Pagi yang indah di kota Paris, Langit nampak cerah merona mengiringi hari ini. Setelah mendapatkan informasi dari Nara, Sania yang masih berlibur di negara Perancis itu pun segera mengambil langkah.
"Mah, besok kita pulang ke Indonesia ya," ajak Sania mendadak.
"lho kok mendadak San? Kan kita rencana mau jalan-jalan sama Dona dan Farhan," ucap sang Mertua.
"Ini urgent Mah, Resty sudah mulai nekat," ucap Sania menatap kearah mertuanya.
"Maksud kamu nekat bagaimana?" tanya sang mertua.
"Dia nekat mau nyusul Farhan kesini, kita harus cegah niat Resty," ucap Sania serius.
"Ya sudah, habis ini kita siap-siap," ucap Mertuanya.
Jam dinding di kamar mereka menunjukan pukul tujuh waktu setempat, saatnya mereka bersantap ria di meja makan.
Tampak Farhan dan Dona sudah menunggu mereka diruang makan. Sesekali mereka terlihat saling memandang dan melempar senyuman.
"Pagi semua," sapa Sania.
"Pagi Kak," jawab Dona tersenyum.
"Makan yuk Mah Kak, Dona sudah masak rendang sama sup," ajak Farhan.
"Iya Han," kata sang Ibunda melempar senyum sembari duduk di samping putra kesayangannya.
Merekapun segera menikmati menu sarapan bersama seperti biasa.
"Han kami besok mau pulang ke Jakarta," potong Sania di tengah-tengah acara sarapan.
"Kok mendadak Kak?" tanya Dona kaged.
"Iya Don, ada urusan penting," jawab Sania santai.
Farhan nampak curiga dengan jawaban Sania, ia menatap ke arah sang ipar dengan penuh tanda tanya.
Selesai sarapan Farhan dan Dona bergegas beranjak dari meja makan, karena mereka akan segera bekerja.
"Mah, kami berangkat kerja dulu ya," pamit Farhan mencium tangan ibundanya.
"Iya Nak, hati-hati ya," ucap sang Ibunda.
Dona pun tak lupa mencium tangan calon mertuanya.
"Mah berangkat ya," pamit Dona.
"Iya sayang, hati-hati ya," ucap Ibunda Farhan.
"Kak kami berangkat ya," kata Farhan menatap kearah Sania.
"Mari Kak," sambung Dona berjalan menuju luar.
"Iya hati-hati," ucap Sania mengangguk dan tersenyum dengan wajah tegang.
Mendapati wajah sang ipar yang nampak menyembunyikan sesuatu, Farhan berniat mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi tentunya tanpa sepengetahuan Dona. Karena ia yakin, Sania sengaja merahasiakan sesuatu dari Dona.
Dua sejoli itu segera memasuki lift, di dalam lift Farhan berkata kepada Dona.
"Sayang kamu nanti tunggu di mobil dulu ya, nanti aku antar sampai mobil. Aku mau keatas sebentar, ada barang aku ketinggalan,"
"Iya sayang," jawab Dona singkat.
Sesampainya di parkiran, Dona segera memasuki mobil Farhan.
"Kamu tunggu disini dulu ya," ucap Farhan lagi.
"Iya," jawab Dona sedikit menaruh curiga dengan gerak gerik kekasihnya yang tak biasa itu.
Benar saja, pria tampan itu kembali ke apartemennya hanya ingin menanyakan kejadian sebenarnya pada sang ipar.
Bell apartemen Farhan pun berbunyi, Sania segera membuka pintu.
"Kamu kenapa balik lagi Han?" tanya Sania.
"Aku mau tanya apa yang sebenarnya terjadi Kak, kenapa tiba-tiba kalian mau balik secepat itu?" tanya balik Farhan dengan nada gugup.
"Oh itu, jadi menurut informasi yang kakak dapat dari Nara. Resty sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyusul kamu kesini," kata Sania menjelaskan.
"Apa? Enggak mungkin lah Kak, dia lagi hamil dan kandungannya sedang bermasalah," sahut Farhan lantang.
"Itu sepengetahuan kamu. Tapi info dari Nara berbanding terbalik dengan apa yang kamu lihat soal Resty," tegas Sania.
Sang ipar kembali menjelaskan tentang informasi yang ia dapat dari Nara, orang kepercayaan nya. Bahkan Sania dengan detail menjelaskan tak ada tanda-tanda kehamilan pada diri Resty seperti yang dialami wanita hamil pada umumnya.
"Enggak mungkin Kak, aku sendiri yang antar dia ke dokter dan dokter kandungannya bilang kalau janin Resty bermasalah," tegas Farhan meyakinkan Sang Ipar.
"Untuk itu akan Kakak coba cari tahu setelah sampai di Indonesia Han," ucap Sania.
Terlihat wajah Farhan yang nampak bingung, ia memegang dahinya dengan telapak tangannya menandakan jika kebingungan sedang menyelimuti pikirannya.
"Sudah Han, kamu tenang dan sementara fokus sama Dona karena kamu disini bersama dengan dia. Soal Resty nanti kakak bantu mencarikan solusinya," kata Sania menenangkan perasaan sang ipar yang dilanda kegaluan.
"Oh iya Kak, aku susul Dona dulu ya. Kasian dia nunggu di mobil," ucap Farhan.
Seketika ia pamit dan meninggalkan apartemenya kala teringat Dona yang sedang menunggunya di dalam mobil.
Sesampainya di parkiran, Dona sudah terlihat lesu dengan menggenggam ponselnya.
"Sayang maaf ya lama," ucap Farhan panik.
"Iya nggak apa-apa. Ayo buruan takut telat," ajak Dona.
"Iya sayang," ucap Farhan.
lelaki tampan itu segera mengemudikan mobilnya menuju kantor tempat dimana mereka mencari nafkah.
Sesekali Farhan menatap kearah Dona, ia merasa ada perasaan meragu yang terpancar dari wajah kekasihnya itu.
"Sayang kamu kenapa? Kok wajah kamu masam?" tanya Farhan membelai rambut lurus Dona.
"Enggak apa-apa," jawab Dona tersenyum paksa.
"Tapi perasaanku bilang kamu lagi kenapa-kenapa," ucap Farhan lembut.
"Hatiku juga bilang kalau lagi ada sesuatu yang kamu sembunyikan," balas Dona.
"Nggak ada sayang, kayak main petak umpet aja sembunyi- sembunyi," canda Farhan.
Wanita disampingnya hanya membalas candaannya dengan senyuman sinis yang menghiasi bibirnya.
"Ayolah sayang kamu jangan ngambek begitu," pinta Farhan merayu.
"Aku nggak ngambek, aku cuma pingin kamu itu fair sama aku," pinta Dona.
Mendengar ucapan sang kekasih, Farhan pun sempat di buat bingung. Tapi ia berhasil mengalihkan kebingungan itu dengan alibi nya,
"Iya sayang nanti aku ceritain di saat yang tepat, aku janji," ucap Farhan menatap Dona dengan haru.
"Baik, aku pegang janji kamu," ucap Dona.
Lima belas menit berlalu, mereka tiba di area perkantoran. Keduanya bergegas memasuki area kantor, karena jam bekerja semakin dekat.
"Don, kamu nanti ke ruangan aku sebentar ya," pinta Farhan.
"Baik Pak," ucap Dona.
Mereka memang terlihat ahli dalam memainkan peran, didalam pekerjaan mereka tetap profesional. Namun diluar pekerjaan hubungan mereka tak sekedar rekan kerja, dan peran tersebut dapat mereka kuasai dengan apik dan rapih.
Tak berapa lama, Dona menyusul Farhan keruangan nya. Tok tok tok, suara tangan Dona mengetuk pintu ruang kerja sang kekasih.
"Masuk," teriak Farhan dari dalam ruangannya.
"Ada yang bisa di bantu Pak Farhan?" ucap Dona tersenyum memasuki ruangan kekasihnya.
"Duduk," ucap Farhan menghampiri dan memeluk kekasihnya.
Wanita tersebut membalas pelukan sang kekasih dengan mesra.
"Ada apa?" tanya Dona.
"Minggu besok kita liburan yuk," ajak Farhan.
"Kemana?" tanya Dona lagi tersenyum.
"Ada deh, rahasia biar surprise," goda Farhan.
"Ada lagi yang mau di bahas? Kalau nggak aku mau balik ke ruangan, takut ada yang lihat," ucap Dona.
"Enggak ada sayang," ucap Farhan mencubit pipi kekasihnya.
"Ya sudah kalau begitu aku kembali ke ruangan ya," ucap Dona.
Ia pun segera keluar dari ruangan Farhan dengan pancaran aura bahagia.