"Apa yang dilakukan jalang sial itu?!" Batin Nona Ye karena yang ia tau Xi Ji Lan seharusnya bersikap dingin pada Yao Xulin.
Ia pun hanya dapat cemburu dan penasaran dengan apa yang mereka lakukan didalam malam-malam seperti ini?. Meski Xi Ji Lan menikahi Yao Xulin namun ia belum mengumumkan hal itu secara resmi sehingga Nona Ye selama ini berfikir jika dirinya memiliki kesempatan untuk menjadi permaisuri.
"Mereka tidak mungkin melakukan hal 'itu' kan?"
Nona Ye pun mengambil inisiatif dan pergi menyelinap ke halaman belakang pavilium Yun Xi untuk sedikit mengintip apa yang terjadi di dalam sana karena Yao Xulin sudah berada didalam dengan waktu cukup lama, sampai-sampai teh dalam teko yang Nona Ye bawa sudah menjadi dingin sepenuhnya.
Saat None Ye pergi mengintip lewat celah jendela, ia langsung dikejutkan dengan suara benda yang terjatuh sehingga Nona Ye menjadi sangat penasaran dan tidak sabaran untuk melihat apa yang terjadi.
Begitu ia melihat kedalam, satu hal yang ia lihat adalah sebuah kotak berwarna merah tua terang telah terjatuh bersama dengan isinya.
"Apa itu kue bulan?!" Batin nona Ye.
"Yang Mulia?!"
Srak!
Srak!
"Apa yang terjadi?!" Batin Nona Ye begitu ia mendengar suara Yao Xulin yang terdengar berteriak bersamaan dengan suara kekacauan lain.
Nona Ye segera dapat melihat Yao Xulin yang penampilannya sedikit berantakan. Pakaiannya sudah terbuka dan memperlihatkan bahu juga punggungnya yang halus dan lembut, bahkan rambutnya tergerai begitu indah.
Nona Ye hampir terpesona dengan kecantikan yang dimiliki Yao Xulin, namun ia segera menepis hal itu saat melihat Xi Ji Lan menghunuskan pedang pada Yao Xulin.
Hal tercepat yang dapat Nona Ye simpulkan tentang situasi yang tengah terjadi adalah, kaisar tengah marah. Xi Ji Lan tengah marah pada Yao Xulin yang mencoba menggodanya bahkan tidak jera dengan membawa kue bulan kepada Xi Ji Lan yang sangat membenci kue itu.
"Ya ampun. Dia tidak hanya bodoh, tapi benar-benar kupu-kupu malam!" Batin Nona Ye.
"Pergi!" Teriak Xi Ji Lan dari dalam sana pada Yao Xulin.
Nona Ye yang mendengar hal itu jelas sangat mendukung Xi Ji Lan.
"Benar. Kau harus mengusirnya, Yang Mulia!. Dia hanyalah wanita bodoh dan penggoda, sangat merendahkan martabatmu!" Batin Nona Ye. Ia menkadi begitu semangat menonton pertunjukan yang ada di dalam bilik kamar itu seperti tengah menonton sebuah opera antara cinta dan benci.
Meskipun Nona Ye menjadi bersemangat, namun disisi lain ia sebenarnya juga menjadi takut melihat sisi Xi Ji Lan yang menyeramkan seperti itu. Seorang pria tampan nan dingin yang dapat mengayunkan pedangnya kapanpun ia mau, tanpa peduli hubungan apa yang kau miliki dengannya. Ia tidak akan ragu untuk membunuhmu.
Tubuh Nona Ye menjadi gemetar memikirkan hal itu. Ia bahkan secara otomatis berfikir, jika ia berada di posisi Yao Xulin saat ini, ia pasti akan langsung bersujud meminta ampun lalu pergi melarikan diri. Tapi hal yang dilakukan Yao Xulin cukup membuat nona Ye terkejut.
"Dia bahkan masih bisa mencari wajah dengan tidak takut mati?!"
Hal-hal yang dilihat oleh Nona Ye sebenarnya memang benar apa adanya, meski beberapa tidak sesuai dengan dugaan Nona Ye.
Yao Xulin saat ini memeluk Xi Ji Lan dengan begitu erat meski pedang itu telah berada di dekat punggungnya, namun entah kenapa Yao Xulin memiliki keyakinan besar jika Xi Ji Lan tidak akan melukainya.
"Yang Mulia. Tenangkan dirimu!" Ucap Yao Xulin.
"Per-gi!"
"Tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu!. Apa yang terjadi denganmu, Yang Mulia?!"
"Pergi Yao Xulin!. Atau aku akan membunuhmu!" Tukas Xi Ji Lan namun kata-kata bak pedang yang dingin itu sangat tidak dipedulikan oleh Yao Xulin. Ia memilih tetap bersama. Bagaimanapun ia merasa ada yang salah dengan Xi Ji Lan saat ini.
Beberapa jam yang lalu.
Saat Xi Ji Lan hampir melepaskan pakaian Yao Xulin, tiba-tiba ia menghentikan gerakan tangannya. Ia tiba-tiba bangkit dan mendorong Yao Xulin sampai terjatuh ke lantai.
Tentu saja Yao Xulin sangat terkejut dengan perubahan sikap Xi Ji Lan yang begitu tiba-tiba. Rasanya seperti kau tengah menikmati teh hangat di musim dingin namun teh itu seketika menjadi beku ketika mencapai tenggorokanmu.
Yao Xulin tentu saja akan tersedak dengan keadaan seperti itu.
Tak hanya mendorong Yao Xulin keluar dari atas kasur, namun Xi Ji Lan juga mulai membanting beberapa barang bahkan kotak berisi kue bulan yang diberikan Yao Xulin padanya.
Saat ini, didalam kepala Xi Ji Lan seperti tengah terjadi pertempuran. Ia seperti melihat medan perang yang begitu mengerikan. Genangan darah, senjata, mayat-mayat yang bergelimpangan, warna langit yang gelap, tanaman yang mati. Semua pemandangan itu membuat Xi Ji Lan mengalami tekanan yang sangat besar, sama halnya seperti ia tengah menatap kobaran api di tahun itu. Begitu marah, sedih, dan putus asa.
Xi Ji Lan bagai kehilangan seluruh hidupnya dan dirinya sendiri.
Emosinya menjadi tak lagi jelas karena telah dicampur menjadi satu.
Ia kesulitan mengendalikan dirinya sendiri. Ia bagai tengah menunggangi seekor kuda gila yang tidak mau berhenti berlari menuju jurang. Sehingga kecemasan dan ketakutan begitu menekan Xi Ji Lan dengan sangat kuat.
Efek terbalik.
Xi Ji Lan melupakan hal itu saat melihat Yao Xulin datang padanya, padahal dirinya seharusnya tengah melakukan meditasi begitu ia selesai dengan pekerjaannya. Namun bulan sudah terlanjur naik begitu tinggi dan efek itupun terlepas.
Xi Ji Lan lengah.
Situasi menjadi begitu gawat dan semakin tidak dapat terkendali. Xi Ji Lan saat ini hampir benar-benar tidak dapat merasakan tubuhnya sendiri. Ia berteriak begitu keras agar Yao Xulin pergi darinya, namun sayangnya suaranya tidak sampai sehingga Xi Ji Lan menjadi sangat suram.
"Tidak. Jangan dia"
Xi Ji Lan terus memohon pada dirinya sendiri agar tidak menyakiti Yao Xulin, tapi sayang. Tubuhnya tidak mau menerima perintahnya dan bergerak untuk memenuhi hasratnya yang begitu haus.
"Mati!"
"Tidak!"
Suara itu bergema secara bersamaan di dalam diri Xi Ji Lan seperti energi Yin dan Yang tengah saling bertabrakan.
Srak!!.
Darah menetes dan mengalir di pedang dengan begitu tenang. Kedua pupil mata Yao Xulin terlihat membulat. Jantungnya terasa berhenti berdetak.
Bruk!.
Prang!.
Krakk!.
"Tu-tuan Tang Yi?!" Teriak Yao Xulin.
Diwaktu yang tepat, Ting Yan kembali dan ia pun dapat melumpuhkan Xi Ji Lan untuk sementara.
Yao Xulin segera menghampiri Ting Yan yang telah melindunginya dari tusukan pedang Xi Ji Lan, alhasil kini Ting Yan harus memiliki luka cukup dalam di bagian pinggang kirinya.
"Untunglah belum terlambat" batin Ting Yan.
Yao Xulin tidak tau kenapa Ting Yan bisa berada disana, namun ia lebih memilih mengkhawatirkannya.
"Tuan Tang Yi, kau ... kau tertusuk" ucap Yao Xulin dengan gemetar. Ia begitu panik melihat darah yang terus keluar dari tubuh Ting Yan.
"Nona Yao, jangan cemaskan aku. Tolong panggilkan tabib Mu dan minta ramuan pemurni bunga bulan"
"Tapi-"
"Cepatlah!. Kondisi Yang Mulia lebih berbahaya!" Tukas Ting Yan.
Yao Xulin tidak tau apa yang terjadi, tapi karena kata-kata itu keluar dari mulut Ting Yan yang dikenalnya dekat dengan putra mahkota juga Xi Ji Lan, jadi ia pasti mengetahui betul kondisi Xi Ji Lan saat ini. Jadi Yao Xulin segera berlari keluar untuk memanggil tabib Mu.
Sementara itu, Ting Yan tengah merasakan sakit luar biasa karena dipedang Xi Ji Lan terdapat racun yang telah dilumurinya.
"Kau sial. Jika pedang itu mengenai Nona Yao, kau pasti akan bunuh diri" grutu Ting Yan.
Ia mencoba bangkit dan melakukan sesuatu pada setiap titik meridian di tubuh Xi Ji Lan.
Whush!.
Tuk!.
Sebuah jarum perak telah sukses Ting Yan lemparkan ke arah jendela dan mengenai dahi Nona Ye.
"Maaf Nona, tapi kau tidak seharusnya melihat apa yang terjadi. Jadi, tolong lupakan apa yang kau lihat" gumam Ting Yan. Ia menggunakan jarum perak khusus yang telah diberi mantra untuk menarik ingatan yang baru masuk. Sebuah mantra yang didapat dari gulungan suku Rui yang berhasil ia pelajari.
"Untunglah aku mencoba teknik medis suku Rui. Tidak sia-sia!" Gumam Ting Yan.
"Tapi ... semua kue ini jadi sia-sia" lanjutnya saat melihat semua kue bulan yang Yao Xulin bawa untuk Xi Ji Lan telah berantakan dan hancur.
"Kenapa kau bodoh sekali?, harusnya kau makan kue ini dulu sebelum kau 'memakan-nya'. Dasar pria yang tidak sabaran!" Grutu Ting Yan.
"Ugh!. Bagaimanapun ini sangat sakit, sial!" Dumalnya lagi. Ting Yan pun juga ikut menerapkan beberapa teknik medis suku Rui pada dirinya sendiri.
"Mei Lin" panggil Ting Yan.
Seketika pelayan pribadi Yao Xulin itu muncul dengan begitu cepat.
"Ya, Tuan?"
"Pergi kembalikan Nona Ye ke paviliumnya. Harus bersih" ucap Ting Yan dengan menekan kata 'harus bersih.'
"Baik"
***
Yao Xulin membuka matanya. Kepalanya terasa berputar sehingga ketika ia bangun perutnya terasa diaduk dan ia merasa mual.
"Nona, apa anda sakit?" Tanya Mei Lin sambil membantu Yao Xulin pergi ke kamar mandi.
Yao Xulin tidak menjawab apapun, namun ia merasa aneh dengan dirinya seolah sesuatu telah terjadi padanya, tapi ia tidak dapat mengingat apapun. Saat ini ia seperti seseorang yang telah pergi minum selama semalam suntuk lalu menjadi mabuk berat.
"Apa yang terjadi denganku?" Gumam Yao Xulin dengan sedikit linglung.
"Nona, apakah anda masuk angin?. Kemarin anda pergi jalan-jalan di malam hari cukup lama" jelas Mei Lin.
"Jalan-jalan?"
"Aku tidak ingat itu" batin Yao Xulin.
Yao Xulin terhuyung dan hampir saja terjatuh jika saja Ting Yan tidak muncul disana.
Ting Yan memberi isyarat pada Mei Lin untuk pergi menyiapkan sesuatu sementara itu ia akan mengurus Yao Xulin sebagai gantinya.
"Tuan Tang Yi?"
"Aih. Nona Yao, lihat dirimu. Begitu kacau. Apa kau sakit?"
"Aku tidak tau"
"Bagaimana bisa kau tidak tau?"
Yao Xulin hanya menggelengkan kepalanya yang terasa berat tanda apa yang dilakukan Ting Yan pada Nona Ye juga sudah bekerja pada Yao Xulin. Untuk saat ini, Yao Xulin tidak boleh mengetahui kondisi Xi Ji Lan yang sebenarnya.
Ting Yan pun membaringkan Yao Xulin di tempat tidur.
"Sayang sekali, kau tidak bisa bersenang-senang semalam ya?" Batin Ting Yan yang sedikit prihatin pada Yao Xulin.
"Tuan, ini" ucap Mei Lin sambil menyerahkan sesuatu pada Ting Yan.
"Maafkan aku Nona Yao, tapi kau harus benar-benar kehilangan ingatanmu tentang kemarin malam"
"Tolong jaga jarakmu dengan Xi Ji Lan untuk sementara waktu" gumam Ting Yan. Dan kejadian kemarin pun telah menghilang dari ingatan Yao Xulin.