Xi Ji Lan melihat keluar jendela ruang kerjanya dan mendapati salju telah turun.
Salju pertama yang memiliki kisah di setiap ingatan masing-masing orang. Tak terkecuali untuk Xi Ji Lan.
Salju yang begitu lembut dan dingin. Mudah mencair lalu menghilang. Sebuah benda yang cukup bagus untuk menggambarkan kehilangan dan waktu yang berlalu dengan sangat singkat.
"Yang Mulia, lihat. Saljunya sudah turun!"
Sebuah suara itu sama seperti salju. Begitu singkat. Lembut dan kemudian menjadi dingin. Suara itu perlahan memudar dan hanya dapat diingat oleh Xi Ji Lan.
Lima tahun sudah Xi Ji Lan tidak menikmati salju yang turun bersama dengan Ling Yuan.
Saat ini salju yang ia sukai hanya selalu membawa kenangan yang buruk. Dan satu-satunya hal baik adalah senyuman hangat Ling Yuan yang masih ia ingat dibawah salju yang dingin.
Ia masih dapat mengenang sedikit kebahagiaan itu ketika salju pertama turun. Ling Yuan dan dirinya di masa lalu pasti akan membuat banyak bentuk salju sampai lupa waktu sehingga tangan keduanya akan membeku. Tapi hal itu adalah hal yang menyenangkan meski mereka terkubur dalam es sekalipun.
Xi Ji Lan menatap kosong halaman yang dulu pernah menjadi tempat salju menumpuk dan menjadi tempat dirinya membuat banyak bentuk salju bersama dengan Ling Yuan. Tentu saja ada orang lain. Itu adalah putri Xi Mian dan putra mahkota Xi Guang. Mereka berempat selalu mengambil waktu untuk bermain salju bersama.
Tapi, saat ini semuanya sudah berubah. Xi Guang dan Ling Yuan tidak ada. Hanya ada dirinya dan adiknya Xi Mian yang mungkin tengah meringkuk ketakutan saat ini.
Xi Ji Lan pun seperti biasa. Ia akan pergi untuk melihat putri Xi Mian dan akan menemaninya sampai salju pertama yang turun berakhir.
Begitu Xi Ji Lan memasuki pavilium, ia hanya merasakan sepi dan dingin.
"Xi Mian" panggil Xi Ji Lan.
Bruk!
Putri Xi Mian langsung muncul dari balik pintu dan memeluk Xi Ji Lan dengan erat.
"Kakak!"
"Apa kamu menungguku dibalik pintu?" Tanya Xi Ji Lan dan putri Xi Mian hanya menganggukan kepalanya.
"Baiklah, ayo masuk. Disini dingin, kamu bisa sakit" ajak Xi Ji Lan.
Sama seperti tahun sebelumnya. Xi Ji Lan akan mengambil tempat duduk di pinggir tempat tidur dan terjaga, sedangkan putri Xi Mian akan dapat tidur dengan menggenggam tangan Xi Ji Lan.
"Tidurlah, sudah larut"
"Kakak, jangan pergi saat aku sudah tidur atau aku akan mimpi buruk"
"Aku tau. Aku akan disini sampai pagi" ucap Xi Ji Lan. Tentu saja ia menjadi orang pertama yang harus membuat adiknya tidur tanpa mimpi buruk yang selalu menghampirinya setiap memasuki musim dingin.
Putri Xi Mian mempercayai kata-kata Xi Ji Lan dan mulai menutup matanya dengan memeluk erat tangan Xi Ji Lan.
Musim gugur berakhir dan musim dingin tiba adalah hari dimana ada cukup banyak kekacauan yang terjadi di istana. Sejak kebakaran terjadi, istana seperti tengah diteror oleh sesuatu yang membuat banyak orang di istana merasakan ketakutan. Tak terkecuali dengan putri Xi Mian. Ia memiliki trauma saat melihat pelayan pribadinya dibunuh di depan matanya, bahkan anjing kesayangannya pun juga mati terbelah dua untuk melindunginya sebelum prajurit datang.
Hal mengerikan itu membekas cukup dalam di diri Xi Mian. Ia telah kehilangan kedua orang tuanya yakni, permaisuri pertama dan kaisar yang terbunuh saat ia ikut memimpin pasukan melawan kerajaan Shui yang baru berdiri namun memiliki pertahanan dan penyerangan yang ajaibnya sangat kuat. Karena itu sejak kecil putri Xi Mian hanya akrab dengan putra mahkota yang merupakan kakak kandungnya, sebelum ia akhirnya lebih akrab dengan Xi Ji Lan yang kerap datang ke pavilium putra mahkota.
Xi Ji Lan tentu sudah menyelidiki hal yang meneror istana saat itu.
Saat mengingat semua hal itu, emosi Xi Ji Lan selalu memuncak dan ingin meledak. Meski ia belum mendapatkan bukti yang cukup kuat, namun semua yang terjadi cukup membuat Xi Ji Lan yakin jika ini adalah rencana seseorang dari suku Rui yang memiliki kekuatan sangat kuat, tapi sayangnya ia nampaknya belum bisa menggunakan kekuatannya sepenuhnya, jadi ia tidak dapat menenggelamkan kapal dan hanya membuat kebocoran dimana-mana untuk membuat kepanikan seluruh awak yang menaikinya.
"Apa tujuan sebenarnya?" Batin Xi Ji Lan. Ia begitu penasaran dengan sangat dalam karena baginya ia harus melakukan balas dendam atas kematian dua orang yang berharga. Ia tidak boleh menyia-nyiakan darah Xi Guang dan Ling Yuan yang melindunginya.
"Kakak?" Panggil putri Xi Mian yang terbangun.
"Kakak, tanganmu bergetar. Apa kamu sedang memikirkan sesuatu yang membebanimu?" Ucap Xi Mian. Ia selalu tau jika Xi Ji Lan senang menekan emosinya dan membuat wajahnya terlihat baik-baik saja, tapi sebagai gantinya tanganya akan bergetar karena pergolakan dalam dirinya.
"Maaf, aku membangunkanmu. Aku tidak memiliki beban, hanya memikirkan beberapa hal negara yang belum ku selesaikan"
"Kalau begitu, apa kakak harus kembali ke ruang kerja malam ini?"
"Tidak. Aku akan tetap disini sampai pagi. Kamu lebih penting. Tidurlah, jangan memikirkanku"
Putri Xi Mian terdiam. Ia sebenarnya juga sudah cukup dewasa untuk terus bermanja dengan Xi Ji Lan. Ia tau seharusnya ia tidak membebani kakaknya lebih lagi dengan sikapnya, tapi ia tidak dapat menahannya. Ia tidak ingin pergi jauh-jauh dari Xi Ji Lan.
Setelah merenung beberapa saat. Putri Xi Mian pun kembali berbicara dengan sorot mata penuh tekad.
"Kakak. Malam ini, aku sudah baik-baik saja. Kamu bisa kembali. Lagipula aku sudah dewasa, kamu tidak perlu mengkhawatirkanku lagi"
Xi Ji Lan melihat sorot mata itu. Sorot nata yang tengah melawan rasa takutnya sendiri.
"Benarkah?" Tanya Xi Ji Lan. Ia ragu namun jika putri Xi Mian ingin memiliki tekad, maka ia akan dengan senang hati membantunya.
Putri Xi Mian mengangguk mantap. Tenti saja ia juga tidak bisa terus menempel dengan kakaknya. Ia harus lebih berani dan mandiri dengan melawan rasa takutnya sendiri, dan malam ini adalah waktu yang tepat untuk dirinya memulai.
"Baiklah. Kalau begitu aku akan kembali ke ruang kerja untuk menyelesaikan beberapa hal lagi"
"Um. Tapi ingatlah untuk istirahat, Kak"
Xi Ji Lan hanya tersenyum tipis sambil mengelus kepala Xi Mian dan menarik selimut untuknya, "aku akan ada di ruangan jika kamu membutuhkanku lagi. Sekarang tidurlah" ucap Xi Ji Lan sebelum ia pergi.
Rasa dingin dan sepi kembali merayapi Xi Mian begitu Xi Ji Lan pergi, tapi ia masih harus mencoba melawan ketakutannya.
Beberapa suara angin sudah cukup membuat putri Xi Mian yerjaga selama dua jam. Bayangan tentang orang-orang berpakaian hitam yang menyerang dulu masih jelas berputar. Ia masih ingat bagaimana darah berceceran dimana-mana. Ketakutan menyelimutinya, namun ia tidak dapat berteriak. Suaranya tertahan, dan hanya ada air mata yang mengalir deras.
"Kakak, aku akan menjadi kuat. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu lagi!" Gumam putri Xi Mian.
Srakk!
"Kyaa!"
Suara angin rupanya masih terus menguji ketakutan Xi Mian. Namun putri Xi Mian tidak menyerah dan terus memberanikan dirinya. Sampai dibatas dimana ia tidak bisa tidur dan memilih untuk melihat kakaknya sebentar.
Sebelum itu ia berjanji pada dirinya agsr tidur setelah melihat Xi Ji Lan, dan semuanya akan menjadi baik-baik saja.
"Aku akan membuatkan kakak teh hangat" gumam putri Xi Mian.
Begitu ia berjalan di lorong menuju pavilium ruang kerja kaisar. Putri Xi Mian menghentikan langkahnya saat ia melihat seseorang turun dari atas kereta kuda yang terlihat sangat biasa namun bisa memasuki istana.
"Siapa itu?" Batin putri Xi Mian. Ia secara naluriah mengambil tempat untuk bersembunyi dan mengintip lagi sambil menunggu orang dari dalam kereta itu memperlihatkan wajahnya dengan jelas.
Kedua mata putri Xi Mian membulat. Ia jelas terlihat cukup terkejut dengan apa yang ia lihat setelah seorang pria tampan turun dari kereta, namun bukan hal itu yang membuatnya terkejut melainkan sosok wanita yang turun setelah pria itu.
Sekilas putri Xi Mian nampak seperti berhalusinasi dengan melihat wajah pelayan kakaknya dulu yang bernama Ling Yuan, tapi siapa sangka itu bukanlah dia saat cahaya bulan menyinarinya.
"Selir Yao?!"
Putri Xi Mian hampir tidak percaya dengan yang ia lihat. Selir Yao bersama dengan pria asing dapat keluar dan masuk dengan mudah. Ia mulai berfikir lagi jika Yao Xulin benar-benar berbahaya. Ia mungkin telah bekerja sama dengan seseorang dari luar untuk mencelakai kakaknya.
"Tak hanya berniat buruk, bahkan dia telah berani melanggar peraturan istana!. Istri mana yang berani keluar diam-diam dengan pria lain selain suaminya sendiri?!. Dia membuat kakak hilang wajah!. Dasar wanita jalang!!" Umpat putri Xi Mian dengan kesal. Meski ia tidak melihat Yao Xulin sebagai istri kakaknya, namun Xi Ji Lan masih melihat Yao Xulin sebagai selir. Jadi putri Xi Mian sangat marah ketika ia merasa jika Yao Xulin tidak menghargai Xi Ji Lan setelah apa yang telah diberikan Xi Ji Lan untuknya.
"Yao Xulin. Kau benar-benar harus pergi dari kehidupan kakak Xi!. Dasar pelacur, jalang murahan!"
Di tengah rasa kesalnya, putri Xi Mian pun mendapatkan ide baru untuk menendang keluar Yao Xulin yang telah melanggar peraturan istana yang tidak ia ketahui. Tentu saja karena Yao Xulin adalah penghuni baru istana, jadi ia belum mendapatkan hal-hal itu karena bahkan Xi Ji Lan masih bersikap cukup dingin padanya.
"Kita lihat. Hukuman apa yang bagus untukmu?. Dicambuk, dipukul, lalu kakak akan menendangmu keluar dari istana dan menceraikanmu!. Dan saat kau sudah menjadi sampah, aku akan melenyapkanmu!" Fikir putri Xi Mian dengan cukup senang. Dengan begitu misi perceraian akan segera dimulai untuk membuat Yao Xulin menghilang dari kehidupannya dan kehidupan kakaknya.
"Prajurit!. Prajurit!, ada penyusup!. Ada penyusup!" Teriak putri Xi Mian.