Ting Yan dengan sengaja memancing sikap Xi Ji Lan. Ia yakin jika Yao Xulin bisa menyembuhkan Xi Ji Lan dan menggantikan posisi Ling Yuan di hatinya karena itu ia telah membuat rencana untuk melihat bagaimana reaksi gunung es itu jika sosok Yao Xulin ia rebut sebentar. Seperti di masa lalu saat Xi Ji Lan menyukai Ling Yuan diam-diam, Ting Yan pun melakukan aksinya untuk melihat sahabatnya itu.
"Baiklah sahabatku. Kita lihat, seberapa berani kau akan maju sekarang untuk menarik kembali istrimu"
Ting Yan juga yakin jika Xi Ji Lan saat ini telah menyukai Yao Xulin, hanya saja ia masih menutup diri karena masih tenggelam akan masa lalu yang menyedihkan.
Sesuatu yang hilang tidak selalu dapat kembali. Kau hanya harus menerima kehilangan dan memulai sengan sesuatu yang baru.
Itulah hal yang ingin Ting Yan lihat dari sahabatnya yang pemalu dan naif, meski sifat itu sudah terkubur karena Xi Ji Lan sudah menjadi pribadi yang dingin tanpa emosi. Tapi jika hal itu menyangkut Yao Xulin, ia akan dapat sedikit kembali ke dirinya yang dulu, jadi Ting Yan akan mengembalikan sahabatnya seperti dulu lagi.
Ia sendiri cukup merindukan masa-masa bersaing dengan Xi Ji Lan. Mereka bahkan sering bertengkar dan beradu pedang hanya karena hal sepele, namun kenangan seperti itu justru membuat Ting Yan rindu, meski semua hal sudah berubah dan tidak akan bisa sama seperti dulu lagi. Setidaknya ia ingin membalaskan rasa terimakasih pada Xi Ji Lan yang telah menerimanya dalam keluarganya.
Di saat orang tuanya membuangnya, Ting Yan cukup beruntung di adopsi oleh permaisuri Jian, ibu dari Xi Ji Lan yang sangat baik padanya dan menganggapnya seperti anak sendiri, juga Xi Ji Lan yang selalu menganggapnya sebagai saudara kandungnya sendiri.
Saat melihat reaksi Xi Ji Lan yang hanya diam,Ting Yan memulai aksinya lagi. Ia ingin Xi Ji Lan berani melangkah maju untuk mengalahkan rasa takutnya yang nyatanya masih tersisa. Seperti di masa lalu saat ia melakukan hal yang sama. Saat kebakaran yang terjadi di pavilium Yue, Xi Ji Lan kembali hanya mampu melihat kobaran api dan membiarkan Ling Yuan menjadi abu karena ia terlalu takut mengambil langkah, alhasil saat itu Ting Yan lah yang menerobos masuk kedalam namun sayang Ling Yuan sudah tidak dapat diselamatkan lagi.
Ting Yan Ia mendekati wajah Yao Xulin seolah ingin menciumnya, padahal ia hanya ingin mengambil kelopak bunga prem yang jatuh di rambutnya. Sedangkan Xi Ji Lan diluar hanya mampu mengambil satu langkah, wajahnya terlihat ragu, cemas, dan marah.
Melihat reaksi Xi Ji Lan yang menunjukan sedikit emosinya, Ting Yan pun menjadi puas, "Ini hanya baru pemanasan, kawan" batin Ting Yan dengan senyum usilnya yang sedikit menyeramkan.
Meski Xi Ji Lan bersikap dingin pada Yao Xulin, namun diam-diam ia telah sedikit menaruh perhatian padanya sehingga Xi Ji Lan menjadi sangat marah dan merasa cemburu saat melihat Yao Xulin akrab dengan laki-laki selain dirinya, terutama dengan Ting Yan yang rasanya selalu menjadi orang yang dapat merebut apapun darinya. Ting Yan adalah saingannya sejak dulu.
"A-apa lagi kali ini?!" Batin Yao Xulin yang justru membeku di tempat saat Ting Yan begitu dekat dengan wajahnya, ia bahkan bisa merasakan nafasnya.
Setelah melihat Xi Ji Lan yang hanya diam mengepalkan tangannya, Ting Yan pun menjadi sedikit kecewa dan ia menyudahi rencananya untuk hari ini.
"Baiklah, sudah cukup untuk pemanasan. Selanjutnya sebaiknya kau mengambil langkah, kawan jika tidak orang didepanku ini mungkin bisa menghilang lagi dari hidupmu" batin Ting Yan.
Ting Yan tersenyum dan menunjukan kelopak bunga plum pada Yao Xulin agar tidak salah paham meski ia juga sedikit menggoda Yao Xulin.
"Lihat. Ada ini di rambutmu" ucap Ting Yan dengan santainya.
"I-itu-"
"Baiklah Nona Yao. Terimakasih untuk ini, aku pasti akan habiskan. Sampai jumpa lagi" potong Ting Yan sambil membawa kotak kue bulan miliknya dan melenggang pergi dari sana. Tak lupa ia menyapa Xi Ji Lan yang berada di luar dan bersikap seolah tidak terjadi apapun dengan Yao Xulin. Sedangkan Xi Ji Lan pun ikut bersikap seolah ia tidak melihat kedekatan keduanya.
Setelah Ting Yan pergi, Xi Ji Lan pun ikut pergi. Awalnya ia ingin sekali menarik Yao Xulin kedalam pelukannya dan mengatakan jika Yao Xulin adalah miliknya!. Tapi, sayangnya Xi Ji Lan masih suka berdebat dengan masa lalunya dan ia pun menahan perasaannya lagi, terutama di dalam istana yang tidak boleh ia perlihatkan kedekatannya dengan Yao Xulin atau musuh akan membuat Yao Xulin ikut terlibat dalam bahaya karena memiliki hubungan dekat dengannya.
***
Malam kembali menyapa, Yao Xulin kini sudah dapat menggunakan pavilium Yue yang direnovasi untuknya.
Ditempat lain, Xi Ji Lan masih berada di ruang kerja kaisar dengan Ting Yan berada disana, lengkap dengan penyamarannya sebagai tuan muda Tang Yi.
Ia sibuk memakan kue bulan sehingga Xi Ji Lan merasa sedikit kesal melihatnya terus berada disana seolah menjadi bahan bakar untuk membuat Xi Ji Lan terbakar.
"Apa yang kau lakukan disini?!"
"Aku?, sedang makan kue ini" jawab Ting Yan dengan santainya.
"Kau fikir aku tidak memiliki mata?, keluar!" Ucap Xi Ji Lan yang maksudnya adalah ia mengatakan pada Ting Yan jika ia juga tau apa yang sedang dilakukan Ting Yan saat ini. Makan seperti seekor tupai yang rakus.
"Heeh. Kenapa kau sangat marah?, kau mau kue ini juga?. Kau tau, Nona Yao memberikan satu kotak ini hanya untukku" jelas Ting Yan yang masih membuat udara semakin panas.
Xi Ji Lan berusaha untuk tidak terpancing dan justru mengalihkan pembicaraan.
"Wajah siapa lagi yang kau pakai kali ini?. Kembali dan jalankan tugasmu!" Ucap Xi Ji Lan. Ia sendiri juga tau jika Ting Yan pandai membuat penyamaran.
"Itu dia!. Buatkan dokumen resmi untuk wajah baru tuan muda ini!. Akan lebih mudah bagiku menjaga Nona Yao dengan penampilan ini" ucap Ting Yan.
"Jangan berdebat denganku. Kembali-"
"Hei ayolah. Ini juga baik dengan penampilan seperti ini kan?, daripada harus menjadi penjaga bayangan yang mungkin akan membuat nona Yao justru curiga karena ada yang diam-diam menyuruhku untuk mengawasinya"
Xi Ji Lan pun dibuat berfikir oleh Ting Yan yang memiliki begitu banyak akal. Setelah dipertimbangkan lagi, Xi Ji Lan berfikir jika itu ada benarnya. Akan jauh lebih aman jika ada yang menjaga Yao Xulin dari dekat.
"Baik. Tapi ingat untuk selalu sadar diri" ucap Xi Ji Lan yang sedikit menahan kesal karena aslinya ia tidak ingin juga melihat Yao Xulin dekat dengan siapapun.
"Tentu saja. Aku tidak akan lupa dengan wajah tuan muda Tang Yi yang sesungguhnya" gumam Ting Yan. Ia lalu hanya tersenyum puas saat rencananya berjalan dengan mulus lagi. Ia pun jadi dapat membuat rencana lain untuk memicu emosi Xi Ji Lan yang beku itu.
Karena sudah larut, Xi Ji Lan memutuskan untuk menyudahi pekerjaannya hari ini dan kembali ke kamar untuk istirahat.
***
"Nona Yao, Yang Mulia sudah kembali ke kamar" ucap Mei Lin yang diminta memberikan laporan pada Yao Xulin jika Xi Ji Lan telah selesai dengan pekerjaannya. Ia berniat untuk memberikan kue bulan itu padanya.
Detak jantung Yao Xulin meningkat saat mendengar itu, namun ia tetap akan memberikan kue bulan untuk Xi Ji Lan.
Pavilium Yun Xi - Kamar Kaisar.
Begitu sampai di depan pintu, Yao Xulin menjadi gugup. Namun ia tetap memberanikam diri melangkah dan masuk.
"Yang Mulia, apakah anda sudah tidur?, ini aku, selir Yao Xulin" ucap Yao Xulin sebelum ia melangkah masuk lebih dalam. Tentu saja ia harus mendapatkan izin dari Xi Ji Lan terlebih dahulu untuk masuk.
"Masuklah" jawab Xi Ji Lan.
Begitu memasuki kamar, Yao Xulin disambut dengan penampilan Xi Ji Lan yang menampilkan pakaiannya yang sedikit terbuka dengan memperlihatkan sedikit dada dan perutnya yang berotot karena ia baru saja ingin mandi.
Meski begitu, hanya Yao Xulin yang terkejut dan terlihat malu sehingga ia memalingkan langsung wajahnya.
"Ada apa?" Tanya Xi Ji Lan.
"A-anu. Maaf mengganggumu malam-malam, Yang Mulia. Aku ... aku hanya ingin memberikan ini untuk anda" ucap Yao Xulin dengan terbata-bata sambil memperlihatkan kotak kue yang berisi kue bulan.
Xi Ji Lan mengambil kotak itu, "apa ini?"
"I-itu. Itu kue bulan rasa buah persik, Yang Mulia" ucap Yao Xulin dengan hati-hati. Ia sedikit melirik untuk melihat reaksi Xi Ji Lan yang tidak semenyeramkan seperti sebelumnya.
Xi Ji Lan terdiam cukup lama memandang kotak kue itu. Ia jelas sangat ingat jika kotak itu sama dengan yang dibawa oleh Ting Yan tadi. Ia berfikir jika Yao Xulin hanya membuatkannya untum Ting Yan, namun ternyata ia juga dibuatkan.
Yao Xulin masih menunggu respon Xi Ji Lan cukup lama sehingga ia menjadi risih dan mulai berfikir negatif jika Xi Ji Lan tidak ingin menerima kue-kue itu.
"Yang Mulia, jika anda tidak ingin kue itu, saya bisa membawanya lagi-"
Bruk!.
Begitu Yao Xulin menyelesaikan kalimatnya, Xi Ji Lan langsung menarik Yao Xulin dan membuat Yao Xulin terjatuh di kasur. Wajahnya terlihat marah. Sorot matanya tajam dan dingin. Ia sangat kesal dengan apa yang terjadi sebelumnya saat mengingat Ting Yan yang sangat dekat dengan Yao Xulin. Meski ia sadar jika hal itu adalah keisengan Ting Yan, namun ia tidak dapat menahan rasa kesal yang nyata saat ini. Ia ingin meluapkannya sekarang juga.
"Ya-Yang Mulia?"
Yao Xulin bingung dan terkejut, ia tidak tau apa yang ingin dilakukan Xi Ji Lan. Kenapa wajahnya begitu terlihat marah?, apakah ia seharusnya memang tidak membuat kue bulan untuk Xi Ji Lan?.
Seketika Yao Xulin menutup wajahnya saat Xi Ji Lan membuka jubahnya dan lapisan pakaiannya, sampai pada lapisan pakaian putih dalamnya.
"Ke-kenapa dia membuka pakaiannya?, apa yang terjadi?!" Batin Yao Xulin.
Srak!
Xi Ji Lan menarik kedua tangan Yao Xulin yang menutupi wajahnya, lalu mencengkram erat keduanya sehingga Yao Xulin tidak dapat menggerakan kedua tangannya lagi.
"Sebaiknya, mulai sekarang kau harus menyadari posisimu sebagai istriku!. Ingat itu ..." ucap Xi Ji Lan dengan dingin.
"Yang Mulia-"
Hmph!.
Tidak dibiarkan bicara. Yao Xulin langsung dibungkam oleh bibir Xi Ji Lan. Ia juga dapat melihat kilatan mata Xi Ji Lan yang seperti tidak akan membiarkan siapapun menyentuh miliknya.
Ia bertanya-tanya, kenapa Xi Ji Lan bertindak seperti ini sekarang?. Kenapa dia berkata seperti itu?, padahal dia sendiri yang selalu bersikap dingin dan mengabaikannya.
Lalu Yao Xulin pun sadar kejadian beberapa jam lalu. Saat ia bersama dengan Tang Yi dan kebetulan ia melihat Xi Ji Lan lewat. Walaupun ia mengabaikan mereka dan bersikap dingin seperti biasa, namun siapa sangka jika hatinya tengah terbakar saat melihat keduanya yang begitu dekat?.
"Ah ... apakah dia cemburu?" batin Yao Xulin. Ia pun menjadi sedikit senang dan merasa lucu dengan sikap Xi Ji Lan lalu membiarkan ciuman itu berlangsung.
Di saat yang bersamaan, Nona Ye yang berniat pergi mengantarkan teh hangat untuk Xi Ji Lan melihat Yao Xulin memasuki kamar dan ia pun hanya bisa mengurungkan niatnya dan bertanya-tanya.