Xi Ji Lan menyudahi kegiatannya. Ia melepas bibir Yao Xulin dari bibirnya. Mata Xi Ji Lan kembali dengan sorotnya yang tajam, wajahnya kembali dingin tanpa ekspresi seolah apa yang ia lakukan dengan Yao Xulin tadi hanyalah sebuah mimpi yang tak nyata dan tidak pernah terjadi apapun.
Xi Ji Lan merapihkan pakaiannya yang sedikit berantakan lalu pergi begitu saja tanpa meninggalkan sepatah katapun pada Yao Xulin.
Hal yang sama juga terjadi pada Yao Xulin. Ia tidak berkata apa-apa atas tindakan Xi Ji Lan yang sangat tiba-tiba itu dan bahkan tidak pernah terbayang olehnya. Namun, disisi terdalam hatinya, Yao Xulin merasakan bahagia. Ciuman singkat dari Xi Ji Lan itu seolah memberikan Yao Xulin kekuatan untuk melangkah. Bahkan rasa bersalahnya sedikit berkurang. Setidaknya, di kehidupannya yang sekarang dirinya disentuh pertamakali oleh Xi Ji Lan dan bukan oleh Ting Yan.
"Yang Mulia selir Yao. Yang Mulia kaisar meminta anda bersiap untuk kembali ke istana bersama dengannya" ucap kesatria Wen.
"Baiklah" jawab Yao Xulin dengan santai, namun setelah beberapa menit Yao Xulin berhenti berjalan. Tubuhnya seolah mendapatkan serangan mendadak dan tidak dapat bergerak.
"Yang Mulia, ada apa?" Tanya kesatria Wen yang ikut berhenti berjalan dari mengantar Yao Xulin menuju kereta kuda yang sudah setengah jalan.
"Tuan Wen ... bisakah kau mengulang perkataanmu sebelumnya?. Apa perintah Yang Mulia untukku?"
"Apakah perintah Yang Mulia kaisar tentang kembali ke istana bersama?"
Yao Xulin mendadak dapat bergerak dengan cepat. Ia memutar tubuhnya menghadap kesatria Wen.
"Ya!. Ulangi kata-kata itu!"
"Yang Mulia selir Yao. Yang Mulia kaisar meminta anda bersiap untuk kembali ke istana bersama dengannya" ucap kesatria Wen mengulang kata-kata yang diminta Yao Xulin.
"Yang Mulia benar-benar berkata akan membawaku ke istana bersama dengannya?" Tanya Yao Xulin lagi karena masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan.
"Ya. Yang Mulia berkata demikian, Yang Mulia Yao"
Kesatria Wen nampak bingung, namun ia hanya ikut tersenyum melihat Yao Xulin yang nampak sangat bahagia entah kenapa. Sedangkan Yao Xulin berfikir jika Xi Ji Lan mungkin telah membuka sedikit hatinya untuk lebih terbuka.
Kebahagiaan Yao Xulin pun masih berlanjut ketika ia sampai di istana karena Xi Ji Lan membolehkan Yao Xulin tidur di kamarnya unruk sementara waktu sambil menunggu pembangunan ruang paviliun untuk selir Yao sendiri.
"Yang Mulia. Kau bilang aku adalah istrimu, jadi kenapa kau tidak ingin tidur di kamar yang sama denganku?" Tanya Yao Xulin. Ia menjadi lebih berani lagi untuk menjauhkan jarak antara dirinya dengan Xi Ji Lan.
"Aku bisa pergi tidur kapanpun aku mau. Tapi sekarang bukan waktunya. Masih ada banyak hal yang harus ku selesaikan ..."
"Tapi, Yang Mulia. Sebaiknya anda istirahat dulu. Anda masih-"
"Kau tidak tidur semalaman. Pergi tidur dan istirahat dan berhenti bicara" ucap Xi Ji Lan. Ia langsung keluar karena tidak ingin lagi mendengar ucapan Yao Xulin.
Yao Xulin menghela nafas. Ia kembali tersenyum. Meski kata-kata Xi Ji Lan dingin dan tajam, tapi Yao Xulin sudah dapat merasakan jika Xi Ji Lan memang peduli dan bahkan perhatian karena ia mengirim pelayan untuk menambahkan lilin aroma di kamar agar Yao Xulin dapat tidur dan istirahat.
"Xi Ji Lan ... Xi Ji Lan ..."
"Aku penasaran. Apakah kamu sudah menyukaiku?. Kapan kamu jatuh cinta padaku di masa lalu?" Gumam Yao Xulin. Ia sendiri masih meraba perasaan Xi Ji Lan untuknya.
Di masa lalu pun Yao Xulin bahkan tidak tau sejak kapan Xi Ji Lan sudah mencintainya. Ting Yan pernah berkata padanya jika suaminya itu jatuh cinta dengan Yao Xulin sejak pertama bertemu setelah upacara pernikahan, tapi Yao Xulin masih sulit mempercayai kata-kata itu. Terlebih kata-kata itu keluar dari mulut Ting Yan yang selalu berkata manis untuk membuatnya masuk kedalam jebakan. Namun, disisi lain. Yao Xulin juga ingin percaya kata-kata itu. Ia berharap jika Xi Ji Lan memang sudah jatuh cinta padanya sekarang, seperti di masa lalu yang Ting Yan katakan padanya.
"Ting Yan ... kapan dia akan menjadi penjaga bayanganku sebenarnya?"
"Yang Mulia Xi ... apakah dia baik-baik saja?. Seharusnya dia masih demam. Harusnya ia istirahat. Kenapa dia sangat keras dan dingin?"
Yao Xulin terus bergumam sambil memikirkan banyak hal sebelum akhirnya ia terlelap karena kedua matanya yang sudah berat setelah ia tidak tidur semalaman untuk menjaga Xi Ji Lan.
"Xiao Ling ... siapa dia?" Gumam Yao Xulin untuk yang terakhir kalinya dan ia pun tertidur pulas.
Di ruang kerja istana. Seseorang menjadi tidak dapat melakukan tugasnya seperti biasa. Jantung Xi Ji Lan masih berdetak kencang dan semakin kencang saat ia memikirkan kejadian pagi tadi di barak.
Dengan wajah dinginnya, Xi Ji Lan membuat sedikit ekspresi bingung dan bertanya-tanya pada dirinya sendiri, "kenapa aku mencium Yao Xulin?" Batinnya.
Xi Ji Lan memejamkan matanya, kepalanya terasa pusing dan berat. Efek penetralan racun membuat dirinya masih harus demam, tapi saat ini ia memaksakan diri dengan tidak mau tidur karena ada banyak hal yang harus ia pastikan dan selesaikan. Belum lagi tugas-tugas menumpuk dari kekaisaran.
"Yang Mulia" ucap salam kesatria Wen yang masuk bersamaan dengan Ting Yan.
"Oh. Ada apa?"
"Yang Mulia, kami berdua sudah mencari tau tentang penyerangan kemarin" ucap kesatria Wen. Kemudian ia maju untuk memberikan sebuah plakat nama dari kayu jati yang diukir dan dipoles.
"Ini ..."
"Itu adalah milik suku Rui. Tidak salah lagi" ucap kesatria Wen, "tuan muda Ting Yan yang sempat mengambil plakat nama itu kemarin" jelas kesatria Wen.
Xi Ji Lan mengepalkan tangannya, "Suku Rui ... " gumam Xi Ji Lan. Ia memandang dengan cermat plakat nama itu. Rasa marah muncul bersamaan saat ia melihatnya. Bayangan kebakaran di istana saat itu kembali tergambar, bahkan ia dapat dengan jelas melihat kematian Ling Yuan dalam kobaran api kala itu.
"Wen. Bagaimana dengan tuan Yao?. Apakah ada kemajuan?" Tanya Xi Ji Lan yang menanyakan tentang kepala menteri pertahanan yang tak lain adalah ayah Yao Xulin.
Kesatria Wen menggelengkan kepala, "belum Yang Mulia. Tuan Yao masih belum mengatakan apapun lagi. Nampaknya ia juga diracuni dengan racun khusus sehingga ingatannya jadi kacau"
"Oh ya. Saya juga sudah menyelidiki racun yang mengenai anda kemarin. Dan kurasa semuanya sesuai dengan dugaan anda. Racun itu memiliki bahan yang hanya ada di daerah Rui"
"Sepertinya ini memang ada kaitannya dengan mereka ya. Apakah aku harus pulang kampung untukmu Yang Mulia?" Timpal Ting Yan dengan sedikit berbisik agar hanya mereka berdua yang tau.
Xi Ji Lan menatap Ting Yan dengan tajam. Hanya Xi Ji Lan yang tau jika Ting Yan adalah keturunan suku Rui namun sayangnya ia dibesarkan di istana bersama dengannya karena permaisuri kedua yang tak lain adalah ibu Xi Ji Lan mengadopsinya, sehingga Xi Ji Lan tidak yakin jika Ting Yan memiliki hubungan dengan kematian Ling Yuan karena ia juga tau jika Ting Yan juga menyukai Ling Yuan. Disisi lain, Ting Yan tumbuh bersama dengannya dan mengenal satu sama lain sebagai sahabat dan saudara sehingga Xi Ji Lan tidak memiliki keraguan dengan Ting Yan yang selalu mendukungnya.
Kepala Xi Ji Lan berdenyut lagi. Ia semakin berat membawa kepalanya sendiri jadi ia menyudahi penyelidikan hari ini.
"Wen. Bantu aku mengawasi pembangunan pavilium untuk selir Yao. Pastikan tidak ada yang membahayakan disana" ucap Xi Ji Lan.
"Baik Yang Mulia. Saya mohon permisi"
Setelah Wen pergi. Ting Yan dan Xi Ji Lan pun kembali berbicara.
"Kenapa kau merenovasi bangunan itu untuk selir Yao?" Tanya Ting Yan dengan sedikit serius karena bangunan yang akan dijadikan kamar untuk Yao Xulin adalah bangunan yang pernah terbakar dulu dan menjadi tempat Ling Yuan meninggal.
"Tidak apa" ucap Xi Ji Lan dengan dingin.
Ting Yan tidak puas dengan jawaban Xi Ji Lan yang menutupi sesuatu, tapi ia sedang tidak ingin membahas masa lalu karena Ting Yan selalu muak melihat ekspresi Xi Ji Lan yang masih tidak bisa melupakan Ling Yuan. Jadi ia mengalihkannya ke hal yang lain.
"Kau masih harus istirahat. Jangan keras pada dirimu sendiri. Kau kaisar sekarang"
"Tidak perlu pedulikan aku. Lebih baik kau yang istirahat agar bisa menjalani tugas dengan baik" ucap Xi Ji Lan dengan menyindir karena ia tidak terlalu serius menjadi penjaga bayangan.
Ting Yan tersenyum tipis, "ayolah. Kenapa kau masih marah dengan hal ini?. Aku sudah jelaskan sebelumnya kan?" Ucap Ting Yan yang selalu menguji emosi Xi Ji Lan dengan senang hati.
Xi Ji Lan hanya berdecak kesal dengan perilaku Ting Yan. Ia paham dengan maksudnya dan memilihbmenyudahi semuanya.
"Pergi saja sana"
"Tentu. Selamat istirahat Yang Mulia" ucap Ting Yan lalu pergi.
Xi Ji Lan menghela nafas. Masalah lain belum selesai namun masalah baru selalu muncul. Ia tidak mengerti dengan cerita laporan Ting Yan kemarin.
"Untuk apa selir Yao membayar perampok?, apa yang ingin dia lakukan?" Gumam Xi Ji Lan yang semakin tidak mengerti tentang Yao Xulin yang tidak dapat ditebak.
Malam telah datang lagi dan Yao Xulin sudah bangun dari tidurnya. Ia melihat sekeliling kamar yang sangat sepi.
"Xi Ji Lan belum kembali?" Gumam Yao Xulin.
Ia lalu turun dari kasur dan menanyai pelayan jika Xi Ji Lan memang belum kembali ke kamar sejak dirinya tidur. Yao Xulin dengan sengaja menunggu Xi Ji Lan selesai dan nyatanya tebakan Yao Xulin benar. Sampai pagi tiba lagi, Xi Ji Lan bahkan tidak pergi kembali ke kamarnya. Waktu semalaman Yao Xulin terjaga hanya untuk menunggu kedatangan Xi Ji Lan menjadi sia-sia.
"Apa dia tidur di ruang kerjanya?" Gumam Yao Xulin. Seharuanya ia tau tidak bisa berharap lebih. Tapi ia tidak peduli dan pergi ke ruang kerja.
Yao Xulin terkejut karena Xi Ji Lan benar-benar tertidur di ruang kerja sambil memeluk sebuah gulungan yang nampaknya sedang ia baca.
Karena nampaknya tidur Xi Ji Lan juga pulas. Yao Xulin hanya sedikit membenarkan posisi tidurnya dan memberikan selimut. Ia membaca sedikit gulungan yang tengah dibaca Xi Ji Lan sebelum meletakannya di meja.
"Apa yang sedang kamu lihat sebenarnya?" Gumam Yao Xulin saat ia membaca gulungan yang berisi laporan tentang kebakaran yang bahkan disana terdapat nama wanita bernama Ling Yuan.
Yao Xulin masih tidak tau ada apa dengan kebakaran dan hubungan Ling Yuan dengan Xi Ji Lan. Tapi hal itu tetap membuat Yao Xulin sedikit cemburu tanpa sadar. Ia pun membuat Xi Ji Lan tidur di pangkuannya sampai ia kembali mendengar Xi Ji Lan yang mengigau dan menyebut nama itu lagi bersamaan dengan demamnya yang kembali muncul.
"Xiao Ling ... Ling Yuan ... jangan pergi"
"Xiao Ling disini bersamamu. Jangan khawatir" ucap Yao Xulin yang terus menekan perasaan sakit hatinya karena ia masih harus menepati janjinya di kehidupan saat ini untuk memahami Xi Ji Lan. Namun Yao Xulin tetap membungkam mulut Xi Ji Lan agar tidak mengeluarkan nama itu. Sebuah ciuman yang sama seperti pagi itu.
"Jika kamu menyebut nama itu lagi dalam tidur, aku tidak akan melepaskan bibirku dari bibirmu. Sebaiknya kau dengar itu" gumam Yao Xulin sendiri.