara selamat datang di kediaman kami ya, gimana betah disini? Oh iya Res, apa selama kita berlibur kamu sempat sakit? Kok Farhan sewa perawat?" tanya sang mertua.
"Sangat betah Bu," jawab Nara tersenyum.
"Enggak Mah, Resty lagi hamil kemarin-kemarin sempat bermasalah. Jadi Mas Farhan sewa perawat buat jaga Resty." jawab Resty.
"Hamil? Selamat ya. Berapa bulan Res?" tanya mertuanya lagi.
"Dua bulan Mah," jawab Resty.
"Oh ya udah, jaga kandungan kamu baik-baik ya. Farhan so sweet banget ya. Kalau begitu saya mau ke kamar dulu ya, mau istirahat," pamit sang mertua.
Wanita paruh baya tersebut segera meninggalkan ruang belakang dan segera melangkah menuju kamar pribadinya. Sania pun segera memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri.
"Oh iya aku mau mandi dulu ya," ucap Sania.
"Iya Kak," jawab Resty.
Sang perawat yang berdiri tepat di hadapannya hanya mengangguk dan segera menuju kamar Resty.
"Ada perlu apa Bu?" tanya Resty.
"Besok saya minta tolong buat ambilkan pasport saya bisa?" ucap Resty.
"Bisa Bu, jam berapa Bu?" tanya balik Nara.
"Pagi an aja ya Nar ini ongkos buat naik taksi besok," ucap Resty memberikan beberapa lembar uang pecahan lima puluh ribuan.
"Baik Bu," ucap Nara menerima uang dari majikannya.
" Ya sudah kamu boleh kembali," ucap Resty.
Perawat ayu tersebut pun meninggalkan kamar Resty dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan wajahnya. Namun ia harus berbesar hati menunggu Sania yang masih berada di dalam kamar mandi tersebut.
"Lho Nar kamu ngapain disini? Kamu sengaja nunggu saya? Kalau ketahuan Resty gimana?" desak Sania.
"Iya saya sengaja nunggu Ibu mau cuci muka hehe," jawab Nara.
"Kan ada kamar mandi yang lain," jawab Sania.
"Kamar mandi yang satunya rusak Mbak, eh Bu." timpal Nara.
"Kamu jangan sampai keceplosan panggil aku Mbak lagi ya," ucap Sania.
Saat hendak meninggalkan area kamar mandi, Sania di cegah oleh Nara.
"Sebentar Bu, besok Bu Resty nyuruh saya ambil pasport. Kemungkinan ia aka segera menyusul suaminya," ucap Nara.
"Oh begitu, thanks infonya ya Nar," ucap Sania.
Ia bergegas berjalan menuju ruang depan dengan langkah cepat dan wajah bingung. Rupanya ia hendak menghampiri ibu mertuanya.
Tok tok tok, jemari tangan mulus Sania mengetuk pintu kamar sang mertua.
"Mah, gawat! Besok Resty mau ambil pasport kemungkinan secepatnya dia akan nyusul Farhan," ungkap Sania.
"Kamu tenang saja San, Mama sudah pikirkan cara buat cegah Resty kesana," bisik ibu mertuanya.
"Cara? Cara apa Mah?" tanya Sania penasaran.
"Sudah kami tenang saja, sini mama bisikin," ucap sang mertua.
Mama mertuanya menceritakan tentang ide yang ada di pikirannya.
"Baik Mah," ucap Sania.
Ia pun segera menuju kamarnya, Sania kinintak perlu risau lagi menghadapi iparnya tersebut. Karena tak hanya dia yang tak sefrekuensi dengan sang ipar akan tetapi sang mertua pun kini mulai berbalik arah mendukungnya. Seolah tak terima dengan tingkah Resty di belakang mereka.