Chereads / Legenda Kutukan Rui [INDO) / Chapter 14 - Dalam Mimpi

Chapter 14 - Dalam Mimpi

Tujuh hari telah berlalu dengan begitu cepat, sementara itu Yao Xulin masih berada didalam penjaranya, sedangkan Ting Yan memberi laporan pada Xi Ji Lan yang sudah dapat membuka matanya. Ia memberitau jika Yao Xulin sudah berada didalam penjara karena menjadi kambing hitam. Ia telah dijatuhkan kedalam penjara oleh Xi Mian. Sesungguhnya Yao Xulin bukanlah pelaku yang memberikan racun melainkan orang lain.

Xi Ji Lan pun memberi perintah untuk kesatria Wen agar menginvestigasi racun ini dan membawa orang yang telah menabur racun di dalam bubur nona Ye.

Meski Xi Ji Lan ingin menjaga jarak dengan Yao Xulin, namun bukan berarti dirinya menerima begitu saja ketidakadilan. Bahkan jika itu dilakukan oleh adiknya sendiri. Tapi tentu saja ia akan membuat Yao Xulin keluar dari penjara tanpa harus menyinggung adiknya.

Xi Ji Lan adalah orang yang berfikir dalam.

Ia juga tidak akan percaya begitu saja tuduhan itu karena jika Yao Xulin ingin membunuhnya, seharusnya ia sudah membunuhnya sejak di luar istana. Tepatnya di barak saat dimana Xi Ji Lan juga terkena racun. Dan di kesempatan itulah Yao Xulin dapat dengan mudah  membuat dosis obat yang salah untuknya, sehingga ia dapat melempar masalah kepada dokter militer, dan ia pun dapat membunuh Xi Ji Lan dengan tangan bersih.

Tapi yang ia lihat hari itu adalah ketulusan Yao Xulin dalam menjaga dan merawatnya, bahkan saat di ruang kerja kaisar dalam istana pun ia dapat merasakan kehangatan perasaan Yao Xulin padanya.

***

Setelah Xi Ji Lan siuman. Putri Xi Mian akhirnya mengingat tentang Yao Xulin di penjara yang sama sekali belum ia beri pelajaran karena hampir membuat kakaknya meninggal.

"Yao Xulin!. Aku akan membunuhmu!" Batin Xi Mian dengan emosi. Ia pun pergi ke penjara dan bersiap memberi siksaan pada Yao Xulin.

Bau debu dan besi berkarat begitu memenuhi udara ruang penjara yang gelap dan lembab, sesekali angin membawa bau amis darah yang tersisa bekas darah para tahanan yang disiksa di dalam sel untuk mengakui kesalahannya.

Byur!

Bruk!

"Agh!" Jerit Yao Xulin. Ia begitu terkejut saat dirinya disiram air dingin. Tubuhnya tak bisa berhenti menggigil dan sakit. Bahkan seseorang menendang perutnya dengan sangat keras sehingga Yao Xulin meringkuk kesakitan dan kedinginan.

"Bangun kau wanita sial!. Matilah nanti setelah aku menyiksamu!" Tukas Xi Mian.

Yao Xulin akhirnya sadar jika itu adalah suara putri Xi Mian. Dari tatapannya ia dapat melihat jelas. Putri Xi Mian tengah berada dibawah kendali emosi marahnya. Namun karena Yao Xulin masih sedikit tenggelam dalam mimpinya, ia pun tidak merasakan rasa sakit di tubuhnya. Lebih tepatnya secara tak sadar ia mupakan rasa sakit itu. Yao Xulin justru menatap Xi Mian dan memberikan banyak pertanyaan kepadanya.

"Xi Mian, bagaimana keadaan Yang Mulia?, apakah dia masih keracunan?, apakah dia sudah sadar?, Xi Ji Lan masih hidup kan?"

Plak!

Xi Mian langsung menampar Yao Xulin dengan sangat marah. Sorot matanya berkilat-kilat.

"Berani sekali kau masih menanyakan kondisi kakak setelah berniat membunuhnya?!"

"Dan apa yang ku dengar tadi?"

Putri Xi Mian berjalan mendekati Yao Xulin lalu kembali menamparnya dan menendang perutnya berkali-kali. Tentu saja Yao Xulin tidak dapat bergerak banyak karena dirinya bahkan selama seminggu tidak mengisi perutnya sehingga kondisinya sangat lemah.

"Berani sekali kau memanggil nama kakak Xi!" Ucap Xi Mian yang tidak terima nama Xi Ji Lan diucapkan oleh Yao Xulin. Ia kemudian menginjak tangan Yao Xulin dan menendang kakinya.

"Aghh!" Yao Xulin hanya dapat menjerit. Fikirannya seperti melayang. Ia bagai tak dapat lagi merasakan tubuhnya.

Yao Xulin bertanya-tanya kenapa Xi Mian begitu sangat marah padanya sampai-sampai sangat ingin membunuhnya?. Karena pertanyaan itu, Yao Xulin hanya berfikir jika keadaan Xi Ji Lan mungkin sangat buruk, maka dari itu Xi Mian melakukan hal kejam padanya dan ingin menyiksanya sampai mati.

"Argh!!"

"Tangan yang menabur racun ini harus kuhilangkan!"

Xi Mian begitu berani. Ia sebelumnya telah membuat beberapa goresan di wajah dan di tangan Yao Xulin dengan belati miliknya, dan sekarang ia berniat memukul tangan Yao Xulin dengan balok kayu untuk mematahkan tangan Yao Xulin.

"Ini adalah hukuman untukmu!"

Krak!

Yao Xulin tidak lagi bersuara. Ia akhirnya menutup matanya tanpa harus menjerit lagi.

"Akhirnya, aku bisa melihatmu" gumam Yao Xulin dengan sangat pelan sebelum ia tak sadarkan diri.

"Ka ... kakak!" Teriak Xi Mian. Ia sangat terkejut. Ia tidak menyangka jika ia akan memukul kakaknya sendiri dengan balok kayu.

Xi Mian langsung membuang balok kayu yang ia pegang. Raut wajahnya sangat tegang dan cemas, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa karena terkejut dengan kedatangan kakaknya yang masuk tiba-tiba dan membungkuk di depan Yao Xulin untuk melindunginya.

Xi Ji Lan masih memperhatikan Yao Xulin. Tubuhnya dingin dan dipenuhi luka lebam dan goresan. Sorot mata Xi Ji Lan menjadi sangat dingin. Ia lalu mengangkat Yao Xulin untuk dibawa kembali. Sebelum ia keluar, ia menatap Xi Mian tajam sehingga Xi Mian bahkan tidak berani mengeluarkan sepatah katapun.

"Apakah aku pernah mengajarimu memberikan hukuman pada seseorang yang belum jelas benar salahnya?!" Bentak Xi Ji Lan. Ia selalu kesal melihat ketidakadilan. Apalagi jika hal itu dilakukan oleh orang-orang yang telah menempuh pendidikan namun masih mengedepankan emosi dan membuang akal mereka dengan sia-sia.

Tanpa menunggu jawaban dari Xi Mian untuk menjelaskan semua tindakannya. Xi Ji Lan langsung pergi begitu saja dan memerintahkan pelayan untuk membiarkan Xi Mian menjalani hukumannya.

"Panggil tabib istana!" Perintah Xi Ji Lan begitu ia keluar dari penjara dan membawa Yao Xulin ke paviliumnya.

***

Xi Ji Lan tak henti memandang Yao Xulin. Meski wajahnya masih tanpa ekspresi dan sorot matanya dingin, namun hatinya begitu sangat menyesal. Ia saat ini sedang marah.

Xi Ji Lan merasa bersalah karena sebelumnya ia bahkan belum meminta maaf, dan hari ini ia harus melihat Yao Xulin berbaring di lantai penjara yang dingin. Bahkan ia sempat disiksa oleh Xi Mian yang masih tidak dapat mengontrol emosinya, untungnya Xi Mian sangat penurut dengan Xi Ji Lan, jadi dia mendengarkan kata-kata Xi Ji Lan dan sekarang mendapatkan hukuman berlutut di aula kesadaran diri untuk merenungkan kesalahannya selama tiga hari sampai ia mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Sisanya Xi Ji Lan akan menghukum Xi Mian dengan caranya sendiri karena telah membuat Yao Xulin menderita.

"Aku harus mengembalikannya ke Manor Xi" batin Xi Ji Lan. Ia tidak menyangka jika Yao Xulin sudah banyak terlibat banyak hal hanya dalam waktu seminggu di istana. Xi Ji Lan tidak dapat lagi membiarkan Yao Xulin tinggal di istana lebih lama. Jadi ia berencana membuat Yao Xulin kembali ke Manor setelah keadaannya membaik, sementara itu ia akan tetap dirawat dalam pengawasannya.

"Yang Mulia"

"Wen, bagaimana hasilnya?. Kau sudah menemukan pelakunya?" Tanya Xi Ji Lan. Ia benar-benar bicara dengan sangat dingin ke semua orang karena suasana hatinya yang buruk. Hanya dalam seminggu ia sakit, dan keadaan istana menjadi buruk.

"Yang Mulia. Saya tidak bisa mengetahui siapa orang itu. Asal usulnya tidak jelas dan ..."

"Dan apa?!"

"Orang yang dikatakan oleh Tuan muda Ting Yan itu sudah meninggal setelah saya temukan. Mayatnya berada di ruang otopsi. Kira-kira ia sudah meninggal lima hari yang lalu karena bunuh diri" jelas kesatria Wen.

Xi Ji Lan menjadi sangat kesal. Satu-satunya petunjuk yang tersisa adalah racun yang sempat ditemukan di ikat pinggang Yao Xulin.

Racun itu diselipkan dengan cepat oleh seseorang di dapur istana menurut laporan Ting Yan.

"Bagimana dengan racunnya?"

"Saat ini masih diujicoba di pusat medis kerajaan Yang Mulia, nampaknya racun ini jenis baru" jelas kesatria Wen.

"Baiklah. Terus berikan laporan perkembangannya. Kau boleh pergi"

"Baik, Yang Mulia"

Setelah Kesatria Wen pergi. Xi Ji Lan kembali duduk di tepi kasur untuk melihat keadaan Yao Xulin. Ia menarikan selimut di tubuh Yao Xulin. Selain dipenuhi luka, Yao Xulin kini juga mengalami demam tinggi sehingga ia terus mengigau.

Hal inilah yang membuat Xi Ji Lan cukup berat meninggalkan Yao Xulin meski ia memiliki banyak hal yang harus terus dikerjakan, namun keadaan Yao Xulin membuatnya prihatin. Ia juga penasaran tentang seberapa dalam Yao Xulin telah menyukainya sampai-sampai ia terus menyebut namanya di dalam mimpi.

Di tambah, Xi Ji Lan sempat mendengar suara Yao Xulin saat di penjara menanyakan keadaannya. Dengan kondisinya yang buruk, Yao Xulin masih dapat mengkhawatirkan orang lain yang bahkan bersikap dingin padanya.

Yao Xulin terus mengulang kata-kata yang sama seperti saat ia didalam penjara, seperti "jangan tinggalkan aku", ataupun "jangan pergi".

"Xi Ji Lan, jangan tinggalkan aku lagi" igau Yao Xulin.

"Lagi?" Gumam Xi Ji Lan. Ia merasa aneh dengan kata-kata itu, namun karena Yao Xulin mengatakannya saat matanya tertutup jadi Xi Ji Lan hanya mengira jika Yao Xulin tengah mimpi buruk.

Tapi tetap saja Xi Ji Lan merasa sedikit aneh tentang Yao Xulin yang seolah benar-benar merasa takut jika dirinya meninggalkannya.

"Kenapa?" Gumam Xi Ji Lan. Ia penasaran, kenapa Yao Xulin rasanya begitu peduli dengannya padahal kebersamaan mereka sangatlah baru.

"Apa yang kamu lihat di dalam mimpi?" Gumam Xi Ji Lan dengan nada datar, namun sorot matanya menjadi sangat hangat saat ia melihat Yao Xulin sampai mengeluarkan air matanya. Entah karena mimpi atau karena rasa sakit di tubuhnya. Yang pasti Xi Ji Lan semakin ingin membuat Yao Xulin untuk keluar dari istana. Terlalu banyak hal kejam di dalam istana, terutama untuk Yao Xulin yang bukan berasal dari keluarga kerajaan. Mentalnya akan hancur.

"Xi Ji Lan ... Xi Ji Lan ..."

Yao Xulin terus menyebut nama itu. Bahkan Xi Ji Lan merasa heran kenapa ia bisa menyebut namanya tanpa embel-embel 'Yang Mulia?'. Cara Yao Xulin memanggilnya seolah dirinya sudah sangat lama mengenal Xi Ji Lan.

"Aku disini, jangan khawatir" ucap Xi Ji Lan. Kali ini ia tak ragu menggenggam tangan Yao Xulin meski kata-katanya datar tanpa menunjukan perhatian sama sekali. Meski begitu, kata-kata Xi Ji Lan mampu membuat Yao Xulin dapat tidur dengan tenang.

Setelah Yao Xulin tertidur dengan tenang, Xi Ji Lan menyalahkan lilin aroma di kamarnya. Meski aroma dari lilin itu tidak terlalu ia sukai karena sangat menyengat, tapi jika itu bisa membuat Yao Xulin beristirahat dan tidur dengan nyenyak, ia akan menyediakan banyak untuknya. Lagipula Yao Xulin masih memiliki status sebagai istrinya yang layak mendapat perhatiannya meski saat ini ia masih belum bisa mengumumkan hal itu secara resmi karena berbagai alasan yang tidak dapat ia jelaskan pada Yao Xulin sehingga perhatiannya untuk Yao Xulin pun harus ia lakukan secara diam-diam. Sedangkan di depan umum Xi Ji Lan harus bersikap dingin padanyanya.

"Tolong lakukan tugasmu" ucap Xi Ji Lan begitu ia keluar dari kamar.

"Tentu saja" jawab Ting Yan yang sejak tadi berdiri di luar kamar. Ia cukup puas dengan apa yang dilakukan Xi Ji Lan hari ini karena telah menjadi dirinya sendiri, meski hal itu tidak akan bertahan lama karena Xi Ji Lan masih menyimpan perasaannya pada Ling Yuan.

"Kuharap. Setelah menyelesaikan kasus ini, kau bisa fokus dengan hubungan baru" gumam Ting Yan pada Xi Ji Lan yang tidak direspon apapun, entah karena tidak mendengarnya atau karena Xi Ji Lan mengabaikan kata-kata sahabatnya itu.