Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Legenda Kutukan Rui [INDO)

YuuSa
--
chs / week
--
NOT RATINGS
44.7k
Views
Synopsis
"Apakah kamu tau kenapa Bulan berada di langit malam?" "Karena ia jatuh cinta dengan kegelapan" Dinikahi, Dibuang, Diasingkan, lalu diabaikan oleh suami sendiri. Siapa yg tak benci jika diperlakukan seperti itu?. Yao Xulin menyesal setelah menikah. Ia membenci Xi Ji Lan sebagai suaminya yang telah membuatnya harus menanggung malu serta menerima penghinaan dari banyak orang. Untuk balas dendam atas rasa sakit hatinya, Yao Xulin memilih berkhianat dan berselingkuh dengan Ting Yan, sahabat suaminya sendiri. Namun, pada akhirnya Yao Xulin mendapatkan penyesalan kembali menghampirinya. Nasi telah menjadi bubur. Ting Yan yang Yao Xulin fikir lebih mencintainya ternyata adalah pengkhianat. Ia ternyata hanya mendekati Yao Xulin agar dapat membunuh Xi Ji Lan karena Yao Xulin adalah kelemahannya. Setelah tau jika Xi Ji Lan mencintainya. Yao Xulin pun bunuh diri dengan membawa begitu banyak penyesalan lalu terlahir kembali untuk mengulang kehidupannya. Tak ingin menyesal lagi. Di kesempatan kedua Yao Xulin pun mencari tau apa yang terjadi di masa lalu antara Xi Ji Lan dengan Ting Yan. Selama perjalanan menebus rasa bersalahnya di masa lalu. Yao Xulin menemukan rahasia Ting Yan yang merupakan prajurit matahari dan takdir tentang dirinya sendiri yang memiliki hubungan dengan sang dewi 'pemangku bulan' serta Xi Ji Lan yang ternyata tengah dilahap kutukan suku Rui karena ia adalah Kaisar Matahari berikutnya. Untuk memyelamatkan Xi Ji Lan, secara diam-diam Yao Xulin pun mencari gulungan kuno yang hanya dimiliki oleh tetua suku Rui, namun sayangnya sang tetua telah menghilang selama seribu tahun tanpa ada yang tau apa yang terjadi dengannya. Hubungan apa yang dimiliki Yao Xulin dengan sang dewi pemangku bulan?. Merupakan seorang Prajurit Matahari. Siapa Ting Yan sebenarnya?, dan kenapa ia membunuh Xi Ji Lan di masa lalu?. Dapatkan Yao Xulin menemukan gulungan kuno untuk menyelamatkan Xi Ji Lan?. "Aku rela membuang cahayaku. Bahkan jika aku harus jatuh kedalam kegelapan. Aku memilih menjadi malam agar bisa bersama rembulanku" *** Note : karena masih Ongoing, cerita ini masih mentah dan belum melewati tahap revisi keseluruhan, jdi mohon maklum jika ada kekurangan. terimakasih. (Cr Cover by : YuuSa | @yuukisakura_ )
VIEW MORE

Chapter 1 - Pergi Denganmu

Di abaikan oleh suami sendiri, Yao Xulin begitu sakit hati. Ia bahkan menerima banyak penghinaan dari keluarga istana saat dirinya mendapatkan kunjungan dari beberapa selir kaisar karena dirinya dengan Xi Ji Lan suaminya tinggal terpisah begitu jauh.

Sejak hari pernikahan dan lebih dari sebulan, Xi Ji Lan tidak pernah sedikitpun melihat keadaan Yao Xulin yang tinggal di rumah bangsawan Xi. Entah kenapa, Yao Xulin hanya dapat mengira jika suaminya itu tidak menginginkannya dan tidak menyukainya.

Yao Xulin merasa di asingkan. Meski ia tidak ingin mengeluh, namun ia kesal dengan harga dirinya yang terus diinjak-injak sehingga mau tak mau ia menyalahkan Xi Ji Lan.

Setidaknya ia ingin sekali saja suaminya itu mengunjunginya, tak hanya mengirimkan kebutuhannya saja ke kediamannya di ujung selatan. Bahkan rumah bangsawan Xi dijaga begitu ketat seperti tengah menjaga seorang tahanan kriminal.

Yao Xulin jenuh dan muak dengan kehidupannya yang seperti perahu di laut tanpa tujuan. Ia tidak pernah melihat dermaga untuk berhenti.

Yao Xulin mengambil kertas gulungan pernikahannya dengan pangeran Xi Ji Lan.

"Kaisar Xi dan selir Yao" gumam Yao Xulin sedikit membaca beberapa kata nama disana sebelum ia merobek-robek kertas itu.

"Jangan salahkan aku jika aku memilih mengkhianatimu. Kau duluan yang tidak memiliki sedikit sikap padaku!" Ujar Yao Xulin saat ia membakar semua potongan kertas tadi.

Prang!.

Yao Xulin menjatuhkan beberapa lilin sehingga benda-benda disekelilingnya terbakar, mulai dari kertas-kertas dan pena yang biasa ia gunakan untuk mengirim surat kepada sang suami yang tak pernah membalasnya, sampai pakaian-pakaian yang dikirim padanya dari Xi Ji Lan.

Semua pakaian itu polos dan tidak terlihat seperti pakaian dari seorang kaisar kepada istrinya. Sangat biasa. Yao Xulin hanya dapat memakainya beberapa kali karena kehabisan pakaian. Ia merasa terhina. Meskipun dirinya hanya selir, setidaknya ia tidak diberikan pakaian sejelek itu, terlebih itu dari seorang kaisar!. Sangat jelas jika Xi Ji Lan pasti tidak menyukainya dan merendahkannya.

Yao Xulin berjalan keluar. Disana ia telah melihat banyak prajurit yang menjaga kediamannya telah tumbang oleh seseorang.

"Ting Yan!" Panggil Yao Xulin pada sosok pria yang tengah mencabut pedangnya dari tubuh seorang prajurit yang baru saja ia bunuh.

"Xiao Yao, akhirnya kau keluar. Aku sudah menunggumu" ucap pria  bernama Ting Yan itu dengan lembut, ia bahkan tersenyum bahagia melihat Yao Xulin.

Ting Yan mengambil tangan Yao Xulin lalu menariknya untuk segera pergi sebelum pasukan kekaisaran datang.

Berita tentang terbakarnya Manor Xi menjalar begitu cepat sampai di telinga Xi Ji Lan.

"Yang Mulia, manor Xi terbakar. Yang Mulia selir Yao Xulin juga menghilang. Tidak ada satupun prajurit yang hidup disana, hanya ada beberapa pelayan yang masih dapat bicara memberikan kesaksian" jelas seorang prajurit yang berjaga di pinggir ibukota setelah dirinya mendapatkan seorang pelayan dengan banyak luka bakar dan hampir mati bicara.

Mata Xu Ji Lan mendadak menjadi begitu dingin dan menusuk. Ia bangkit dan mengambil pedangnya.

"Yang Mulia, apa yang ingin anda lakukan?" Tanya seorang penasihatnya.

Xu Ji Lan melempar tatapan tajam pada si penasihat.

"Kau fikir apa yang akan dilakukan seorang suami jika istrinya berada dalam bahaya?!" Tukas Xi Ji Lan penuh amarah.

Penasihat hanya dapat tertunduk diam. Ia tidak terlalu berani bicara pada kaisar yang dalam gejolak emosinya sehingga semua orang yang ada disana hanya dapat terdiam bersujud dan membiarkan Xi Ji Lan pergi.

"Pergi panggil beberapa prajurit untuk mengawal Yang Mulia Xi" ucap penasihat pada prajurit yang melapor tadi.

"Baik"

Penasihat kaisar hanya bisa terheran-heran dengan tindakan kaisar karena tiba-tiba menjadi begitu marah mendengar berita itu, padahal kaisar selalu bersikap tidak peduli pada selir Yao.

"Kukira kebakaran itu mungkin rencana Yang Mulia Xi, namun melihat tatapannya tadi. Jelas sekali ... Yang Mulia Xi mencintai selir Yao" batin sang penasihat.

Sementara itu, Xi Ji Lan melaju dengan kecepatan penuh dengan kudanya seorang diri. Dirinya diliputi perasaan takut. Beberapa gambaran api terbakar dalam ingatannya berputar.

"Tidak!" Geram Xi Ji Lan mencengkram kuat tali kendali untuk pergi ke manor Xi.

Sesampainya disana, ia hanya dapat terdiam. Tubuhnya seolah membeku kembali. Ingatan saat dirinya masih kecil berputar. Xi Ji Lan terdiam menatap api yang melahap seluruh manor.

"Yang Mulia, disini berbahaya. Anda harus menjauh" ucap seorang komandan prajurit saat mihat Xi Ji Lan.

"Dimana selir Yao ..." gumam Xi Ji Lan dengan sedikit lemas.

Sang prajurit hanya bisa terdiam karena ia tidak tau keberadaan selir Yao.

Xi Ji Ln pun berteriak, "Aku bilang, dimana selir Yao?!"

"Ya-Yang Mulia, tenangkan diri anda..."

Xi Ji Lan menatap tajam komandan yang tidak tau apa-apa itu,"Tenang kau bilang?"

"Yang Mulia aku ..." ketegangan sang komandan pun sedikit mereda saat seorang prajurit lain melapor padanya tentang selir Yao.

"Memberi hormat pada Yang Mulia" ucap si prajurit.

"Komandan, seorang pelayan melihat selir Yao dibawa seorang pria" bisik prajurit itu dnegan sedikit cemas.

"Bicara dengan jelas, pria seperti apa?!" Bisik si komandan.

"Itu ... saya fikir, Selir Yao dibawa pergi oleh tuan muda Ting Yan kedalam hutan"

Pendengaran Xi Ji Lan telah menjadi tajam, ia pun segera menaiki kudanya dan pergi kedalam hutan untuk mencari Yao Xulin. Amarahnya berada di puncak saat ia mendengar nama Ting Yan terucap.

"Yang ... Mulia ..." batin Yao Xulin saat ia melihat Xi Ji Lan benar-benar datang.

Perasaan bersalah memenuhi diri Yao Xulin. Ia tidak percaya jika Xi Ji Lan benar-benar akan datang sesuai dengan rencana busuk Ting Yan yang kini menyekapnya, bahkan Ting Yan telah menempelkan bibir pedang di kulit lehernya.

Sebuah senyuman sumringah tergambar jelas di wajah Ting Yan. Ia begitu puas melihat ekspresi marah dari sahabatnya.

"Ting Yan!"

Xi Ji Lan mengenal Ting Yan yang tumbuh dalam istana bersama dengannya sebagai Yatim Piatu. Ia tau jika Yao Xulin hanya dijadikan umpan sehingga Yao Xulin tidak akan disakiti sehingga Xi Ji Lan langsung bergerak menyerang Ting Yan.

Pertarungan mereka begitu berapi. Tidak ada yang dapat menghentikan kedua pedang yang saling beradu itu, terlebih Xi Ji Lan yang tengah dilalap emosi.

Sementara itu Yao Xulin hanya dapat berteriak dalam hatinya. Ia tidak dapat memberitau Xi Ji Lan jika pedang milik Ting Yan telah dilumuri racun untuk membunuhnya.

Yao Xulin berusaha begitu keras lepas dari tali yang mengikatnya.

SRAK!.

JLEB!

Disaat ikatan tali Yao Xulin akhirnya lepas, pedang milik Ting Yan juga telah menembus dada Xi Ji Lan.

Kedua mata Yao Xulin membulat. Ia tanpa ragu mengambil batu dan menghantam pala Ting Yan yang lengah sehingga keduanya tumbang.

"Yang Mulia!"

Yao Xulin menendang tubuh Ting Yan dan menghampiri tubuh Xi Ji Lan. Tangan dan tubuh Yao Xulin bergetar. Darahnya terasa mengalir begitu deras dan panas. Detak jantungnya begitu cepat.

"Yang Mulia ..." lirih Yao Xulin.

"Yao-er, syukurlah kau tidak apa-apa. Maafkan aku- ... "

Uhuk!

"Yang Mulia!"

Yao Xulin menjadi panik saat semburan darah segar dimuntahkan oleh Xi Ji Lan begitu banyak.

"Yang Mulia ini salahku. Maafkan aku. Tunggulah, aku akan mencari tabib-"

Bruk!

Yao Xulin terkejut saat Xi Ji Lan menariknya sampai jatuh.

"Yang Mulia ..." gumam Yao Xulin. Ia sedikit linglung dibawah kukuhan Xi Ji Lan yang menatapnya begitu lembut.

"Akhirnya aku bisa melihat wajahmu, istriku ... maaf karena aku tidak pernah berada disisimu. Maafkan aku" lirih Xi Ji Lan sambil menatap wajah Yao Xulin dengan wajah yang begitu bahagia dan lega seperti dirinya telah kehilangan beban yang memberatkannya.

"Yang ... Mulia ..."

"Panggil namaku, Yao-er" gumam Xi Ji Lan dengan suaranya yang semakin melemah.

"Xi ... Xi Ji Lan" gumam Yao Xulin dengan bingung.

Xi Ji Lan tersenyum, lalu berkata, "Ya. Aku mendengar suaramu. Selalu ..." lirihnya sebelum Xi Ji Lan terjatuh di atas tubuh Yao Xulin.

"Yang Mulia? ..."

Fikiran Yao Xulin seolah terjeda oleh ingatan-ingatannya saat dirinya yang setiap minggu, rutin mengirim surat untuk Xi Ji Lan. Dari surat romantis sampai dengan surat kebencian.

Yao Xulin masih dengan jelas ingat jika dirinya pernah menulis, '... kau bahkan tidak pernah mendengar suaraku kan?! ...'

Kata-kata terakhir Xi Ji Lan begitu menusuk hati Yao Xulin yang akhirnya terbuka.

Waktu berlalu. Yao Xulin sadar, sakit hatinya datang karena ia tidak mengenal Xi Ji Lan. Ia tidak pernah memahami Xi Ji Lan karena pernikahannya yang sunyi membuat Yao Xulin hanya menilai dari luar sikap dingin Xi Ji Lan padanya tanpa mengetahui apapun sisi terdalam suaminya.

"Maafkan aku ... seharusnya aku tau kau mencintaiku" gumam Yao Xulin. Ia membelai wajah beku yang dingin suaminya. Semua darah telah surut, bibir Xi Ji Lan membiru, warna wajahnya telah memudar pucat.

Yao Xulin menatap kosong Xi Ji Lan yang sudah tak memiliki nyawa dalam raganya. Sedih dan marah. Yao Xulin tidak dapat lagi menahan air matanya. Ia menangis bersama rintik hujan yang turun.

"Maafkan aku"

Suara Yao Xulin begitu serak seolah ia telah kekeringan kata-kata, bahkan jika ia meminum air matanya, Xi Ji Lan tetap tidak kembali. Penyesalan selalu datang di akhir.

"Harusnya aku memahamimu" lirih Yao Xulin. Setelah begitu lama ia berfikir dirinya baru sadar, jika saja Xi Ji Lan tidak peduli padanya. Sebagai kaisar, ia pasti akan memusnahkan semua keluarga yang telah berbuat kejahatan pada negara, tapi ia tidak melakukan itu.

Ayah Yao Xulin yang merupakan menteri pertahanan telah dijatuhi hukuman karena korupsi, namun Xi Ji Lan yang baru di angkat menjadi kaisar tidak membunuh semua keluarganya, bahkan ia masih menerima tawaran pernikahannya dengan Yao Xulin agar dapat melayaninya dan berbakti padanya.

"Aku bodoh"

"Apakah kamu mau memaafkanku?"

"Seharusnya aku sadar, sejak awal kamu memiliki hati yang lembut padaku. Jika tidak, kamu pasti sudah membuat perhitungan denganku"

Yao Xulin terus bergumam. Ia tidak peduli apakah Xi Ji Lan mendengarnya atau tidak. Saat ini ia hanya berharap jika Xi Ji Lan memaafkannya.

Yao Xulin sadar jika Xi Ji Lan terlihat seperti gunung es yang abadi, namun nyatanya itu hanyalah tumpukan salju lembut yang mudah mencair.

"Aku akan segera pergi ke tempatmu, kuharap kamu mau menerima kedatanganku. Izinkan aku bersujud di kakimu" gumam Yao Xulin.

Yao Xulin mengambil pedang di tangan Xi Ji Lan yang bekas dipakai untuk melindunginya beberapa jam sebelumnya.

Yao Xulin tanpa ragu menusuk pedang tipis dan tajam itu ke jantungnya. Ia dapat merasakan dingin menjalar di seluruh tubuhnya. Perlahan detak jantungnya berhenti. Namun Yao Xulin telah mengabadikan perasaannya.

Cintanya pada sang suami tidak akan pernah berakhir meski dirinya mati sekalipun.

"Di kehidupan selanjutnya. Aku akan memahamimu. Aku janji ...."

"Janji?, omong kosong apa yang kau bicarakan?!"

Suara itu mengejutkan Yao Xulin. Ada begitu banyak orang dan hakim di depannya.

"Aku ... hidup lagi?!" Batin Yao Xulin.