Chereads / Legenda Kutukan Rui [INDO) / Chapter 38 - Special Bab 24.1 - Mid Autumn Memories

Chapter 38 - Special Bab 24.1 - Mid Autumn Memories

...

Bunga jatuh bersama salju.

Burung tak bersayap bernyanyi.

Burung tak berparuh terbang ke langit.

Persik membeku, anggur tak berasa.

Sungai telah mengering meninggalkan emas yang terus mengalir.

Menanti musim semi dalam waktu yang terhenti.

...

Seorang pria bersenandung. Ia menyanyikan syair-syair dibawah daun-daun yang berguguran. Ia berjalan tanpa melihat kearah depan. Wajahnya yang tertutup perak terus diarahkan ke atas langit untuk melihat permata yang bersinar dengan indah disana. Ia lantas membuka topengnya dan menatap bulan dengan manik matanya yang berisi banyak kata-kata yang bahkan semua syair indah di dunia tak dapat disandingkan. Semilir angin membuat pepohonan bergemerisik ramai seperti ikut bernyanyi bersama pria yang kesepian itu.  Pria itu selalu kehilangan kata-kata saat melihat bulan yang jauh di atas sana. Ribuan syair puisi pun bagai lenyap ditelan kegelapan sebelum sampai pada tujuannya.

"Bayangan menelan cahaya." Pria itu bergumam. "Sepertinya bagus untuk judul syair yang baru."

***

Udara dingin telah menyapa begitu Yao Xulin melangkahkan kakinya keluar dari kereta kuda yang ia naiki bersama Ting Yan. Sesungguhnya itu bukanlah kereta kerajaan dan Ting Yan menyewanya secara pribadi agar mereka tidak memiliki banyak sorot mata memandang ke arah mereka, terutama Yao Xulin. 

Yao Xulin mengamati seluruh tempat yang sangat ramai, belum lagi dengan berbagai hiasan yang memenuhi festival yang menambahkan rasa kegembiraan semua orang dalam merayakannya, tidak peduli dengan udara dingin yang berhembus. Semua orang bersenang-senang malam ini.

"Hei. Kenapa kau diam saja?" Tanya Ting Yan dengan heran saat melihat ekspresi wajah Yao Xulin yang sedikit sulit dijelaskan, entah itu bahagia atau sedih.

"Ayo pergi beli manisan!" Ajak Yao Xulin yang langsung menarik lengan Ting Yan.

Mereka pergi ke beberapa kedai dan membeli banyak makanan. Dan tentu saja kue bulan adalah hal yang paling banyak Yao Xulin beli.

"Tang Yi, apa kau mau beli yang rasa ini-" ucapan Yao Xulin terhenti saat ia menoleh dan tidak menemukan Ting Yan di dekatnya.

"Tang Yi?" Panggil Yao Xulin lagi. Kali ini ia melupakan sejenak memilih rasa kue yang ingin dibelinya dan beranjak dari tempat untuk mencari Ting Yan.

"Tang Yi?"

"Tang Yi?!"

Yao Xulin berjalan kesana kemari. Ia mengedarkan matanya ke banyak tempat, namun tidak menemukan yang dicarinya. Seketika jari-jari Yao Xulin bergetar, tangannya menjadi dingin. Perasaan takut mulai melahapnya. Kenangan buruk berputar di kepalanya.

Yao Xulin mengedarkan pandangannya ke segala arah namun ia tak menemukan apa yang dicarinya. Tubuhnya yang berbalut mantel merah tebal mendadak menggigil. Air matanya membendung.

"Ibu ..."

"Ibu ... "

"Ibu dimana?"

"Ibu!" Yao Xulin berteriak dengan suara yang sangat kecil karena tubuhnya bergetar. Raut wajahnya sangat menjelaskan jika ia ketakutan saat ini. "Ibu" suaranya bergetar. Yao Xulin kembali memanggil manggil sosok itu. Sosok yang sangat takut jika ia akan kehilangannya, dan saat ini hal yang paling Yao Xulin takutkan terjadi. Ia sendirian diantara keramaian. Hanya ada wajah-wajah asing yang menyeramkan. Tak satupun ada yang ia kenal. Selama enam tahun sejak kelahirannya. Yao Xulin tak pernah diizinkan keluar dari rumahnya karena kondisi tubuhnya yang buruk terutama saat musim dingin dan musim gugur datang.

Yao Xulin melihat ke langit. Pemandangan indah langit malan telah mengalihkan perhatiannya untuk sesaat. Ia melihat bulan yang sangat cerah menerangi langit gelap. Itu adalah purnama saat musim gugur yang selalu Yao Xulin pandang dari jendela kamarnya. Tapi ini adalah bulan purnama musim gugur yang ia lihat langsung dari ruang terbuka untuk pertamakalinya.

Pemanah hebat itu bernama Hongyi dan Yuexu yakin jika Hongyi adalah reinkarnasi dari Yangxi sehingga ia selalu menemui Hongyi setiap pertengahan musim gugur saat bulan muncul. Keduanya jatuh cinta meski mereka tau tidak dapat bersatu antara dewi dan manusia, jadi untuk mengobati kerinduan Hongyi dan Yuexu saling bertukar kue bulan yang mereka buat.

"Begitulah ceritanya ..." ucap seorang wanita paruh baya pada seorang gadis kecil yang tengah sibuk mengunyah kue bulan yang ia makan. Mata abu-abu perak milik gadis kecil itu terlihat berbinar seperti bulan.

"Ibu. Jadi kue bulan ini untuk mengobati rasa rindu?"

"Benar"

"Tapi ... rindu itu apa?" Tanya gadis kecil itu.

"Rindu muncul ketika A-Lin berpisah dengan seseorang yang A-Lin cintai dan sayang sehingga perasaan rindu itu tercipta"

Rindu, Yao Xulin merasakan hal itu saat melihat bulan. Ada perasaan aneh yang merambat dalam dadanya saat ia mengingat cerita yang suka ibunya ceritakan setiap malam saat Yao Xulin akan pergi tidur. Akhirnya ia pun mengeluarkan air mata lagi dan menangis tanpa mengerti perasaan yang tengah ia rasakan saat ini. Ia hanya merasakan sedih dan takut.

"Ibu ... jangan tinggalkan A-Lin" isaknya.

"Ibu-" Yao Xulin berhenti memanggil ibunya saat tiba-tiba sebuah tanghulu berwarna merah cerah dan bersinar karena terkena pantulan cahaya muncul di depan wajahnya.

"Adik manis, apa kau mau ini?" Ucapnya. Suara itu begitu lembut dan ringan seperti angin dapat membawanya kemanapun suara itu akan pergi. Sosok pria tinggi itu tersenyum lalu berkata lagi, "hm, kurasa kamu tidak akan suka yang ini. Bagaimana dengan yang ini?" Pria itu bergumam sendiri lalu mengeluarkan satu lagi sebuah tanghulu besar. Itu adalah sebuah persik yang cerah dengan diselimuti gula manis berwarna bening sehingga persik itu nampak seperti kristal yang menyimpan sesuatu didalamnya.

Yao Xulin diam. Untuk beberapa saat ia terkejut. Untuk beberapa saat ia merasa bingung, lalu untuk beberapa saat kemudian ia merasakan takut karena orang asing berbicara padanya terlebih dia menawarkan manisan itu.

"Xu'er, jika ada orang asing yang memberimu manisan kau tidak boleh memerimanya. Dia adalah orang jahat, kau harus pergi"

Jelas-jelas Yao Xulin seharusnya pergi, tapi entah kenapa dia masih belum beranjak dan justru memasang wajah ketakutan. Lebih tepatnya ia bingung. Disisi lain ia takut, tapi disisi lain ia juga tidak merasakan bahaya dari sosok pria bertopeng yang kini berjongkok di depannya itu. Pria itu masih tersenyum.

"Kau mau?" Tanya pria itu lagi untuk kesekian kalinya. Nampaknya ia sedikit mendesak Yao Xulin agar menerima manisan persik besar itu. Mungkin karena tidak sabar, pria itu pun membuat Yao Xulin menggenggam manisan itu di tangannya.

"Manisan yang enak ini untukmu" ucapnya.   Pria itu lantas menggendong Yao Xulin, "kau tau?. Manisan persik adalah yang terenak. Karena itu aku sangat menyukainya, lalu ini-"

"Kue bulan!" Potong Yao Xulin. Nampaknya ia menjadi bersemangat dan kehilangan rasa takutnya saat melihat kue bulan dengan ukiran bentuk kelinci.

"Oh. Kau tau ini. Apa kau suka kue bulan?"

"Kue bulan adalah kesukaan, A-Yao!"

"A-Yao, apa itu namamu?"

"Namaku Yao Xulin" ucap Yao Xulin dengan polos. Ia tak keberatan memberitaukan namanya pada pria asing penyuka buah persik itu.

"Kalau begitu, A-Yao. Apa kau mau mencari ibumu?"

Yao Xulin tiba-tiba teringat lagi. Ia sedang kehilangan ibunya seperti seekor anak kucing kecil yang tersesat. Yao Xulin mengeluarkan ekspresi sedih lagi, "ibu ..."

"Jangan sedih. Ayo cari ibumu bersama"

Yao Xulin tidak menjawab apapun. Wajahnya perlahan melunak seolah ia telah mendapatkan kasur yang empuk dan hangat untuk menjadi tempat tidur yang nyaman. Mereka berdua pun berjalan menyusuri jalan sepanjang festival di adakan. Karena perayaannya berada di Xihe - ibukota kekaisaran Xi, jadi festival yang digelar pun cukup besar dan luas. Semua orang menghabiskan malam pertengahan musim gugur itu bersama-sama dalam kebahagiaan seolah menyambut orang-orang lama yang telah lama berpisah seperti sang dewi bulan yang bertemu dengan kekasihnya yang selalu ia rindukan namun hanya bisa bertemu beberapa kali saja. Sungguh menyakitkan.

"Gege, A-Yao bisa jalan sendiri" celetuk Yao Xulin. Meski ia merasakan nyaman digendong, namun ia yang selalu mendekam di dalam kamar sepanjang tahun karena kondisi tubuhnya yang lemah membuatnya tak ingin membuang kesempatan untuk berjalan di sepanjang festival. Alhasil mereka menyusuri jalan sambil bergandengan tangan.

"Tangan, Gege hangat" ucap Yao Xulin lagi. Untuk anak-anak seusia Yao Xulin. Ia hanya mengatakan apa yang dirasakannya dengan jujur. Lagipula mendapatkan kehangatan dikala ia kedinginan adalah sebuah perasaan nyaman yang tak terbantahkan.

"Benarkah?"

"Um. Seperti matahari" ucap Yao Xulin. Ia selalu ingat setiap pagi hari dimana udara masih dingin namun ketika matahari terbit, udara semakin hangat.

Pria itu tersenyum lagi. "A-Yao. Apa mau bermain sebentar?"

"Bermain?"

Pria itu membawa Yao Xulin ke sebuah stand di dekat mereka. Itu adalah sebuah stand permainan menembak dengan panah.

"Lihat. Apa A-Yao mau sesuatu disana?, Gege pasti akan mendapatkannya!" Ucap pria itu. Kali ini ia bersikap seperti anak tujuh tahun yang tengah bermain bersama dengan temannya. Karena merasa akrab, meski baru bertemu. Yao Xulin pun ikut merasa jika pria yang dipanggilnya dengan sebutan Kakak itu adalah sosok yang seusianya. Mereka bermain bersama dalam kebersamaan yang hangat.

"Gege, kelinci itu!" Ucap Yao Xulin. Nampaknya ia seperti benar-benar melupakan rasa sedihnya yang kini sudah berganti dengan kebahagiaan dan antusias karena sang Gege nya itu sudah tiga kali menang. Tinggal dua kali lagi kesempatannya untuk menghabiskan anak panah yang tersisa.

"Oh, lentera kelinci itu. Baiklah" pria itu kembali membidik anak panahnya ke target kecil yang berada tepat di atas papan berisi tulisan lentera kelinci bulan dan Wushh!.

"Selamat Tuan, kau berhasil membidiknya lagi!. Sangat hebat. Apakah anda seorang prajurit?" Ucap si penjaga stand dengan kagum. Bagaimanapun hanya sedikit yang dapat membidik sebuah titik kecil dengan tepat sasaran. Itu adalah sebuah hal sulit yang dibuat pemilik stand, tapi dengan mudah dapat dibidik pria itu secara tiga kali berturut-turut, ditambah lentera kelinci itu, totalnya jadi empat kali kemenangan. Tinggal satu lagi untuk mendapat sebuah kemenangan sempurna.

"Ini Lentera kelincinya. Apa A-Yao ingin yang lain lagi?"

Sama halnya dengan sang pemilik stand. Yao Xulin juga terkagum-kagum dengan pria itu dan tidak memperdulikan tawaran pria itu untuk memiliki benda lain dari stand. Ia justru sibuk memujinya. "Gege sangat hebat!. Seperti Hongyi!" Ucapnya dengan sangat antusias seolah sosok dalam dongeng yang ia kagumi menjadi nyata dan ada di hadapannya sekarang.

"Oh, kau tau tentang si pemanah yang menjatuhkan sembilan prajurit matahari?"

"Ya!. Dia sangat hebat!. Hongyi sangat hebat!"

"Benarkah?" Malihat antusias Yao Xulin, pria bertopeng itu lantas berjongkok sedikit dan berbisik sesuatu, "apa A-Yao mau tau satu rahasiaku?, tapi harus janji tidak boleh menangis lagi. Kamu harus tersenyum. A-Yao sangat manis jika tersenyum"

"A-Yao janji!"

Related Books

Popular novel hashtag