Chereads / Legenda Kutukan Rui [INDO) / Chapter 22 - Hanya Untukku

Chapter 22 - Hanya Untukku

Hari-hari di istana berlalu hampir sama seperti di dalam Manor Xi bagi Yao Xulin. Hanya ada rasa sepi yang Yao Xulin rasakan begitu ia membuka matanya di pagi hari yang cerah, tapi hatinya mendung.

Yao Xulin seperti tengah berada di atas perahu. Ia melihat ke atas langit yang begitu mendung, tapi anehnya lautan yang ada di bawahnya sangatlah tenang. Tidak ada gelombang apapun atau ombak yang membuatnya terombang-ambing.

"Apa aku melupakan sesuatu ya?" Gumam Yao Xulin. Entah sudah berapa kali ia menanyakan pertanyaan yang sama pada dirinya sendiri. Ia merasa tenang dan khawatir secara bersamaan seperti orang bodoh. Yao Xulin merasa ada yang salah dengan dirinya.

Kali ini ia tidak khawatir dengan Xi Ji Lan yang belum ia lihat lagi akhir-akhir ini setelah ia tinggal di pavilium Yue.

Tapi, ada hal lain yang terus mengganggunya. Itu adalah sebuah perasaan kehilangan, namun apa yang hilang?. Terlebih saat ini ia masih tinggal di istana dan Xi Ji Lan berada di dekatnya meski ia jarang bisa melihatnya karena Xi Ji Lan tentu sibuk dengan pekerjaannya untuk mengurus urusan negara yang tidak pernah habis masalahnya.

"Nona Yao, anda mau makan kue bulan?" Tanya Mei Lin. Ia tidak tahan melihat Yao Xulin murung seharian seperti sebuah boneka hidup.

Saat mendengarnya, Yao Xulin cukup antusias karena ia suka kue bulan, "bagus. Bawakan aku sekotak kue bulan" ucap Yao Xulin.

"Baik, Nona. Saya juga akan buatkan teh mawar kesukaan anda. Permisi"

Setelah Mei Lin pergi, Yao Xulin menjadi sedikit merasa ada sesuatu yang kembali dari sesuatu yang terasa hilang dalam dirinya meski ia masih tidak tau sesuatu itu apa. Ia memandang keluar jendela untuk melihat langit dan beberapa pohon yang ditanam di halaman pavilium Yue.

Yao Xulin saat ini tengah mengingat sesuatu yang tidak dapat dihapus oleh Ting Yan, dan itu adalah ingatan ketika dirinya makan bersama Xi Ji Lan di kedai Fu Niang. Ia hanya bisa mengingat bagian itu dan tidak dapat mengingat kejadian setelah-setelahnya.

"Yang Mulia. Saat itu memesan kue bulan dan aku memesan kue jelly gandum"  gumam Yao Xulin. Saat seperti itu seperti saat tengah bertukar informasi tentang rasa kesukaan masing-masing.

"Yang Mulia bilang tidak suka rasanya karena sangat manis, tapi ... dia juga tidak berkata jika ia membenci kue itu"

"Dan ... dia berharap ada yang membuat rasa buah persik. Bagaimana bisa ia tau hal itu?" Gumam Yao Xulin. Ia tidak memperdulikan bagaimana Xi Ji Lan memgetahui tentang rasa itu, yang penting adalah niat Yao Xulin setelahnya.

"Nona, ini kue bulan dan teh mawar untuk anda" ucap Mei Lin yang tiba tepat saat Yao Xulin bangkit dari tempat duduknya.

"Nona anda mau kemana?"

"Letakan saja itu disana, aku ingin membuat kue bulan lebih banyak lagi" ucap Yao Xulin dengan riang lalu pergi.

Mei Lin hanya heran dan khawatir, Namun rasanya tidak mungkin ingatan Yao Xulin kembali jadi ia hanya mengikuti Yao Xulin pergi untuk membantunya. Namun sebelum itu, ia sudah dihadang oleh Ting Yan yang berada dalam penyamarannya.

"Tuan, ada apa?"

"Biar aku yang menggantikanmu" ucap Ting Yan.

"Baiklah, tapi ... apa tidak ada perintah apapun?"

"Tidak ada, kau bisa istirahat ... oh, tidak!. Aku baru ingat. Selidiki sesuatu yang mencurigakan di pavilium Yue" ucap Ting Yan.

"Baik, Tuan. Kalau begitu saya kembali kedalam"

***

Yao Xulin mengulang hal yang sama seperti yang ia lakukan sebelum ingatannya dihapus oleh Ting Yan. Ia membuat kue bulan untuk Xi Ji Lan dan Ting Yan.

Kali ini yang datang ke dapur bukanlah Ting Yan melainkan Xi Ji Lan. Ia datang karena kebetulan lewat dan melihat Yao Xulin. Ingatan Xi Ji Lan masih ada jadi ia ingat tentang bagaimana Ting Yan dekat dengan Yao Xulin saat itu.

Xi Ji Lan mengepalkan tangannya. Ia merasa emosi saat mengingat hal itu.

"Yang Mulia?"

"Apa yang kamu buat?" Tanya Xi Ji Lan dengan datar dan tanpa ekspresi seperti biasa, namun sorot matanya tidak dingin dan setajam biasanya.

Yao Xulin tadinya ingin memberikan kejutan, namun sepertinya ia tidak bisa, jadi ia memberitaukan niatnya.

"Saya membuat Kue Bulan untuk anda Yang Mulia"

Xi Ji Lan terkejut. Ia pun ingat malam dimana Yao Xulin memberikan kue bulan padanya namun ia tidak memakannya karena efek terbalik datang dan semua kue bulan pemberian Yao Xulin sudah hancur.

Karena ingatan Yao Xulin dihapus kemungkinan Yao Xulin akan membuatkan untuk Ting Yan lagi. Begitulah yang difikirkan Xi Ji Lan sehingga ia menjadi kesal.

"Sebaiknya kamu hanya buat ini untukku" ucap Xi Ji Lan. Ia menatap Yao Xulin dengan tajam dan dalam kali ini seolah mengancam.

Namun Yao Xulin tidak merasakan tatapan itu menusuknya. Ia justru merasa aneh dengan sikap Xi Ji Lan. Tentu saja hal itu karena Yao Xulin tidak ingat bagaimana cemburunya Xi Ji Lan dengan Ting Yan.

"Kenapa Yang Mulia berbicara seperti itu, seolah dirinya tau jika aku berniat membuatkan ini bukan untuknya saja?" Batin Yao Xulin.

"Apa ini untuk isinya?" Tanya Xi Ji Lan yang menyela fikiran Yao Xulin.

"Benar, Yang Mulia. Ini buah persik yang sudah di olah-"

"Hm"

Xi Ji Lan hanya membuat kata 'hm' lalu mengambil isian itu dengan jarinya dan mencobanya. Sementara itu Yao Xulin justru terdiam mematung. Ia baru sadar jika Xi Ji Lan berdiri di belakangnya dengan sangat dekat. Tentu saja ia juga dapat merasakan deru nafas Xi Ji Lan yang terasa hangat di dekat telinganya.

Deg! Deg! Deg!.

Detak jantung Yao Xulin meningkat dengan sangat cepat saat punggungnya telah bersentuhan dengan dada bidang milik Xi Ji Lan.

"Hm, rasanya enak" gumam Xi Ji Lan setelah mencoba isian untuk kue bulan yang terbuat dari buah persik.

Setelah itu Xi Ji Lan melihat wajah Yao Xulin yang terlihat memerah dan bertanya, "wajahmu terlihat merah, apa kamu demam?" Dan lantas memegang kening Yao Xulin dengan telapak tangannya.

"Saya baik-baik saja, Yang Mulia!" Ucap Yao Xulin cepat-cepat. Ia mundur begitu Xi Ji Lan menyentuh keningnya.

"Yang Mulia jangan khawatir, ini hanya karena suhu di dapur sedikit panas. Yang Mulia sebaiknya anda tidak berlama-lama disini, tidak baik untuk suhu tubuh anda" jelas Yao Xulin.

Xi Ji Lan hanya menatap Yao Xulin dengan sedikit heran namun ia tetap mempertahankan ekspresi datarnya.

"Kalau begitu saya pergi, masih ada urusan yang harus diselesaikan" ucap Xi Ji Lan dan langsung pergi.

"Baik, Yang Mulia. Saya akan mengantarkan kue-kue ini pada anda jika sudah selesai"

Yao Xulin pun bernafas lega begitu Xi Ji Lan pergi. Namun begitu Xi Ji Lan melangkah keluar ia tiba-tiba berhenti sehingga Yao Xulin menjadi tegang kembali.

"Kenapa dia berhenti?, apa dia melupakan sesuatu?!" Batin Yao Xulin.

"Kue-kue itu ..."

"Ya, Yang Mulia?, apakah ada permintaan khusus untuk kuenya?"

"Buat, hanya untukku" lanjut Xi Ji Lan setelah itu barulah ia benar-benar pergi. Meninggalkan Yao Xulin yang kembali bertanya-tanya.

"Ada apa dengan sikap Yang Mulia?" Gumam Yao Xulin.

"Hanya untukku ..." ucapnya lagi mengulang kata-kata Xi Ji Lan. Kemudian Yao Xulin tersenyum bahagia meski ia sedikit tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Sepertinya untuk tuan Tang Yi bisa kubuatkan kapan-kapan" gumam Yao Xulin. Ia pun kembali melanjutkan membuat kue bulan.

Sementara itu, Ting Yan yang sejak awal bersembunyi untuk mengawasi keduanya hanya tersenyum karena nampaknya Xi Ji Lan perlahan sudah membuka hatinya untuk Yao Xulin.

"Rencanaku tidak sia-sia" gumamnya pelan.

Ia pun tetap berdiri bersembunyi menjalani tugasnya untuk menjaga Yao Xulin sebagai penjaga bayangan, namun kali ini ia memilih untuk tidak memunculkan dirinya. Ia tidak akan mengganggu fikiran Yao Xulin yang saat ini tengah bahagia dengan Xi Ji Lan.

"Fikiran dan hati itu tempat yang sempit ya?" Batin Ting Yan. Tentu saja ia tau jika ia tidak boleh hadir di antara dua orang untuk mengambil tempat yang sempit.

Tidak ada tempat bagi orang ketiga. Ting Yan paham itu.

Pavilium Yue.

Mei Lin menyusuri semua area pavilium Yue yang pernah terbakar lima tahun lalu, meski sudah direnovasi namun Ting Yan merasa ada sesuatu yang mungkin tersembunyi disana, sehingga ia memerintahkan Mei Lin untuk mencari hal-hal yang berkaitan dengan kebakaran lima tahun lalu, terutama hal yang berkaitan dengan Ling Yuan yang meninggal di dalam pavilium Yue.

Mei Lin dengan cermat memperhatikan kondisi dan mulai memeriksa titik-titik yang mencurigakan. Ia memeriksa berdasarkan denah pavilium Yue sebelum direnovasi seperti tempat yang dulunya digunakan sebagai kamar tidur kini berganti menjadi tempat kamar mandi.

"Tuan berkata jika Ling Yuan kemungkinan memiliki hubungan dengan suku Rui dan Yang Mulia Xi sudah mengetahuinya sehingga ia menyembunyikan tentang hal itu karena Tuan adalah anak kepala suku Rui" batin Mei Lin. Meski Ting Yan dan Xi Ji Lan memiliki ikatan persahabatan yang cukup erat karena mereka tumbuh di istana bersama, namun tentu saja mereka memiliki sisi yang tidak ingin diketahui oleh siapapun, bahkan orang terdekat sekalipun.

"Maka dari itu pavilium Yue direnovasi untuk menutupi sesuatu" gumamnya.

Mei Lin hendak memeriksa lantai di kamar mandi, namun hal yang ia temukan pertama adalah sesuatu yang nampak tidak asing.

"Ini. Bukankah ini kantung wewangian milik Yang Mulia Xi?"

"Tuan pernah mengatakan hal ini. Benda ini seharusnya benda berharga bagi Yang Mulia dari Ling Yuan kan?, kenapa ada disini?, aneh. Tidak mungkin Yang Mulia memberikannya pada Nona Yao"

"Aku akan melaporkan hal ini pada Tuan"

Disaat yang bersamaan, putri Xi Mian datang berkunjung ke pavilium setelah masa hukumannya sudah habis beberapa hari yang lalu. Ia masuk begitu saja kedalam untuk melihat pavilium Yue yang dibangun ulang untuk selir Yao.

"Dahulu Ini adalah tempat terbaik dan menjadi semakin buruk karena dibangun untuk wanita itu!" Batin putri Xi Mian aambil mengingat tahun-tahun dimana ia memiliki kenangan kecil bersama dengan Xi Ji Lan dan Xi Guang yang sering bermain bersama dengannya. Ia masih ingat bagaimana Xi Ji Lan begitu memanjakannya dan sangat menyayangi adik perempuannya meski mereka berbeda ibu.

Walaupun hal itu tidak berlangsung lama setelah Xi Guang meninggal dan Xi Ji Lan berubah sikapnya setelah ia mengenal dan kehilangan seorang pelayan bernama Ling Yuan. Kebencian putri Xi Mian pada Ling Yuan hampir sama seperti rasa bencinya pada Yao Xulin.

"Kakak harus melihatku lagi dan melupakan wanita ini!" Batin putri Xi Mian.