Hari ini Resty berniat untuk memperpanjang pasport nya yang sudah habis masa berlakunya. Ia berniat mengajak Nara ke kantor imigrasi, kemudian membawanya bertemu dengan Yana.
"Nara," panggil Resty.
"Iya Bu, ada apa?" tanya Nara lembut.
"Kamu hari ini ikut saya ke kantor imigrasi ya," ajak Resty.
"Baik Bu, saya siap-siap dulu ya Bu," ucap Nara.
"Oke," jawab Resty singkat.
Sembari menunggu Nara bersiap, ia kembali memasuki kamarnya dan berinisiatif menelepon Yana.
"Halo Yan, aku rencana mau mampir ke rumah kami setelah pulang dari kantor imigrasi. Aku sekalian ajak Nara, nanti bantu aku bicara sama dia ya. Biar dia mau kerjasama sama kita," ucap Resty melalui sambungan telepon.
"iya Res, kamu tenang aja," jawab Yana.
"Yaudah Yan, aku mau ke kantor imigrasi dulu. bye," kata Resty.
"Oke, hati-hati ya," tutup Yana.
Tok tok tok, suara ketukan pintu terdengar dari dalam kamar Resty.
"Bu saya sudah siap," teriak Nara dari balik pintu.
"Iya Res sebentar, saya ganti baju dulu," jawab Resty.
Lima menit kemudian Resty keluar dari kamarnya dengan memakai celana jeans ketat dan blouse bewarna hitam.
"Lho ibu kan sedang hamil, kok pakai jeans ketat? kasian janinnya Bu," ucap Nara.
"Nanti saya jelaskan Nar, ayo kita berangkat," ajak Resty.
Nara semakin bingung dengan jawaban wanita tersebut.
"Ayo jalan Nar, keburu siang," tegas Resty.
"Oh iya Bu mari," ucap Nara terbangun dari lamunan singkatnya.
Keduanya segera memasuki mobil Resty yang terparkir di garasi rumahnya. Nampak raut wajah Nara yang masih bingung, sesekali ia memandangi perut rata Resty. Seolah Nara sedang memikirkan sesuatu kala melihat perut, bahasa tubuh serta perilaku Resty yang tak nampak seperti wanita hamil pada umumnya.
"Kenapa Nar, kamu kok sepertinya banyak yang dipikirkan?" tegur Resty dalam mobil.
"Tidak apa-apa Bu," kilah Nara.
"Saya tau, kamu pasti bingung lihat saya ya," tegas Resty lagi.
"Bingung kenapa Bu?" tanya Nara pura-pura polos.
Tiba-tiba dering ponsel Nara berbunyi, ia pun segera meraih ponsel di dalam tasnya.
"Halo, ada apa Yah?" tanya Nara.
"Ibu sakit Nar, Ayah butuh biaya," ucap Ayahnya.
"Ibu sakit apa Yah? Butuh biaya berapa? Nanti Nara usahakan uangnya ya Yah," ucap Nara sedih.
Nara menyudahi obrolan denfan sang ayah, wajahnya nampak kembali bingung seperti semula.
"Ibu kamu sakit Nar?" tanya Resty.
"Iya Bu, penyakit lama sering kambuh," jawab Nara.
Resty terdiam, ia berpikir ini adalah kesempatan emas untuk mengajak Nara bekerjasama apalagi Nara sedang membutuhkan biaya.
Tak terasa mereka telah tiba di kantor imigrasi terdekat. Keduanya segera turun dari mobil dan memasuki kantor imigrasi bersama.
"Tampaknya tak begitu ramai hari ini," ucap Resty menoleh kearah Nara.
"Iya Bu, Ibu sudah ambil nomor antrian?" tanya Nara.
"Sudah Bar, duduk yuk," ajak Resty.
Keduanya duduk bersampingan, sesekali Resty menatap kearah Nara yang berada di sampingnya.
Nampak kebingungan terpancar dari wajah ayu perawat tersebut.
"Kamu kepikiran apa Bar? Kok sepertinya lagi bingung?" tanya Resty.
"Saya kepikiran ibu saya di rumah " jawab Nara.
"Kamu yang sabar ya, atau kamu mau izin pulang dulu selama saya di Paris?" tanya Resty.
"Jangan Bu, saya nggak enak sama Pak Farhan," tolak Nara.
"Nggak apa-apa nanti saya yang izin ke suami saya," ratu Resty.
"Saya pikir-pikir dulu ya Bu," ucap Nara.
Sepertinya Resty memang tulus memberikan Nara kesempatan untuk menemui sang ibunda. Tak berapa lama nomor antrian Resty pun terdengar dan terlihat di layar komputer. Ia segera menuju customer service untuk memberitahukan maksud dan tujuannya.
Setelah selesai ia segera menghampiri Nara untuk mengajaknya beranjak dan segera menemui Yana.
Nara kembali di kejutkan oleh tingkah laku Resty, ia dengan l tiba-tiba berlari kecil menuju mobil.
Tak nampak nafas Resty tersengal ataupun ngos-ngosan seperti ibu hamil pada umumnya.
"Ibu, hati-hati jangan lari_lari. Ingat Ibu sedang hamil," teriak Nara yang berada di belakangnya.
"Iya Nar, say lupa kalau saya sedang hamil," jawab Resty tertawa.
Ia kemudian berjalan santai ketika mendekati teguran dari Nara.
"Ayo Nar masuk ke mobil, takut Yana sudah menunggu di rumah," ucap Resty.
"Iya Bu," ucap Nara menuruti ajakan majikannya.
"Oh iya Nar, kamu bisa nyetir?" tanya Resty.
"Bisa Bu, saya dulu sering pakai mobil tunangan saya dan dia yang mengajari saya menyetir," jawab Nara.
"Oke, kamu yang nyetir nanti saya kasih tau arahnya," kata Resty.
Nara menyetujui dan segera mengambil alih kemudi.
"Saya chat Yana dulu ya," ucap Resty.
"Baik Bu," jawab Nara.
Resty segera meraih ponselnya, terlihat ia sibuk dan nampak serius memandang ponsel pribadinya.
"Bu ini kita kearah mana?" tanya Nara.
"lurus saja Nar, pertigaan belok kanan ya," ucap Resty.
"Baik Bu," ucap Nara.
Ia kembali melirik kearah perut Resty yang tak kunjung membuncit, ia juga memandangi jeans ketat yang Resty kenakan.
"Ibu nggak begah?" tanya Nara sambil menyetir.
"Nggak Nar, begah kenapa? Macam orang hamil dan kekenyangan aja pakai acara begah," jawab Resty tak sadar.
Nara kembali dikagedkan oleh ungkapan Resty tersebut.
"Bukannya Ibu memang sedang hamil kan?" tanya Nara lagi penasaran.
"Oh, iya Nar saya sedang hamil seperti yang kamu ketahui," jawab Resty gugup.
"Nar belok kiri masuk kompleks perumahan di depan itu ya, rumahnya nomor lima dari depan," ucap Resty.
Nara hanya mengangguk, ia semakin yakin kalau ada yang sedang di sembunyikan oleh wanita yang berada disampingnya.
Sampailah di rumah yang di maksud, Resty bergegas menuruni mobil dan membukakan pagar rumah Yana.
"Ayo masuk Nar," ajak Resty.
"Baik Bu," jawab Nara.
Nampak sang sahabat sudah menunggu di balik pintu utama rumahnya.
"Hallo Res, Hallo Nar," sapa Yana sambil membuka pintu utama.
"Halo Bu," jawab Nara.
Resty hanya tersenyum mendengar sapaan sahabatnya tersebut.
"Masuk yuk," ajak Yana.
Keduanya segera memasuki rumah Yana.
"Permisi," ucap Nara memasuki area ruang tamu.
"Duduk dulu ya Nar, saya mau numpang buang air kecil," kata Resty.
"Iya Bu," jawab Nara singkat.
"Saya beli minum dulu ya soalnya air galon habis, kamu mau minum apa Nar?," kata Yana.
"Apa saja Bu, asal nggak merepotkan ibu," jawab Nara.
Yana tersenyum kearahnya dan bergegas keluar dari rumahnya. Tak berselang lama terdengar suara teriakan Resty dari arah belakang.
"Auuu," teriak Resty kencang.
Mendengar teriakan sang majikan, Nara spontan berlari menuju ke arah sura tersebut berasal. Rupanya Resty terpeleset di depan kamar mandi Yana.
"Ibu nggak apa-apa?" tanya Nara Panik.
"Aduh sakit Nar," rengek Resty.
Nara kembali menaruh curiga, kenapa tak ada reaksi dari kandungan Resty padahal ia terjatuh cukup keras sampai membuatnya kesakitan.