Setelah Ting Yan pergi. Xi Ji Lan mengambil kue bulan buatan Yao Xulin yang dibawa Ting Yan lalu memakannya. Alangkah terkejutnya saat ia memakan kue bulan yang sangat berbeda itu.
"Ini ... buah persik?" Gumam Xi Ji Lan. Ia membuat satu gigitan lagi untuk memastikan rasanya, sampai secara tak sadar ia menghabiskan satu kue bulan rasa buah persik itu. Ia tidak menyangka jika kue bulan yang dominan memiliki rasa manis dan asin bisa dibuat dengan rasa manis dan asam yang segar seperti itu. Sebuah rasa yang disukai oleh Xi Ji Lan. Ia memang suka rasa manis namun rasa manis itu tidak bisa berlebih. Xi Ji Lan cenderung menyukai rasa yang segar.
Tanpa sadar, Xi Ji Lan mengambil kue bulan itu lagi. Ia tak memikirkan apakah kue bulan itu kotor atau tidak karena telah jatuh sebelumnya, namun ia menghabiskan kue bulan itu dalam waktu sekejap. Kali ini ia memakan kue bulan itu karena menyukainya dan mungkin akan menjadi makanan kesukaannya mulai hari ini.
Setelah memakan habis kue-kue itu. Xi Ji Lan merasakan sedikit kebahagiaan.
"Aku harus meminta maaf" batin Xi Ji Lan. Ia berniat meminta maaf karena telah menjatuhkan kue-kue itu ke tanah sebelumnya pada Yao Xulin.
Ia pun pergi untuk mencari Yao Xulin, namun begitu ia keluar kamar tiba-tiba kepalanya terasa sakit. Ia kembali terjatuh. Xi Ji Lan mengetahui rasa yang ia alami.
"Aku keracunan lagi?" Batin Xi Ji Lan.
Akhirnya ia kembali masuk dan mengingat jika ia hanya memakan kue bulan dan dua makanan sebelumnya. Namun ia tidak yakin dengan kue bulan yang berisi racun.
"Wen!" Panggil Xi Ji Lan.
Kesatria Wen pun muncul dengan terkejut, "Yang Mulia!. Ada apa dengan anda?!" Tanyanya sambil membantu Xi Ji Lan berbaring lagi di kasur.
"Periksa bubur dan sup ayam yang kumakan sebelumnya, apakah ada racun atau tidak!" ucap Xi Ji Lan.
"Anda keracunan lagi?" Ucap Kesatria Wen. Ia pun langsung memeriksa dua makanan sisa itu dengan jarum perak. Dan jarum perak pun memberikan reaksi racun yang terkandung di salah satunya.
Kesatria Wen segera memanggil tabib. Ia sendiri sudah tidak dapat menutup titik akupuntur karena racun sudah bereaksi dan menyebar dalam waktu cepat, terlebih reaksi dari racun sangat sulit untuk disadari segera oleh Xi Ji Lan sebelumnya sehingga ia harus mendapati penanganan yang lambat.
Secara bersamaan, Xi Mian dan Nona Ye kebetulan sedang berada di lorong dan melihat beberapa pelayan dan tabib berjalan sangat cepat ke pavilium kaisar, sehingga mereka berdua ikut dan menjadi sangat terkejut melihat kondisi Xi Ji Lan yang sudah tidak sadarkan diri.
"Apa yang terjadi dengan kakak?!"
***
Ketika Yao Xulin sudah tenang dan dapat mengendalikan kontrol atas dirinya, ia berniat pergi ke pavilium utama untuk melihat Xi Ji Lan.
Atas saran dari Ting Yan yang menyamar, Yao Xulin berniat menanyakan alasan Xi Ji Lan membenci kue bulan. Lagipula hal itu yang seharusnya ia lakukan sejak awal karena memang ia telah berjanji untuk selalu mencoba memahami Xi Ji Lan yang masih sangat tertutup. Yao Xulin dapat menebak alasannya.
Semua itu pasti ada hubungannya dengan Ling Yuan, dan kehidupan masa lalu yang tidak Yao Xulin ketahui karena ia baru mengenal Xi Ji Lan di hari pernikahan mereka.
"Apakah rasa bencinya atas kue bulan ini juga ada hubungannya dengan wanita itu?" Gumam Yao Xulin.
Sejujurnya. Yao Xulin benar-benar kesulitan mengendalikan emosinya untuk memahami Xi Ji Lan yang sangat dingin padanya, terlebih saat ini ia sudah tau sedikit tentang seorang wanita yang telah mempengaruhi kehidupan Xi Ji Lan sehingga Yao Xulin hanya dapat terus menahan sedikit rasa taburan garam di atas lukanya. Perih memang. Tapi dibandingkan dengan dirinya, Ling Yuan memang lebih pantas berada di dalam hati Xi Ji Lan dalam waktu yang lama karena bagaimanapun Ling Yuan adalah orang pertama yang selalu menghibur Xi Ji Lan di dalam kehidupan istana yang kejam.
Begitu sampai dekat pavilium, Yao Xulin melihat ada banyak pelayan sehingga ia jadi khawatir terjadi sesuatu. Ia pun mendekati pavilium dan melihat ada beberapa tabib istana di dalam, putri Xi Mian dan Nona Ye yang terlihat khawatir.
"Yang Mulia?!" Gumam Yao Xulin. Ia segera memasuki kamar setelah melihat Xi Ji Lan yang terbaring dengan wajah yang lebih pucat. Ia bahkan tak sadarkan diri.
"Jangan sentuh kakakku!" Ucap putri Xi Mian setelah ia melihat wajah Yao Xulin. Ia bahkan mendorong Yao Xulin sampai jatuh.
"Ini dia!. Wanita sial ini yang telah meracuni kaisar!, cepat tangkap dia!" Teriak Xi Mian.
"Apa?. Racun?. Yang Mulia ..."
Yao Xulin tidak sempat menyelesaikan kata-katanya begitu para prajurit menyeretnya keluar untuk dibawa ke sel tahanan.
Setelah diselidiki ternyata racun itu memang ada di bubur yang dibawa Nona Ye. Namun hal ini merupakan kesempatan untuk menjadikan Yao Xulin sebagai kambing hitam. Xi Mian pun menuduhnyakarena menaruh racun di dalam bubur dengan sengaja karena membenci Nona Ye dan kaisar Xi yang mencampakannya untuk balas dendam.
Tidak ada yang dapat membela Yao Xulin saat ini, bahkan dengan menggunakan statusnya sebagai selir kaisar pun ia tidak mampu karena statusnya sebagai selir kaisar nampaknya tidak diresmikan oleh Xi Ji Lan, sehingga tidak akan banyak orang istana yang takut dengan kata-katanya.
Yao Xulin hanya dapat pasrah saat dirinya dilempar kedalam penjara. Selain itu, ia hanya memikirkan kondisi Xi Ji Lan.
"Bagaimana bisa dia keracunan lagi?"
Yao Xulin memikirkan tentang sup buatannya. Ia sangat yakin jika makanan yang ia bawa selalu dalam penglihatannya, tidak akan ada orang yang sempat memasukan racun kedalamnya.
"Apakah didalam bubur?!" Gumam Yao Xulin. Ia masih ingat bubur itu dibuat koki istana. Bukan hal yang tidak mungkin juga jika bubur itu diberi racun oleh orang yang ada di dapur karena disana ada banyak orang. Terlebih mereka sibuk dengan tugas masing-masing sehingga bubur yang sedang dimasak pun akan ditinggal dan itu akan memberi celah untuk seseorang menabur racun.
"Tapi siapa?, apakah ada penyusup di antara staf dapur istana?"
Waktu berlalu, Yao Xulin pun juga masih berada didalam sel selama tiga hari berturut-turut tanpa ada seorangpun yang melihatnya ataupun menanyakan tentang racun itu padanya, padahal putri Xi Mian telah menuduhnya.
"Apakah aku dilupakan?" Gumam Yao Xulin. Ia tidak masalah dengan hal itu, tapi hal yang buruk dalam fikirannya terus berputar. Tentang kenapa dirinya sampai dilupakan. Kemungkinan semua orang tengah mengurus Xi Ji Lan sehingga putri Xi Mian pun tidak memiliki waktu untuk membuat perhitungan dengan Yao Xulin.
Yao Xulin menjadi begitu khawatir. Ia juga sudah berteriak beberapa kali, namun penjaga di penjaranya berada di depan ruangan sehingga tidak akan ada yang mendengarnya. Ia sangat mengkhawatirkan Xi Ji Lan. Karena ia tidak dapat melakukan banyak hal di dalam penjara, jadi Yao Xulin terus berfikir.
Tentu saja hal utama yang ia fikirkan tentang wajah pucat Xi Ji Lan yang ia lihat tiga hari lalu. Pemandangan itu nampak seperti dirinya melihat kehidupan sebelumnya. Saat semuanya telah berakhir.
"Tidak!. Tidak lagi!"
"Tidak. Kau tidak boleh pergi. Xi Ji Lan. Jangan tinggalkan aku lagi. Aku bahkan belum menebus kesalahanku sepenuhnya padamu" lirih Yao Xulin. Ia mulai menangis lagi. Tangannya terasa dingin, seluruh tubuhnya menggigil. Perasaan saat hujan membasahi tubuhnya kembali terasa. Hujan yang dingin membasahi tubuhnya yang perlahan kehilangan jiwanya untuk menyusul jiwa yang telah pergi duluan meninggalkan raganya.
"Xi Ji Lan. Kau tidak bisa pergi. Jangan tinggalkan aku lagi"
Kata-kata itu terus Yao Xulin ucapkan bahkan dalam tidurnya.
Malam keempat, dan Yao Xulin kembali tertidur dengan air matanya yang masih basah. Mimpi buruknya kembali membuat tubuhnya menggigil. Ia takut jika semuanya kembali terulang.
"Kumohon. Jangan pergi. Xi Ji Lan ... jangan pergi. Jangan pergi. Jangan tinggalkan aku lagi ... Xi Ji Lan. Apakah kamu mendengarku?, Xi Ji Lan"
Bayangan Xi Ji Lan dalam mimpi Yao Xulin semakin memudar lalu menghilang, bersamaan dengan rasa dingin yang kini telah pergi. Tubuh Yao Xulin tak lagi menggigil. Ia merasakan kehangatan.
Ting Yan menatap Yao Xulin. Sudah dua kali ia melihat air mata di wajah Yao Xulin.
"Kakak adik sama saja" gumam Ting Yan. Ia tidak bisa mengeluarkan Yao Xulin dari sel yang dingin marena tidak memiliki kekuasaan apapun di istana, tapi setidaknya ia dapat memberikan jubahnya untuk menyelimuti Yao Xulin.
"Tenang saja. Kau pasti akan segera keluar dari sini" ucap Ting Yan. Entah sejak kapan dirinya jadi lebih memperhatikan Yao Xulin.
Sejak ia melihat Yao Xulin menangis dan tertawa di pavilium saat itu. Ting Yan tidak bisa berhenti memikirkannya.
Sejak saat itu perasaannya terganggu. Ting Yan menjadi tidak tahan melihat Yao Xulin mengeluarkan air mata hanya untuk Xi Ji Lan, meski begitu ia lebih senang membuat Yao Xulin tersenyum. Dan membuat Yao Xulin tersenyum adalah hal yang ingin sekali Ting Yan lakukan saat ini sehingga ia pun selama tiga hari berturut-turut pergi mencari pelaku yang menabur racun untuk Xi Ji Lan. Semua itu ia lakukan agar Yao Xulin dapat bebas, sementara Xi Ji Lan masih belum sadarkan diri sampai saat ini karena racun yang ada di dalam dirinya telah menyatu dengan darah. Butuh waktu lama untuk mendetok semua darahnya agar bersih.
Begitu bangun, Yao Xulin telah mendapatkan sesuatu menyelimutinya dan terkejut melihat bahan yang menyelimutinya.
"I-ini ... bukankah ini milik Xi Ji Lan?" Gumam Yao Xulin. Ia dengan sangat percaya diri dan yakin jika jubah yang menyelimutinya milik Xi Ji Lan. Lebih tepatnya itu adalah jubah yang dipakai Xi Ji Lan di masa lalu. Jubah yang dipakai Xi Ji Lan di akhir hidupnya.
Yao Xulin pun kembali termenung. Ia berfikir jika Xi Ji Lan yang benar-benar memberikannya, dan bukan Ting Yan.
Yao Xulin tidak tau jika Ting Yan sebenarnya memiliki pakaian-pakaian dari Xi Ji Lan untuk dipakainya di acara-acara khusus.