Yao Xulin panik saat sadar jika luka Xi Ji Lan ternyata tak hanya luka gores biasa melainkan luka gores yang cukup dalam, namun yang membuatnya panik adalah karena Xi Ji Lan mengatakan racun pada Yao Xulin. Tentu saja Yao Xulin langsung cepat tangkap maksud Xi Ji Lan sehingga ia dapat bertindak.
"Saya sudah menutup titik akupunturnya, racunnya tidak akan menyebar lebih luas lagi. Sebentar lagi sampai, saya akan pergi duluan memanggil dokter militer" ujar kesatria pribadi Xi Ji Lan pada Yao Xulin.
"Cepatlah!" Ujar Yao Xulin.
"Yang Mulia, bertahanlah. Sebentar lagi akan sampai" bisik Yao Xulin. Ia tidak dapat berbuat banyak dan hanya bisa memangku Xi Ji Lan.
Yao Xulin memandang wajah Xi Ji Lan. Ia terus mengeluarkan keringat dingin, tubuhnya menjadi panas, bahkan nafasnya terlihat sangat sulit. Bayangan masa lalu Yao Xulin saat Xi Ji Lan meninggal muncul dibenak Yao Xulin sehingga Yao Xulin menjadi ketakutan dan mengeluarkan air mata tanpa sadar.
Sesampainya di barak militer, Xi Ji Lan segera diperiksa dan di obati oleh dokter militer yang berjaga.
"Bagaimana keadaannya?" Tanya Yao Xulin dengan cemas.
"Yang Mulia selir Yao tidak perlu cemas. Yang Mulia kaisar sudah keluar dari masa kritisnya, semua racun sudah dinetralkan dan tinggal menunggu efek penetralan racunnya hilang. Kemungkinan Yang Mulia kaisar akan mengalami demam dua sampai tiga hari, tapi ini tidaklah berbahaya" jelas dokter militer pada Yao Xulin. Ia juga menerima resep obat yang harus diminum Xi Ji Lan.
"Yang Mulia, saya izin keluar untuk mengatur ulang peninjauan karena Yang Mulia Kaisar sakit" ucap kesatria pribadi Xi Ji Ling.
Waktu berlalu. Malam tiba dengan cepat dan Yao Xulin masih begitu setia berada di samping Xi Ji Lan yang belum sadar. Selama mata Xi Ji Lan masoh tertutup, Yao Xulin tak bisa menghentikan tangannya yang bergetar. Bayangan jasad Xi Ji Lan terus terbayang dalam fikirannya. Ia juga terus menerus menyalahkan dirinya.
Jika saja tidak ada dirinya disana saat itu, mungkin Xi Ji Lan tidak akan keluar dari dalam keretanya untuk menolong Yao Xulin sehingga harus mendapatkan luka seperti ini. Yao Xulin tidak menyangka jika senjata-senjata itu mengandung racun yang mematikan. Untungnya kesatria Wen telah bergerak cepat menutup titik-titik akupunturnya sehingga racun itu tidak menyebar sampai ke jantungnya, jika tidak ....
Yao Xulin menggelengkan kepalanya dengan kencang, "tidak!" Ucapnya. Ia tidak ingin lagi melanjutkan pemikirannya yang sudah jauh. Ia juga tidak akan membiarkan masa lalu terulang lagi.
"Xiao Ling ... Xiao Ling ... jangan pergi ... jangan pergi ..." igau Xi Ji Lan tiba-tiba.
"Mimpi buruk?, dan. Xiao ... Ling?. Siapa Xiao Ling?" Batin Yao Xulin. Ia penasaran dan entak kenapa sedikit merasakan sesak di dadanya saat Xi Ji Lan menyebut nama Ling Yuan dengan begitu akrab. Meski Yao Xulin tidak tau siapa itu yang disebut oleh Xi Ji Lan, namun dengan pengalaman di abaikan dimasa lalu, Yao Xulin menjadi seperti sudah terbiasa jadi ia memgabaikan perasaan sesak yang mengganjal hatinya dan menggenggam tangan Xi Ji Lan dengan erat lalu berkata-kata untuk membuat Xi Ji Lan dapat tidur sengan tenang.
"Xiao Ling disini. Aku tidak akan pergi ..." ucap Yao Xulin. Ia tidak begitu peduli saat ini tentang siapa Xiao Ling yang dimaksud, yang penting adalah kondisi Xi Ji Lan.
Yao Xulin terus menggenggam tangan Xi Ji Lan sambil terus berulang kali mengatakan bahwa dirinya adalah Xiao Ling yang tidak akan pergi meninggalkan Xi Ji Lan sehingga tidur Xi Ji Lan pun berangsur menjadi tenang lagi.
Ditengah-tengah itu. Yao Xulin memikirkan kejadian sebelumnya tentang orang-orang yang menyerangnya dan menyerang kereta kuda kekaisaran dengan sengaja. Yang pasti itu adalah serangan yang mengincar nyawa Kaisar Xi.
"Siapa mereka sebenarnya?, lalu ... sepertinya Ting Yan belum menjadi penjaga bayanganku ya?" Batin Yao Xulin karena ia benar-benar tidak melihat Ting Yan untuk mencoba menolongnya.
***
Saat pagi tiba, Yao Xulin terbangun dan melihat jika tempat tidur sudah kosong. Tidak ada Xi Ji Lan yang terbaring disana sehingga Yao Xulin menjadi terkejut lalu panik lagi.
"Xi Ji Lan?. Yang Mulia ..."
"Yang Mulia ... Yang Mulia!. Yang Mulia anda-"
"Apa yang kau lakukan pagi-pagi dengan berteriak seperti itu?" Ucap seseorang yang memasuki kamar barak dengan wajah dingin dan ekspreainya yang datar seperti biasa.
Yao Xulin hanya dapat terdiam beberapa saat. Sebelumnya ia sudah panik jika Xi Ji Lan yang meninggal adalah kebenaran dan Xi Ji Lan yang hidup adalah mimpi bagi Yao Xulin, namun begitu ia melihat wajah dingin tanpa ekspresi itu, Yao Xulin menjadi lega. Ia menangis dan fanpa sadar berlari untuk memeluk Xi Ji Lan dengan erat.
"Syukurlah. Syukurlah kamu nyata. Kamu hidup" gumam Yao Xulin.
Xi Ji Lan kali ini benar-benar terkejut. Ia tidak tau apa yang tengah merasuki Yao Xulin, tapi ia terus memikirkan kata-kata dari kesatria Wen yang mengatakan jika selir Yao telah menjaganya semalaman sampai ia menahan matanya agar tidak tertutup dengan segala cara. Tentu saja kata-kata dari kesatria Wen ia percaya karena begitu bangun, orang pertama yang Xi Ji Lan lihat adalah Yao Xulin yang tertidur pulas dan tidak terbangun sedikitpun saat Xi Ji Lan memindahkan Yao Xulin agar tidur berbaring di kasur dari tidurnya di bangku.
"Kenapa dia sangat peduli denganku?. Apakah perasaannya padaku benar-benar asli?" Batin Xi Ji Lan dengan heran karena kebanyakan selir yang ia tau hanya suka mencari muka demi harta dan kekuasaan di istana. Mereka semua tidak benar-benar peduli pada suami-suami mereka, bahkan seorang selir berani menawarkan dirinya kepada pangeran kedua sebagai selir barunya setelah putra mahkota yang merupakan suaminya sebelumnya meninggal dalam perang. Semua hal yang ada di istana adalah kepalsuan. Sulit menemukan sesuatu yang tulus seperti hubungan Xi Ji Lan dengan Ling Yuan dan dengan putra mahkota pertama yang merupakan kakak laki-lakinya.
Mereka berdua begitu tulus, dan karena itu mereka berdua lebih rapuh dan mudah untuk dibunuh. Karena alasan ini pula Xi Ji Lan lebih baik menempatkan Yao Xulin diluar istana.
Namun karena khawatir dengan sekelompok penyerang kemarin itu. Xi Ji Lan pun mengizinkan Yao Xulin untuk tinggal di istana sementara waktu sampai info tentang penyerang itu terkumpul.
"Yang Mulia, apakah anda sudah sembuh?, tabib bilang anda akan mengalami demam selama tiga hari. Apakah anda masih merasa tidak enak badan sekarang?" Tanya Yao Xulin dengan cemas.
Baru kali ini Xi Ji Lan terlihat seperti linglung untuk menjawab pertanyaan setelah Yao Xulin tiba-tiba memberikan pelukan dan mencemaskannya, bahkan yang membuatnya cukup terkesan adalah tentang Yao Xulin yang tidak tidur semalaman namun masih dapat bangun pagi dengan mencemaskan orang lain.
"Aku ..."
Jantung Xi Ji Lan berdetak kencang tiba-tiba. Wajahnya terasa panas saat ia tak sengaja menatap wajah Yao Xulin saat hendak menjawab pertanyaannya.
Tentu saja wajah tersipu itu langsung terlihat oleh Yao Xulin, sehingga Yao Xulin langsung menarik wajah Xi Ji Lan dan menempelkan dahinya dengan dahi Xi Ji Lan.
"Yang Mulia, anda masih demam!. Anda harus istirahat lagi" ucap Yao Xulin yang nampaknya salah paham meski hal itu menjadi benar karena Xi Ji Lan kembali mengalami demam setelah ia memaksakan diri melakukan peninjauan di pagi buta saat dirinya baru mendingan.
Yao Xulin membuat Xi Ji Lan berbaring lagi di kasur barak, ia juga bergerak cukup cekatan untuk mengambil obat.
Saat memperhatikan gerak gerik Yao Xulin yang cekatan, hanya ada satu wajah yang terbayang di benak Xi Ji Lan. Ia masih tidak bisa melupakan sosok Ling Yuan yang bagai hadir lagi dihadapannya. Xi Ji Lan bahkan mulai merasa sedikit frustasi dengan kehadiran Yao Xulin di hadapannya sehingga tanpa sadar ia melepaskan emosinya yang tertahan dan meluapkan sedikit perasaannya dengan membuat Yao Xulin terjatuh di atas tubuhnya.
Obat yang dibawa Yao Xulin akhirnya tumpah di baju Xi Ji Lan, namun kesalahan itu murni di anggap kesalahan Yao Xulin yang membawanya dengan tidak benar, padahal kenyataannya tangan Yao Xulin sempat ditarik sehingga ia jatuh. "O-obatnya ... Yang Mulia maaf, aku-" ucapan Yao Xulin terpotong saat Xi Ji Lan merubah posisi mereka. Ia mengukuh Yao Xulin dibawahnya dan menatapnya dengan sorot mata yang sulit dijelaskan sehingga Yao Xulin sangat terkejut dengan gerakan itu.
"Yang Mulia ..." gumam Yao Xulin. Ia todak mendapat apapun selain wajah dingin Xi Ji Lan yang sangat dekat dengan wajahnya.
Yao Xulin menjadi gugup, namun perasana itu juga dibarengi dengan perasaan takut. Yao Xulin masih ingat saat Xi Ji Lan mengukuhnya dan membuat dirinya menyebut nama Xi Ji Lan sebelum akhirnya Xi Ji Lan meninggal di masa lalu.
"Ya-Yang Mulia ... " pangil Yao Xulin takut-takut.
Xi Ji Lan pun akhirnya sadar dari ilusi yang ia ciptakan sendiri. Ia sadar jika Ling Yuan sudah meninggal. Ia sudah tidak ada lagi di dunia.
Terlepas dari siapa yang dibawahnya saat ini, Xi Ji Lan memilih tidak melihat apapun. Apakah itu Ling Yuan yang harus ia lupakan ataukah Yao Xulin yang mungkin bisa ia cintai untuk melupakan Ling Yuan.
Saat ini perasaan itu terus berkecambuk menjeratnya begitu erat. Nafas Xi Ji Lan menjadi tidak beraturan. Ia menatap Yao Xulin dengan dalam.
"Meski kau bukan dia, tapi ..." batin Xi Ji Lan.
"Aku adalah suami-mu, Yao Xulin. Ingat itu" lanjut Xi Ji Lan dengan bergumam pada Yao Xulin.
"Yang Mu-"
Hmph!.
Yao Xulin sangat terkejut. Xi Ji Lan tidak membiarkan Yao Xulin menyelesaikan kalimatnya karena ia telah membungkam bibir Yao Xulin. Meskipun tidak mengerti apa yang tengah terjadi tapi keduanya tidak bertanya dan membiarkan waktu berlalu.