Chereads / Legenda Kutukan Rui [INDO) / Chapter 15 - Aku Dimatamu, Dia Dihatimu

Chapter 15 - Aku Dimatamu, Dia Dihatimu

Beberapa hari berlalu dengan cepat, Yao Xulin perlahan membuka matanya. Cahaya matahari telah menyusup melewati jendela dan menembus kegelapan.

Sunyi. Tak ada siapapun disisi Yao Xulin. Ia terbangun di kamar Xi Ji Lan yang sangat tenang.

"Aku di kamar Yang Mulia?" Gumam Yao Xulin. Sudah lebih dari tiga hari ia tertidur dan tubuhnya masih sedikit sakit terutama tangan dan perutnya, namun itu sudah lebih baik dari sebelumnya. Saat di penjara. Yao Xulin mendadak cukup merasakan tekanan sehingga ia takut, namun saat melihat sesuatu rasa takutnya hilang. Ia melihat jubah yang tergantung di dekat lemari pakaian. Meski jaraknya cukup jauh, namun Yao Xulin tidak akan pernah melupakan jubah itu.

Yao Xulin turun dari kasur dan mendekati jubah berwarna biru tua itu. Sulamannya terlihat rumit. Motif Seekor naga malam yang terlihat kuat untuk melindungi siapapun dan motif bunga peony yang membuat sang naga terlihat memiliki kelembutan tersembunyi yang begitu dalam.

Setiap jahitan sulaman itu begitu rapih dan indah seperti disulam oleh seseorang dengan penuh cinta. Yao Xulin dapat melihatnya dengan baik sehingga ia bertanya-tanya darimanakah jubah itu berasal?. Yao Xulin menjadi begitu sensitif. Ia selalu berfikir tentang Ling Yuan.

"Dalam catatan itu ... dia adalah seorang pelayan yang pandai menyulam" gumam Yao Xulin saat ia mengingat tentang data Ling Yuan yang ia baca di ruang arsip saat itu.

Yao Xulin semakin merasa dirinya sangat tidak pantas untuk Xi Ji Lan karena dirinya tidak memiliki banyak kemampuan yang sebagus Ling Yuan karena hidup terlalu dimanja dalam keluarganya. Karena hal itu pula, di masa lalu Yao Xulin menjadi seseorang yang egois dengan hanya memikirkan perasaannya sendiri dan selalu berfikir negatif tentang seseorang jika tidak sesuai dengan dirinya, seperti menilai Xi Ji Lan contohnya. Di masa lalu ia begitu menilai buruk Xi Ji Lan karena ia tidak ingin tau tentangnya dan hanya peduli tentang haknya sendiri sebagai istri yang diabaikan oleh suaminya sendiri, padahal Xi Ji Lan pasti memiliki alasan dibalik itu semua.

Bisa dikatakan sifat Yao Xulin sebenarnya hampir mirip dengan Xi Mian jika saja ia tinggal di istana. Untungnya ia hanya putri seorang menteri yang memiliki ketegasan sehingga sifat egoisnya tidak terlalu buruk karena sang ayah mendidiknya dengan cukup tegas. Ayah Yao Xulin yakni Yao Xuan, seorang mantan panglima kekaisaran Xi.

Setelah kematian Xi Ji Lan di masa lalu, Yao Xulin pun akhirnya sadar. Ia tidak ingin lagi menyesal dengan sifatnya. Jadi apapun yang terjadi ia harus dapat mengontrol ego-nya.

Yao Xulin tak henti melihat dan meraba setiap sulaman di jubah berwarna biru tua itu. Jubah itu sangat sama dengan yang digunakan Xi Ji Lan di akhir hidupnya, namun ia juga baru sadar jika jubah yang diberikan padanya di dalam penjara sebenarnya memiliki motif yang berbeda jika dari dekat dan akan terlihat sama saja jika dari jauh.

Ingatan Yao Xulin tentang jubah yang dipakai Xi Ji Lan di masa lalu tidak terlalu jelas sebenarnya jadi ia tidak tau jubah yang mana itu?. Apakah jubah itu sama dengan yang di depannya saat ini?, atau sama dengan yang ada di penjara saat itu?.

"Siapa yang memberikan jubah padaku waktu itu?" Gumam Yao Xulin menjadi penasaran. Ia dapat menebak jika itu Xi Ji Lan tapi bisa juga bukan Xi Ji Lan. Namun jika bukan Xi Ji Lan, lantas siapa lagi yang memiliki kepedulian padanya untuk berkunjung ke penjara?.

"Dia harusnya memiliki kekuasaan di istana sehingga bisa masuk kedalam penjara dengan bebas. Tapi, siapa?"

Yao Xulin kali ini mengalami kebuntuan. Ia tidak tau siapa yang memberikan jubah di penjara untuk menyelimutinya saat itu.

Disaat yang bersamaan ia melihat sesuatu lain tergantung tersembunyi di dekat jubah.

Warnanya putih dengan motif berwarna biru.

"Apa itu?" Gumam Yao Xulin. Dengan penasaran ia menyibak beberapa benda yang menutupinya dan sebuah kantung kecil terlihat.

Yao Xulin mengambil kantung itu bukan karena penasaran namun karena ada sesuatu yang menarik di matanya, yakni motif di kantung kecil tersebut.

"Motif ini  ..."

Yao Xulin melakukan hal yang sama saat ia meraba sulaman di atas kantung itu dengan sulaman di atas jubah. Dari teksturnya, Yao Xulin dapat melihat perbedaan pola sulaman disana. Motif sulaman di kantung itu adalah motif bulan berbentuk tandan berwarna emas yang dikelilingi bunga lonceng berwarna biru muda, namun warna di sulaman itu nampak sudah memudar seperti sebuah  sulaman yang sudah lama, berbeda dengan sulaman di atas jubah yang terlihat masih bagus.

"Ini kantung wewangian?" Gumam Yao Xulin saat sadar didalam kantung itu ada serbuk wangi dengan aroma yang segar seperti aroma di hutan hangat dan damai.

"Apa yang kau lakukan?" Tanya seseorang tiba-tiba pada Yao Xulin.

Karena terkejut, Yao Xulin justru menyembunyikan kantung wangi tadi di balik jubahnya.

"Yang Mulia?!"

Yao Xulin tak berhenti terkejut sekali. Ia terkejud untuk yang kedua kalinya namun suaranya tidak keluar ketika Xi Ji Lan menyentuh dahinya.

"Suhu tubuhmu sudah normal" ucap Xi Ji Lan dengan datar. Wajahnya masih dingin tanpa ekspresi, tapi suaranya cukup lembut kali ini.

"Pergi bersiap makan siang denganku sejam lagi" ucap Xi Ji Lan singkat lalu ia langsung pergi begitu saja, meninggalkan Yao Xulin yang masih terdiam.

"Makan siang bersama?" Gumam Yao Xulin. Otaknya seperti tengah mencerna kata-kata Xi Ji Lan yang sangat datar namun mengandung kepedulian.

Kedua pipi Yao Xulin terasa panas dan sedikit merona. Ia tersenyum tipis.

"Baik, Yang Mulia" jawab Yao Xulin dengan telat. Ia tidak peduli Xi Ji Lan mendengarnya atau tidak, yang terpenting adalah suasana hatinya kini terasa berbunga-bunga. Bagaimana tidak?, saat bangun dan membuka mata ia mendapati Xi Ji Lan begitu hangat padanya meski ekspresi wajahnya tetap dingin.

"Nona Yao, apakah anda membutuhkan bantuan?" Ucap seseorang lagi.

"Mei Lin?!, kenapa kau ada disini?" Ucap Yao Xulin yang cukup terkejut dengan kehadiran pelayan pribadinya selama di Manor Xi.

"Yang Mulia memanggil saya untuk anda, Nona" ucap Mei Lin. Ia telah mendapatkan kepercayaan dari Xi Ji Lan untuk menjadi pelayan pribadi Yao Xulin sehingga ia harus berada disisinya terus untuk melayaninya.

Kebahagiaan Yao Xulin berlipat. Ia pun mengganti pakaiannya dengan bantuan Mei Lin untuk makan siang bersama Xi Ji Lan.

***

Xi Ji Lan berada di ruang kerjanya untuk menyelesaikan beberapa kerjaannya sehingga ia akan dapat makan siang keluar dengan Yao Xulin. Selain untuk bentuk permintaan maafnya atas perilakunya dan adiknya, putri Xi Mian. Ia juga makan di luar dengan tujuan tertentu.

Dengan sengaja ia harus bertemu dengan seseorang secara langsung karena ia tidak bisa bertemu dengannya di dalam istana.

"Wen, apakah kau sudah mencari lokasinya?" Ucap Xi Ji Lan.

"Sudah, Yang Mulia. Anda bisa pergi ke kedai Fu Niang. Makanan disana sangat enak" ucap Kesatria Wen yang menjawab sesuai dengan kode agar tidak ada yang curiga meski ada yang menguping sekalipun.

Xi Ji Lan sadar. Posisinya sebagai kaisar Xi saat ini begitu sangat diperebutkan oleh lima pangeran sekaligus. Banyak yang ingin menggulingkannya sehingga ia harus berhati-hati. Setelah putra mahkota pertama yang seharusnya menjadi pewaris tahta berikutnya meninggal, entah kenapa Xi Ji Lan telah mendapati pesan wasiat dari kakek kaisar untuk menduduki tahta setelah ia meninggal untuk menggantikan Xi Guang, putra mahkota pertama. Padahal seharusnya selain Xi Guang, mereka masih dapat memilih dua pangeran untuk menjadi kandidat, tapi yang mendapat tahta justru Xi Ji Lan dengan alasan dirinya merupakan anak dari permaisuri kedua, jadi ia lebih pantas untuk menggantikan Xi Guang yang merupakan anak dari permaisuri pertama.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Xi Ji Lan pun pergi menunggu Yao Xulin di depan paviliumnya.

"Yang Mulia, maaf membuat anda menunggu" ucap Yao Xulin.

Untuk sesaat, Xi Ji Lan kembali terpesona. Bahkan waktu disekitarnya seolah berhenti. Xi Ji Lan tidak dapat berbohong jika Yao Xulin saat ini benar-benar sangat mirip dengan Ling Yuan.

"Yang Mulia?" Ulang Yao Xulin.

Xi Ji Lan tersadar. Ia kembali berwajah dingin karena mengingat Ling Yuan.

"Ayo berangkat" ucap Xi Ji Lan yang langsung memalingkan wajahnya dan berjalan duluan.

"Mei Lin, kenapa Yang Mulia melihatku seperti itu?. Apakah pakaian yang kupilih benar-benar tidak cocok?" Bisik Yao Xulin. Ia justru menjadi khawatir dengan pakaian yang dipakainya saat ini.

"Aih, Nona. Itu tidak mungkin. Anda sangat cantik memakai apapun. Yang Mulia hanya terpesona dengan kecantikan anda, jangan berfikir buruk" jelas Mei Lin dengan menghibur.

Yao Xulin pun hanya mengangguk. Lagipula ia sudah cukup bahagia dengan sikap Xi Ji Lan sebelumnya, jadi ia hanya bersikap seperti biasa kembali dan memaklumi Xi Ji Lan yang berwajah dingin.

Setidaknya Xi Ji Lan sudah sedikit melihatnya.

"Meski saat ini aku hanya ada di matamu, namun aku yakin, suatu hari kamu pasti akan membiarkan aku masuk kedalam hatimu kan?. Izinkan aku menggantikan Ling Yuan, meski aku mungkin tidak sebaik dia. Meski aku bukan yang pertama. Tapi aku ingin menjadi yang terakhir dan selamanya untukmu. Aku akan berusaha menjadi yang terbaik untukmu" batin Yao Xulin.

***

Selama diperjalanan, tidak ada yang berbicara satu sama lain. Itu adalah hal yang cukup normal, namun kali ini sikap Xi Ji Lan sedikit berbeda. Ia seperti tengah mencemaskan sesuatu sehingga sikapnya tidak setenang biasanya.

Tentu saja Yao Xulin tidak akan dibiarkan tau apa yang tengah terjadi diluar. Xi Ji Lan berusaha sebaik mungkin untuk membuat Yao Xulin tidak merasakan gangguan apapun dari luar.

Saat ini, kesatria Wen, Ting Yan, dan prajurit bayangan kaisar tengah bertarung dengan beberapa orang yang mengincar kereta Xi Ji Lan. Namun hal ini seolah dapat Xi Ji Lan atasi karena ia tau siapa yang menyerang mereka.

"Bagus sekali pangeran ketiga Yun. Rencanamu terlalu terbaca" batin Xi Ji Lan. Ia tenang namun ia juga tidak tenang karena takut Yao Xulin menyadari ada sesuatu yang terjadi di luar.

"Yang Mulia, bolehkan saya tau kita akan makan siang dimana?" Tanya Yao Xulin karena ia menjadi cemas sendiri dengan melihat sikap Xi Ji Lan yang berbeda.

"Fu Niang" jawab Xi Ji Lan dengan singkat.

"Oh, bagus. Makanan disana sangat enak. Aku sering makan disana sebelum ... sebelum menikah" jelas Yao Xulin dengan suaranya yang semakin kecil lalu kembali besar setelah ia melewati kata 'sebelum menikah.'

"Jika boleh. Aku bisa merekomendasikan makanan untukmu nanti, Yang Mulia"

"Tentu" jawab Xi Ji Lan.

Percakapan mereka tidaklah panjang ataupun terasa asik, namun bagi Yao Xulin hal itu sudah cukup. Ia bahagia dengan jawaban-jawaban singkat Xi Ji Lan.

"Aku akan melihat, makanan apa yang kau suka, Yang Mulia!" Batin Yao Xulin. Ia berencana untuk mengetahui makanan yang disukai Xi Ji Lan tanpa harus bertanya langsung. Ia akan tau setelah mengamatinya nanti.