Chereads / Legenda Kutukan Rui [INDO) / Chapter 26 - Hukuman Cambuk & Pelukan Hangat

Chapter 26 - Hukuman Cambuk & Pelukan Hangat

Saat mendengar teriakan putri Xi Mian, tak hanya prajurit yang berkumpul, namun Xi Ji Lan sendiri ikut melihat karena ia kenal dengan suara yang berteriak itu. Dia tidak ingin melihat Xi Mian dalam bahaya lagi dan menambah traumanya di malam yang dingin ini.

Disisi yang sama. Yao Xulin dan Ting Yan tentu saja jelas mendengar teriakan tentang penyusup itu, sehingga secara tak langsung Ting Yan langsung menarik Yao Xulin ke belakangnya dan menarik pedangnya. Namun bukannya penyusup yang menyerang, melainkan para prajurit yang sudah menyergap mereka berdua dengan pedang yang terhunus.

"Apa-apaan ini?" Gumam Ting Yan yang terkejut saat melihat para prajurit mengepung dirinya dan Yao Xulin yang malang karena bahkan para prajurit tidak ada yang mengenalnya sebagai selir kaisar yang harusnya disambut hormat.

Sedangkan Ting Yan, ia tidak terlalu heran jika para prajurit tidak mengenalnya karena saat ini ia tengah mengganti identitasnya dan hanya beberapa orang dalam istana yang mengetahuinya.

"A-Mian, apa kau baik-baik saja?" Tanya Xi Ji Lan yang sudah dapat melihat putri Xi Mian yang tengah bersembunyi lengkap dengan akting ketakutannya.

Saat mendapati Xi Ji Lan tiba. Putri Xi Mian langsung memeluk kakaknya dan berteriak, "kakak. Aku takut. Ada penyusup!" Dengan suara bergetar sambil telunjuknya menunjuk prajurit yang masih mengelilingi Yao Xulin dan Ting Yan.

Xi Ji Lan melihat lebih jelas dan mendapati dua orang yang begitu ia kenal berpakaian dan berpenampilan sangat biasa.

"Kalian. Apa yang kalian lakukan?!" Ucap Xi Ji Lan. Suaranya begitu dingin dan dalam. Ekspresinya jelas datar namun tidak dengan sorot matanya yang menggambarkan emosi lain yang tengah ia redam.

Yao Xulin mengira Xi Ji Lan akan salah paham dan tidak mengetahui jika yang dikepung itu adalah istrinya, jadi ia mulai memanggilnya, "Yang Mulia" dengan suara yang lembut. Diikuti oleh Ting Yan yang memberi salam hormat. Bagaimanapun ia harus menghargai gelar kaisar pada sahabatnya.

"Yang Mulia, saya memberi hormat" ucap Ting Yan. Tak lupa ia memberikan sedikit isyarat agar para prajurit dibubarkan.

"Bubar. Tidak ada penyusup" ucap Xi Ji Lan.

Kini hanya ada Xi Ji Lan, Ting Yan, Yao Xulin, dan putri Xi Mian yang akan memulai aksinya kembali. Meski tidak ada orang lain lagi menjadi saksi, namun ia tidak akan membiarkan masalah selesai dengan cara kekeluargaan.

"Aih. Apa itu kakak ipar?. Iti Yang Mulia selir Yao?" Lontar putri Xi Mian pura-pura tidak mengenalnya dengan sengaja.

"Ya, putri Xi Mian. Ini aku" jawab Yao Xulin dengan polosnya karena ia tidak tau rencana putri Xi Mian dan benar-benar berfikir jika putri Xi Mian mengira mereka adalah penyusup.

"Oh ya ampun. Kakak ipar, maafkan aku. Aku tidak tau itu kamu" ucap putri Xi Mian dengan polos.

"Kukira kamu adalah penyusup karena kalian dari luar dan berpakaian seperti itu. Ditambah..." putri Xi Mian melirk Ting Yan dan melanjutkan kata-katanya, "bersama dengan pria asing di larut malam seperti ini"

"Aku benar-benar salah paham" lanjut putri Xi Mian. Di dalam hati ia sudah mengumpat, "dasar wanita jalang tidak tau malu!. Berani sekali keluar bersama pria lain disaat ia sudah menikah dengan kakak!"

"Kakak. Maaf sudah membuatmu khawatir. Aku benar-benar tidak tau. Tapi ... apakah kakak ipar keluar karena ada keperluan?, bukankah seharusnya dia di dalam paviliumnya yang hangat?. Malam ini sangat dingin?, bagaimana jika orang-orang istana melihatnya?. Pasti kakak ipar akan disalahkan karena telah melanggar aturan istana. Ditambah dia adalah selir kaisar. Nama baikmu bisa kehilangan bentuknya" celoteh putri Xi Mian dengan panjang lebar dengan sengaja memancing kata-kata agar masalah terus diperpanjang.

"Dasar anak nakal. Pintar sekali bicaranya" batin Ting Yan yang sudah cukup tau sifat putri Xi Mian.

Sedangkan Yao Xulin hanya tengah terkejut saat ia mendengar tentang peraturan istana yang mungkin sudah ia langgar sehingga ia cukup ketakutan sekarang. Entah hukuman apa yang akan menantinya jika ia melanggar aturan istana yang sama sekali tidak ia ketahui.

Xi Ji Lan menyerengit. Ia nampak berfikir keras. Wajahnya seperti membeku, namun itu segera meleleh saat ia menyadari beberapa kata-kata Xi Mian tentang Yao Xulin dan Ting Yan yang saat ini tidak memakai identitas penjaga bayangannya.

"Yang Mulia putri Xi Mian. Maaf lupa memperkenalkan diri, saya Tang Yi., teman lama Yang Mulia Xi" ucap Ting Yan yang buru-buru memperkenalkan identitas palsunya pada putri Xi Mian agar masalah sepele ini segera berakhir.

"Teman lama?" Gumam putri Xi Mian. Ia tidak ingat jika kakaknya memiliki banyak teman selain seseorang bernama Ting Yan.

Putri Xi Mian sedikit salah perhitungan, namun ia masih dapat memutar kepalanya. Lagipula ia juga sedikit tertarik dengan Ting Yan yang tampan sehingga ia tidak akan membuatnya dalam masalah dan hanya akan menyeret Yao Xulin sendiri.

"Ah, maaf tidak sopan. Aku Xi Mian. Salam kenal tuan Tang Yi" ucap putri Xi Mian dengan anggun dan sopan layaknya tengah memberi salam pada kekasihnya.

"Anak ini. Sikapnya masih saja. Baik, akan aku ikuti permainanmu" batin Ting Yan yang akan sedikit ikut naik panggung drama yang diciptakan putri Xi Mian.

"Kakak. Udara semakin dingin. Biarkan aku membawa tuan Tang Yi untuk minum teh hangat dan berbicara dengannya. Dan ..." putri Xi Mian melirik Yao Xulin.

"Kakak ipar sebaiknya segera diberitau tentang aturan istana, Kak" lanjut putri Xi Mian.

"Selamat menerima hukuman dari kakak, dasar wanita jalang!" Rutuk putri Xi Mian dalam hati. Ia lalu mengambil lengan Ting Yan untuk maksud ikut bersamanya.

"Tuan Tang Yi, mari-"

"Maaf. Nampaknya saya juga harus kena hukum jika ini menyangkut aturan istana" potong Ting Yan sembari melepaskan dirinya dari putri Xi Mian. Entah kenapa rasanya ia benar-benar seperti akan berperan menjadi sosok kakak untuk Yao Xulin yang akan melindunginya bahkan jika itu dari suaminya sendiri. Ia tidak akan membiarkan Xi Ji Lan membuat Yao Xulin dalam masalah.

"Yang Mulia. Saya yang mengajak selir Yao pergi keluar untuk menikmati festival karena nampaknya ia telah murung sepanjang hari seperti burung dalam kandang" ceplos Ting Yan dengan sengaja. Ia juga sejak awal sudah ingin berniat menyindir sedikit Xi Ji Lan untuk melihat sebesar apa kepeduliannya terhadap Yao Xulin dan sekecil apa dia telah mulai melupakan Ling Yuan dalam hidupnya.

Urat-urat di pelipis Xi Ji Lan nampak membentuk garis tunjolannya. Rupanya amarahnya sudah mencapai batas dan ia meledak setelah mendengar kata-kata Ting Yan yang seolah mengatakan jika dirinya telah membuat Yao Xulin seperti seekor burung yang sedih yang menderita karena tidak dapat keluar.

"Mau itu selir atau permaisuri. Teman dekat atau sahabat sesumpah. Aturan tetaplah aturan!" Ucap Xi Ji Lan dengan sangat menekan meski nadanya masih datar, namun bagi siapa saja yang melihat sorot matanya mereka akan seperti tertimpa sebuah lempengan batu besar yang terus menekan mereka sampai tipis.

Tapi Ting Yan berbeda. Ia sudah hidup cukup lama dengan Xi Ji Lan dan hidup diluar juga cukup lama untuk mencari identitas dirinya yang sebenarnya. Jadi ia tidak takut dan tertekan sama sekali. Ia sudah terbiasa menjadi bebas, bahkan ketika ia dibesarkan di istana. Ting Yan menjadi sosok yang membuat Xi Ji Lan kagum diam-diam. Maka dari itu mereka kadang kurang akur satu sama lain.

Yang satu adalah merak yang selalu dijaga keindahannya dan tidak bisa terbang, sedangkan yang satunya lagi adalah elang yang terbang bebas untuk mencari mangsa.

Xi Ji Lan menyorot Ting Yan yang teraenyum tipis dengan tajam. Beberapa kali ia dapat menerima permainan dari Ting Yan, namun untuk beberapa hal Xi Ji Lan benar-benar tidak dapat menerimanya dan harus mengakhiri permainan dengan paksa.

"Kau pergilah ke aula istana pertama dan ambil hukuman cambuk seribu kali!" Tegas Xi Ji Lan pada Ting Yan.

Yao Xulin dan Xi Mian terkejut mendengarnya. Namun hanya putri Xi Mian yang dengan aktif langsung mengambil kata-kata, sedangkan Yao Xulin masih sedikit merenungkan masalahnya sendiri dan berfikir apalkaj dirinya juga akan mendapatkan seribu cambukan?.

"Kakak. Redakan amarahmu. Tuan Tang Yi tidak salah. Aku yakin dia tidak sengaja-"

"Diam!" Bentak Xi Ji Lan.

Putri Xi Mian pun hanya bisa terdiam dan menunduk. Ia benar-benar tidak berani menganggu kakaknya jika sedang dilahap emosi.

"Prajurit!. Bawa orang ini untuk hukuman cambuk seribu kali!" Teriak Xi Ji Lan.

"Sangat baik. Kuharap kau tidak memberikan hukuman yang sama untuk nona Yao. Jika tidak, kau sama sekali tidak memiliki perasaan!" Tekan Ting Yan yang masih dapat berbisik sedikit pada Xi Ji Lan.

"Kakak, tuan Tang Yi bisa mati. Kamu tidak boleh mencambuknya seribu kali. Itu seperti hukuman untuk kriminal" ucap putri Xi Mian yang nampaknya masih ingin membela Ting Yan dengan berani.

"Seorang pria lain membawa istriku keluar tanpa izinku dan bersenang-senang bersama, apakah itu bukan kriminal?!"

"Pergi ke kamar!" Tegas Xi Ji Lan dan putri Xi Mian pun tidak bisa apa-apa selain diam-diam mengawasi Kakaknya dan Yao Xulin yang masih belum menyelesaikan urusan mereka. Tentu saja itu karena putri Xi Mian belum puas jika belum melihat Yao xulin mendapatkan masalah.

Suasana hening cukup lama. Xi Ji Lan masih berada dalam pusaran emosinya, sedangkan Yao Xulin hanya diam dan tak berani bicara sedikitpun.

Di kehidupan lamanya Yao Xulin tidak pernah bertemu dengan Xi Ji Lan karena ia tinggal di manor sehingga ia tidak pernah melihat bagaimana saja bentuk emosi Xi Ji Lan. Namun kali ini berbeda. Ia sudh cukup banyak melihat banyak ekspresi Xi Ji Lan, meski sebagian besarnya hanya ada dataran es yang rata dan dingin.

"Selir Yao" panggil Xi Ji Lan. Suaranya masih dalam dan dingin seolah menenggelamkan. Namun nadanya tidak menekan sama sekali, melainkan dirinyanya yang tengab menekan emosinya sendiri.

"Yang Mulia, maafkan aku. Aku benar-benar tidak tau dengan aturan istana. Aku-"

Srak!

Bruk!

"Yang Mulia!-"

Setelah difikir Xi Ji Lan akan menghukumnya dengan mempermalukannya. Yao Xulin nyatanya salah. Ia hanya bisa menghentikan kata-katanya begitu Xi Ji Lan melepaskan jubah mantel milik Ting Yan yang dipakai Yao Xulin sebelumnya dan  merasakan kehangatan yang menyebar di tubuh dinginnya setelahnya.

Siapa yang akan menyangka jika Xi Ji Lan justru memeluk Yao Xulin setelah ia membuka mantel jubah itu dengan kasar karena kesal.

"Itu sudah basah dan dingin. Kamu tidak memerlukannya lagi" bisik Xi Ji Lan yang hanya membuat alasan untuk menutupi emosinya.

Sedangkan Yao Xulin hanya dapat terkejut dengan sikap Xi Ji Lan yang sepertinya cukup posesif. Ia merasa jika Xi Ji Lan sengaja membuang mantel jubah itu, namun sebagai gantinya ia memeluk Yao Xulin agar hangat.