Chereads / Legenda Kutukan Rui [INDO) / Chapter 6 - Penyerangan

Chapter 6 - Penyerangan

***

Kota Jinling - Manor Xi.

Yao Xulin berfikir untuk kembali menyamar sebagai pelayan yang akan pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan selir Yao di rumah bangsawan Xi, sehingga ia dapat keluar dengan sedikit bebas.

Sementara itu, di sebuah sudut atas pohon. Ting Yan masih memperhatikan Yao Xulin yang benar-benae tidak ia pahami.

"Yang Mulia, Yang Mulia. Lihatlah kelakuan istrimu yang kau lihat seperti Xiao Yuan. Apanya yang mirip?, kenapa kau samakan kucing liar dengan bangau yang cantik?" Gumam Ting Yan.

Pekerjaan yang diberikan sebenarnya sangat membosankan bagi Ting Yan, namun akan selalu menjadi menarik saat melihat Yao Xulin melakukan hal-hal liar dan bergerak kesana kemari untuk membuat masalah.

"Mari kita lihat, apakah Ting Yan sudah menjadi penjaga bayanganku hari ini?" Batin Yao Xulin yang pergi membayar sekelompok perampok untuk bekerja sama dengannya.

Setelah membuat kesepakatan, Yao Xulin pun pergi ke tempat yang sudah dijanjikan yakni tempat dimana di masa lalu itu adalah tempat dirinya mendapat masalah sehingga Ting Yan muncul untuk menolongnya.

Perbatasan kota.

Saat perampokan mulai terjadi, Ting Yan justru diam memperhatikan karena dia tau perampok-perampok itu telah dibayar, meski ia tidak tau apa alasan Yao Xulin melakukan itu. Jadi ia hanya diam di atas pohon memperhatikan apa yang akan terjadi seperti hendak menikmati pertunjukan hiburan.

Disaat yang bersamaan, sebuah kereta kuda dengan penjagaan prajurit lewat di sekitar jalan keluar kota. Saat melihat kereta kuda itu, Ting Yan tau jika itu adalah kereta kekaisaran sehingga ia menjadi heran apakah yang dilakukan Yao Xulin ada hubungannya dengan kereta itu?. Apakah Yao Xulin sejak awal memang berniat menyerang kereta itu?. Tapi untuk apa?.

Semua orang tau jika kereta kerajaan berwarna hitam dengan motif ukiran rumit itu adalah kereta yang digunakan Kaisar secara turun temurun di kekaisaran Xi. Dan tentu saja yang berada didalam sana adalah Xi Ji Lan yang merupakan Kaisar Xi saat ini.

Ia melewati jalan itu karena hendak meninjau suatu tempat yakni perbatasan di selatan.

Xi Ji Lan sempat mengira perampok bodoh mana yang menyerang anggota kerajaan hanya dengan sekelompok kecil mereka. Namun ia segera paham saat meliha seorang wanita berada di tengah-tengah kelompok berbaju hitam yang mengelilinginya.

Sorot matanya masih tetap sama. Dingin dan wajahnya tanpa ekspresi tapi detak jantungnya berdetak begitu cepat. Bahkan wajah dingin Xi Ji Lan menjadi pucat begitu cepat saat ia menyadari sesuatu.

Disisi lain, Ting Yan juga mulai menyadari sedikit keanehan dengan sekelompok  perampok bayaran yang tidak pergi dan nampak tak takut sama sekali untuk menghalangi jalan kereta kaisar.

"Mereka bukan perampok yang dibayar selir Yao?!" Gumam Ting Yan. Para perampok kecil itu harusnya tau jika mereka tidak akan bisa berhadapan dengan prajurit yang mengawal anggota kerajaan, tapi kelompok berpakaian hitam itu justru terlihat menunggu kesempatan untuk menyerang kereta yang jelas terlihat sangat aneh. Beberapa kelompok lainnya bahkan kini telah terlihat bersembunyi. Mereka bersiap untuk melemparkan anak-anak panah dari balik pepohonan dan rimbun bambu-bambu.

"Selir Yao dalam bahaya!" Batin Ting Yan. Ia tidak terlalu memikirkan kereta kerajaan karena para prajurit terpilih yang mengawalnya pasti dapat menangani hal itu, namun tidak ada yang menjaga Yao Xulin. Ia menjadi sasaran yang sangat empuk untuk dibunuh, bahkan dengan penampilan sepelenya yang seperti pelayan.

Sangat diluar dugaan, Yao Xulin dan Ting Yan jika sekelompok orang yg menyerang Yao Xulin bukanlah perampok yangg dibayarnya melainkan sekelompok orang yang memang sejak awal menunggu kereta Kaisar Xi untuk mereka serang. Yao Xulin tidak menyangka jika dirinya jadi ikut terlibat dalam penyerangan itu.

"Si-siapa mereka?. Apa yang terjadi?!" Batin Yao Xulin.

Karena penampilan Yao Xulin. Ingatan kelam Xi Ji Lan dan Ting Yan sedikit bangkit. Keduanya bergerak untuk melindungi Yao Xulin yang saat ini tengah bingung dan takut karena kelompok orang-orang yang mengelilinginya bukanlah perampok yang ia bayar sebelumnya.

"Yang Mulia!" Seseorang berteriak terkejut saat melihat Xi Ji Lan keluar dari dalam kereta yang jelas sangat berbahaya karena para kelompok penyerang ini seperti menargetkan Xi Ji Lan untuk dibunuh. Orang ini hendak menghentikan Xi Ji Lan, namun ia masih harus bertarung.

Meski dapat melawan dan menepis banyak serangan pedang dengan tenaga dalamnya, namun sayangnya Xi Ji Lan tidak dapat menghindari beberapa anak panah yang melesat untuk menggores kulitnya.

"Mereka adalah orang-orang dari Rui" batin Ting Yan saat menyadari plakat yang terjatuh dari ikat pinggang seorang yang ia kalahkan. 

Begitu suara suar terdengar, sekelompok itupun pergi.

"Ya-Yang Mulia, anda terluka!" Ucap Yao Xulin saat menyadari ada darah yang keluar menembus pakaian dari lengan kiri Xi Ji Lan.

"Biarkan aku mengobatinya" ucap Yao Xulin namun Xi Ji Lan langsung menarik tangannya dan menepis dengan kasar tangan Yao Xulin begitu ia menyentuh lengannya. Xi Ji Lan menolak diobati oleh Yao Xulin dan bahkan ia bersikap sangat dingin dengan tambahan bentakan.

Xi Ji Lan menatap tajam dam berkata, "Ya. Aku terluka dan kau..." Xi Ji Lan menatap Yak Xulin dengan marah lalu melanjutkan kata-katanya.

"Kau ingin mati?!. Berhenti bertindak bodoh!. Apa yang sedang kau lakukan sebenarnya?!" Bentak Xi Ji Lan dengan sangat menusuk. Bahkan Yao Xulin terdiam karena ucapan itu. Tak hanya itu, ia juga terlihat ketakutan ketika intonasi suara tinggi itu membentaknya. Itu adalah hal pertama dalam hidupnya untuk dibentak seorang pria dengan begitu dingin. Yao Xulin merasa sedang dihancurkan dengan sekali pukul.

Xi Ji Lan membawa masuk Yao Xulin kedalam keretanya dan membantingnya untuk duduk dengan sedikit kasar.

"Berhenti memakai pakaian seperti ini. Kau bukan pelayan. Kau adalah selir Kaisar. Jangan membuatku malu dengan penampilan rendah itu"

Yao Xulin tidak berani berkata-kata sehingga ia hanya diam mendengar setiap kata tajam dari Xi Ji Lan. Sampai suasana sedikit lebih tenang dan ucapan Xi Ji Lan kembali menjadi datar tanpa emosi.

"Kau akan ikut meninjau ke perbatasan denganku ..." ucap Xi Ji Lan. Ia memikirkan kembali untuk memulangkan Yao Xulin ke Manor Xi, namun mengingat sekelompok penyerang tadi Xi Ji Lan mengurungkan niatnya dan lebih baik membuat Yao bersamanya saat ini. Ia tidak bisa membuat Yao Xulin berada dalam bahaya.

"Me-meninjau perbatasan?"

Seperti biasa, Xi Ji Lan tidak menanggapi ucapa Yao Xulin namun ia justru menatap Yao Xulin dari atas sampai bawah dengan sedikit menahan emosi.

"Pergi mampir ke toko dan beli pakaian untuk Selir Yao" perintah Xi Ji Lan.

Saat mendengar hal itu, Yao Xulin tersenyum. Kali ini ia merasakan sedikit sikap peduli dari Xi Ji Lan yang dingin sehingga sepanjang waktu dalam perjalanan, Yao Xulin tak henti melirik Xi Ji Lan yang duduk disebelahnya.

"Apa dia manusia salju atau es batu yang diukir?" Batin Yao Xulin saat memperhatikan Xi Ji Lan yang dapat duduk dengan begitu tenang dan anggun tanpa bergerak sedikitpun.

"Apakah dia tertidur?," Batin Yao Xulin dengan penasaran karena mata Xi Ji Lan tertutup. Dan karena hal ini pula, Yao Xulin jadi begitu berani menatap wajah tampan suaminya itu untuk waktu yang lama.

Di Toko. Saat pergi memilih pakaian, Yao Xulin hanya ditemani oleh pelayan wanita sedangkan Xi Ji Lan menunggu di kereta sambil berbicara pada Ting Yan yang diam-diam melapor tentang kegiatan Yao Xulin dan tentang penyerang tadi. Sedangkan Yao Xulin mendadak mendapat ide dan mengambil beberapa pakaian yang ia pilih untuk dipakai.

"Nona anda terlihat sangat menawan. Apakah Nona ingin mengambil pakaian yang ini?" Tanya pelayan wanita.

"Hm. Benarkah ini bagus?"

"Apapun yang Nona pakai pasti akan bagus karena Nona sudah cantik, bahkan para bunga iri dengan Nona" puji si pelayan sambil merapihkan pakaian yang tengah dicoba Yao Xulin.

"Kau berlebihan. Aku ingin tanya ..." Yao Xulin sedikit tersipu untuk menanyakannya namun ia tetap melanjutkan kata-katanya, "menurutmu, apakah pakaian ini akan disukai Yang Mulia?" Tanya Yao Xulin.

"Nona. Yang Mulia pasti menyukainya. Saya akan membantu Nona merias rambut anda"

Seelah semuanya telah selesai, Yao Xulin pun berjalan kembali. Tapi ada hal yang tidak ia sangka karena Xi Ji Lan telah berada diluar kereta seperti seseorang yang tengah menunggunya sehingga Yao Xulin mempercepat langkahnya.

"Apa Yang Mulia menungguku?" Batin Yao Xulin sedikit berharap mendapatkan pujian.

Sementara itu, Xi Ji Lan telah melihat sekelilingnya dimana ada cukup mata yang memandang Yao Xulin. Bahkan Xi Ji Lan tidak akan membantah untuk kecantikan Yao Xulin di depannya sehingga ia terpesona untuk beberapa saat sebelum kembali dalam mode dinginnya.

"Yang Mulia, aku sudah selesai"

"Cepat masuk kedalam kereta" ucap Xi Ji Lan yang justru membuat Yao Xulin sedikit membuat wajah cemberut karena Xi Ji Lan tidak berkata apa-apa disaat ada banyak pria yang berbisik tentang kecantikannya.

Sampai keduanya sudah berada di dalam kereta barulah Xi Ji Lan berkomentar, "Apa kau tidak mengerti juga ucapanku?. Kau adalah istri kaisar. Berpakaian dengan benar!" Ucap Xi Ji Lan. Intonasi suaranya datar dan terdengar tidak peduli sehingga Yao Xulin kembali kecewa.

"Raja Es!" Batin Yao Xulin yang kesal karena ia tidak dapat menarik perhatian Xi Ji Lan sama sekali, padahal ia sudah yakin dengan pakaiannya yang mungkin akan disukai Xi Ji Lan.

Tidak ada yang tau jika Yao Xulin bahkan diam-diam telah mencari tau segala hal yang disukai Kaisar Xi itu, meski yang ia dapat hanya sedikit karena Xi Ji Lan begitu dingin dan tertutup.

Sunyi. Perjalanan menuju benteng perbatasan di selatan begitu sangat damai karena hanya ada suara alam; sayup angin, gemerisik pepohonan, kicauan burung, dan desir air sungai. Perjalanan ini bagi Xi Ji Lan bagus, namun tidak untuk Yao Xulin yang merasa bosan.

Namun rasa bosan Yao Xulin dan kedamaian Xi Ji Lan sedikit terganggu setelah sebuah kerikil mengguncang kereta sehingga Xi Ji Lan yang sejak tadi menahan sakit di lengannya kehilangan keseimbangan dan jatuh menimpa Yao Xulin.

"Yang Mulia ..."

"Ra-cun ... lukanya ...." lirih Xi Ji Lan.

Semburat merah di wajah Yao Xulin menghilang berganti dengan cemas saat melihat wajah Xi Ji Lan yang memucat dan terlihat kesakitan.

"Yang Mulia!"