Sebelum menjadi milik Xi Ji Lan. Pavilium Yue awalnya milik Xi Guang namun pavilium itu diberikan kepada Xi Ji Lan setelah pavilium Yu miliknya terbakar. Terlebih pemilik pavilium Yue yakni Xi Guang sendiri juga sudah meninggal saat insiden kebakaran itu lima tahun lalu.
Xi Guang adalah sosok pangeran yang berbeda dari dua pangeran tertua lainnya. Ia sosok yang sangat ramah dan hangat, bahkan ketika ibunya permaisuri pertama sangat bermusuhan dengan selir favorit kaisar yakni selir Jian, ia masih dapat menjalin hubungan baik dengannya dan sangat perhatian kepada Xi Ji Lan anaknya yang merupakan pangeran keempat. Xi Ji Lan merupakan pangeran pertama termuda dari dua pangeran muda lainnya yang berada dibawahnya.
Disaat Xi Guang masih hidup ia sering mengajak Xi Ji Lan untuk bermain di pavilium Yue nya bersama dengan Xi Mian kecil yang selalu dengan keras kepala mengganggu Xi Guang. Padahal saat itu kesibukan Xi Guang sudah sangat padat karena ia harus membantu kakek kaisar sebagai putra mahkota yang kelak akan menggantikannya duduk di tahta kerajaan Xi.
Mei Lin terkejut dengan kedatangan putri Xi Mian. Ia cepat-cepat menutup kembali papan lantai yang sudah terbuka sedikit lalu menghampiri putri Xi Mian, "Yang Mulia putri Xi Mian" sambutnya.
"Dimana 'kakak ipar?'. Aku harus meminta maaf padanya" ucap Xi Mian dengan sangan enggan menyebut gelar itu karena ia bahkan tidak setuju jika Yao Xulin menjadi istri kakaknya, meski gelarnya hanya selir. Tapi tetap saja Xi Mian takut jika suatu hari Yao Xulin melakukan sesuatu dan mengambil gelar permaisuri kaisar.
Sejak keluar dari aula kesadaran diri. Putri Xi Mian semakin tidak menyukai Yao Xulin. Ia membencinya dan telah berjanji pada dirinya sendiri jika ia pasti akan membuat Yao Xulin berpisah dari kakakknya. Bagaimanapun caranya, ia harus menyingkirkan Yao Xulin dari istana dan kehidupannya.
"Benar. Dia adalah hama dan aib bagi kerajaan. Bagaimana bisa seorang anak dari menteri yang korupsi masih dapat memiliki wajah untuk menikah dengan kakak Xi?. Harusnya ia bunuh diri karena malu!" Batin Putri Xi Mian.
"Nona Yao pergi ke dapur istana, Yang Mulia putri Xi Mian" jawab Mei Lin.
Putri Xi Mian mengerutkan dahinya. Ia heran dan penasaran, apa yang dilakukannya di dapur istana?. Jika ia lapar, bukankah ia dapat menyuruh pelayannya ini untuk pergi kesana?.
"Tidak!. Pasti dia membuat sesuatu untuk meracuni kakak lagi!" Batin Xi Mian. Dengan cepat-cepat ia langsung berjalan keluar untuk pergi ke dapur istana. Meski kakaknya memarahinya dan menghukumnya karena kejadian waktu itu, tapi putri Xi Mian tetap percaya jika Yao Xulin memiliki niat buruk untuk mencelakai kakaknya.
Dari sekian banyak pangeran dan orang di dalam istana, hanya Xi Guang dan Xi Ji Lan yang dapat putri Xi Mian anggap sebagai keluarganya setelah ibu dan ayahnya meninggal. Sejak satu persatu orang terdekatnya pergi, putri Xi Mian hanya peduli pada Xi Ji Lan. Ia tidak ingin terjadi hal buruk pada kakaknya, apalagi jika ia mengingat pesan Xi Guang.
"Kenapa kau memiliki begitu banyak musuh yang ingin membunuhmu, Kak?!" Batin putri Xi Mian.
Ia adalah orang lain setelah Xi Guang yang tau jika sejak kecil, Xi Ji Lan telah banyak diincar oleh para pembunuh sehingga ia telah banyak berkali-kali jatuh sakit karena racun yang berusaha membunuhnya.
Putri Xi Mian mengepalkan tangannya lalu meremas pakaiannya dengan gelisah. Kejadian saat Xi Ji Lan diracuni lagi beberapa hari lalu membuat putri Xi Mian menjadi begitu khawatir dan takut.
Bahkan kesedihan merambat perlahan saat memikirkan bagaimana menderitanya Xi Ji Lan yang terus menerus diracuni sampai ia telah kebal terhadap banyak racun mematikan. Tapi fakta jika racun-racun itu menyakitinya tidak dapat dipungkiri. Meski tidak mati, namun Xi Ji Lan masih dapat merasakan sakitnya dari racun yang memasuki tubuh dan darahnya.
Putri Xi Mian tidak tahan melihatnya seperti itu.
Jadi, meski Xi Ji Lan menghukumnya berkali-kali pun ia tidak akan membenci kakaknya yang terlalu baik. Ia tetap akan mengawasi hal-hal yang mencurigakan. Tidak pandang apakah itu istri kakaknya atau bukan.
"Dia hanya selir. Bahkan jika dia permaisuri sekalipun aku akan menyingkirkannya jika ia memiliki celah untuk mencelakai kakak Xi!"
***
Yao Xulin tengah menyusun kue bulan yang sudah jadi kedalam kotak dengan perasaan yang sedikit aneh.
Ia selalu mengerutkan dahinya saat memasukan beberapa kue bulan dengan motif tertentu. Rasanya ia seperti sedang mengulang pekerjaan yang seharusnya sudah selesai. Tapi Yao Xulin telah kehilangan ingatan sebelumnya, jadi ia tidak akan tau jika itu adalah kali keduanya membuat kue bulan untuk Xi Ji Lan.
"Sudah selesai" gumam Yao Xulin. Ia memandang susunan kue bulan beberapa kali dengan perasaan aneh.
"Apa ada yang kurang ya?" Ucapnya. Ia terus melihat kue bulan dan baru ingat jika ia ingin menambahkan bubuk gula agar kue bulan memiliki penampilan yang menarik dan rasa yang lebih enak karena ia masih ingat jika Xi Ji Lan suka rasa manis dan asam. Jadi seharusnya rasanya sekarang lebih baik.
Kebetulan putri Xi Mian tiba saat Yao Xulin hendak menaburkan bubuk gula yang berwarna putih salju itu.
Plak!
"Ah!"
Yao Xulin terkejut saat bubuk gulanya jatuh setelah putri Xi Mian menepis tangannya dengan kasar.
"Bagus sekali. Aku tau kau pasti akan menabur racun lagi!"
Yao Xulin tidak mengerti dengan ucapa putri Xi Mian yang seolah menuduhnya lagi. Ia hanya mengulang perkataan putri Xi Mian, "Ra-racun?" Batin Yao Xulin.
"Apa dia mengira bubuk gula tadi adalah racun?" Batin Yao Xulin.
"Putri Xi Mian, sepertinya anda salah paham. Aku-"
Putri Xi Mian tidak memberikan celah untuk Yao Xulin berbicara dan berkata "Tidak perlu membuat alasan!. Sudah jelas jika kau ingin menabur racun di atas kue ini-" dengan wajah kesal. Ia bahkan tambah yakin jika Yao Xulin ingin membuat kondisi kakaknya semakin buruk saat ia melihat makanan di dalam kotak adalah kue bulan yang dibenci Xi Ji Lan.
Tanpa takut, putri Xi Mian langsung mengambil kotak berisi kue bulan itu dan membuangnya ke lantai.
"Apa yang kau lakukan?!" Ucap Yao Xulin yang sangat terkejut. Perasaannya terasa hancur seperti ia kehilangan harapan.
Yao Xulin marah. Seharusnya kue-kue itu dapat diberikan pada Xi Ji Lan, tapi mereka telah hancur dan kotor lagi. Padahal ia sudah berharap Xi Ji Lan akan menyukainya. Lebih besar harapannya jika Xi Ji Lan memakannya. Tapi semua itu sudah tidak ada lagi.
Daripada meneteskan air mata, Yao Xulin justru dilahap emosi dan menatap tajam putri Xi Mian yang bertindak egois.
Putri Xi Mian melihat tatapan tajam Yao Xulin padanya. Tentu saja ia jadi kesal karena ditatap seperti itu seolah dirinya adalah seorang kriminal.
"Padahal dia yang jelas lahir dari keluarga seorang kriminal!" Batin Xi Mian saat mengingat ayah Yao Xulin yang korupsi.
"Kau bahkan tidak pantas melihatku!" Tukas putri Xi Mian. Ia terbawa emosi juga dengan perasaan dirinya yang ingin sekali mencongkel kedua mata Yao Xulin sehingga tanpa sadar ia mengeluarkan belatinya.
Belati perak itu hampir saja melukai Yao Xulin jika saja seseorang tidak menahan tangannya.
"Bukankah aku menyuruhmu pergi untuk meminta maaf, bukan membuat masalah?. Aku juga memberikan belati ini dengan tujuan untuk dirimu dapat melindungi dirimu sendiri, bukan untuk menyerang seseorang yang bahkan tidak menyakitimu!" Bentak Xi Ji Lan yang sudah berada disana karena ia sebelumnya melupakan sesuatu untuk dikatakan pada Yao Xulin.
"Tapi dia menyakitimu, kak!. Dia berniat memberikan makanan beracun padamu lagi!"
Plak!
"Berhenti bersikap bodoh!" Bentak Xi Ji Lan.
Suasana menjadi hening seketika saat Xi Ji Lan menampar putri Xi Mian dan membentaknya karena menurutnya sikap putri Xi Mian sudah cukup keterlaluan.
Putri Xi Mian hanya terdiam. Ia terkejut. Ini adalah pertamakalinya Xi Ji Lan menamparnya. Namun karena itu adalah Xi Ji Lan, ia hanya perlahan meneteskan air mata lalu pergi.
Xi Ji Lan pun jadi termenung sesaat. Emosinya lepas dan ia baru saja sadar sudah menampar adiknya yang seharusnya ia lindungi.
Tangan Xi Ji Lan sedikit bergetar. Ia telah bertindak sedikit bodoh juga. Lagipula ia seharusnya juga tidak terlalu menunjukan kepeduliannya pada Yao Xulin sehingga kali ini Xi Ji Lan mengambil sikap dingin lagi. Ia hanya sebentar melihat Yao Xulin dengan dingin sebelum akhirnya pergi dari sana.
"Kamu bisa berhenti membuat sesuatu untukku. Emosi putri Xi Mian sedang tidak stabil, dan aku tidak akan memakan apapun yang kau buat" ucap Xi Ji Lan sembari melewati Yao Xulin. Ia pun pergi untuk menyusul Xi Mian. Bagaimanapun ia tidak bisa membuat Xi Mian yang tidak merasakan kasih sayang seorang ibu harus tersakiti olehnya yang dianggap satu-satunya keluarganya.
Xi Ji Lan langsung masuk saat sampai di pavilium Xi Mian. Ia melihat Xi Mian tengah terisak di pojok ranjang tidurnya.
Xi Ji Lan tidak mengatakan apapun. Ia lebih banyak mengambil tindakan dengan memeluk putri Xi Mian.
"Maaf. Apa kamu terluka?"
Bukannya menjawab, putri Xi Mian justru berbicara lagi tentang bagaimana ia khawatir dengan kakaknya.
"Kak. Kamu harus hati-hati. Sebanyak apapun kamu menamparku, aku lebih sakit ketika kamu menderita terkena racun" ucap putri Xi Mian yang masih terisak saat bicara.
Xi Ji Lan dapat merasakan kecemasan Xi Mian yang sangat mirip dengan Xi Guang yang selalu mencemaskannya ketika ia terkena racun. Karena hal itu pula Xi Guang menambah kesibukannya dengan menyelidiki hal yang mengancam keselamatan Xi Ji Lan saat itu.
Tentu saja Xi Guang merasa aneh.
Seharusnya dirinya, seseorang yang memiliki posisi putra mahkota lah yang selalu memiliki musuh dan menjadi incaran, namun mereka semua saat itu justru mengincar Xi Ji Lan yang bahkan belum bersaing untuk menjadi putra mahkota karena dia adalah pengeran termuda saat itu.
"A-Mian, dengar. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku. Aku bisa menjaga diriku. Lebih baik kamu memperhatikan dirimu sendiri dan jangan membuat kakak lebih khawatir denganmu. Kamu tau aku tidak bisa lagi selalu menjagamu kan?"
Putri Xi Mian hanya tertunduk. Ia selalu mengerti jika kakaknya saat ini sudah sibuk dengan urusan negara. Xi Ji Lan sudah seperti Xi Guang dulu. Karena hal inilah putri Xi Mian merasa kesepian dan khawatir dengan Xi Ji Lan yang bisa saja berakhir sama seperti Xi Guang. Ia tidak ingin kehilangan lagi.
"Maaf membuat kakak khawatir" ucap putri Xi Mian yang mendadak seperti kucing jinak.
Xi Ji Lan hanya menghela nafas. Meski ia terlihat memilih Xi Mian adiknya, namun ia tetap memikirkan Yao Xulin. Mereka berdua adalah hal berharga setelah Yao Xulin perlahan mulai menempati tempat sempit dalam hati Xi Ji Lan dengan sukarela.
"Masih ada urusan, aku harus pergi" ucap Xi Ji Lan sambil mengelus pucuk kepala putri Xi Mian lalu pergi.
***
Pavilium Yue.
Sementara itu, Yao Xulin di kamarnya juga termenung.
Xi Ji Lan bersikap dingin lagi padanya. Bahkan ia tidak akan memakan apapun yang dibuatnya mulai saat ini. Dan seketika Yao Xulin merasa dirinya semakin tidak berguna keberadaannya.
Semangat Yao Xulin menjadi turun.
Sambil bersandar di pinggir jendela ia berkata, "Dia tidak akan pernah memakan kue bulan buatanku sekarang" sambil memandang langit yang sudah mulai terlihat ronanya seperti warna daun maple yang gugur.
"Nona Yao, kudengar kamu memiliki masalah dengan putri Xi Mian lagi?" Ucap seseorang yang datang ke pavilium Yue.
"Jangan sedih, dia masih suka manja dengan Yang Mulia" ucapnya lagi.
Begitu menoleh, Yao Xulin sudah melihat Ting Yan dengan penampilan tuan Tang Yi lengkap dengan ulasan senyumnya yang merekah seperti bunga. Seperti musim semi tengah mendatangi Yao Xulin yang tengah berada di dalam musim gugur.
Ting Yan menyodorkan setusuk manisan buah tanghulu, "Ini" ucapnya.
"Terimakasih"
Ting Yan pun mengambil kursi dan duduk dengan santai. Mereka berdua sudah cukup akrab sehingga Yao Xulin bahkan tidak keberatan dengan kedatangan Ting Yan ke paviliumnya. Disaat semua orang dalam istana memberinya daun kering, Ting Yan menjadi orang yang memberikan bunga padanya.
"Kamu mau cerita masalahmu padaku?"
"Untuk apa?, kurasa kau sudah tau" ucap Yao Xulin. Sorot matanya berubah sedih lagi, namun ia tetap tersenyum.
Puk!
"Apa yang kau-"
"Jika Xi Mian punya Xi Ji Lan, maka kamu memiliki aku sebagai kakakmu. Bagaimanapun aku lebih tua darimu" ucap Ting Yan sembari menepuk-nepuk lembut kepala Yao Xulin.
"Ayo. Apa kau mau mengadu pada kakakmu ini?. Aku akan membalaskan dendam adikku pada gunung es itu!" Ucap Ting Yan.
Yao Xulin tersenyum lalu tertawa pelan. Ia benar-benar merasa beruntung dengan kehadiran Ting Yan saat ini. Ia pun hanya menerima kebaikan Ting Yan yang berusaha menghiburnya.
"Oh, baiklah kakak. Kamu harus membelikan aku kue bulan yang banyak sekarang agar aku tidak sedih, itu sudah cukup"
"Baiklah. Berapa?. Aku bisa membeli seluruh toko kue bulan di negeri ini jika kamu mau, hm?"
Yao Xulin tertawa lagi, "Hahaha" suaranya tawanya begitu ringan seolah ia sudah melupakan masalah yang membuatnya sedih tadi.
"Berhenti. Sudah cukup. Kau pasti sangat kaya. Apakah kau itu pedagang?"
"Ya. Aku pedagang yang sudah sangat lama menimbun harta kekayaanku selama berabad-abad. Jadi, kamu mau membeli apa?, aku bahkan bisa membeli kekaisaran ini jika mau"
Tawa Yao Xulin semakin kencang dan lepas. Tenti saja hal yang dikatakan Ting Yan itu tidak mungkin, jadi ia hanya bisa tertawa.
"Oh, ini adalah akhir musim gugur. Akan ada festival penyambutan musim dingin nanti malam. Kau mau pergi beli manisan jeruk?"
"Oh, kau benar ..." seketika wajah Yao Xulin murung lagi. Ia masih ingat statusnya sebagai selir kaisar dan berkata, "apakah aku bisa pergi?"
"Tentu saja. Kamu bukan tahanan. Ayo pergi dan beli banyak manisan"
"Dan makan hotpot!"
"Jangan lupakan Tangyuan" tambah Ting Yan dengan semangat.