***
"Ting Yan" panggil Xi Ji Lan.
"Ya, Yang Mulia. Anda membutuhkan sesuatu?"
Xi Ji Lan terdiam sebentar untuk menghilangkan keraguannya, "pergi awasi selir Yao. Mulai saat ini kau menjadi penjaga bayangannya"
Ting Yan tersenyum tipis, "Baik. Aku menerima perintah anda, Yang Mulia Xi"
Kejadian hari ini membuat Xi Ji Lan kini tau jika Yao Xulin berani melakukan hal-hal yang nekat tidak peduli seberbahaya apa itu. Jadi ia membuat Ting Yan menjadi penjaga bayangannya karena ia mempercayai sahabatnya itu. Terlebih, ia benar-benar tidak ingin Yao Xulin menghadapi bahaya.
Xi Ji Lan mengingat kembali kejadian beberapa tahun lalu saat api membakar kamar Ling Yuan di dalam istana karena ada penyusup dan karena berbagai masalah internal kerajaan lainnya yang membuat Ling Yuan terseret masuk kedalam jebakan sehingga Ling Yuan harus meninggal pada peristiwa itu.
Peristiwa itu meninggalkan Trauma pada Xi Ji Lan dan Ting Yan karena sebenarnya keduanya menyukai gadis itu, meskipun Ling Yuan hanya seorang pelayan, namun kesalahan yang diarahkan kepadanya membuat Xi Ji Lan juga Ting Yan marah sehingga mereka masih mencari tau penyebabnya untuk membersihkan nama Ling Yuan.
Xi Ji Lan mengingat kata-kata pertanyaan Yao Xulin tadi.
"Apakah kamu menyukaiku?"
Sejujurnya Xi Ji Lan benar-benar tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Ia masih belum bisa menghilangkan perasaan cintanya dari Ling Yuan, tapi ia sendiri juga telah bertekad untuk mulai melupakan Ling Yuan setelah ia dapat membersihkan namanya dan memulai dengan perasaan cinta yang baru.
Untuk saat ini, Yao Xulin tak lebih sekedar tempat untuk dirinya melarikan diri, dan karena ia tidak ingin menyakiti perasaan Yao Xulin, jadi ia membuat Yao Xulin untuk lebih baik membencinya, dengan begitu Xi Ji Lan akan merasa sedikit lega. Tapi tetap saja Xi Ji Lan harus bertanggung jawab karena ia telah menerima pernikahan keluarga Yao dan menikah dengan Yao Xulin dengan suatu tujuan lain juga.
Xi Ji Lan harus melibatkan Yao Xulin diam-diam untuk menyelesaikan kasus pembunuhan Ling Yuan, namun secara bersamaan ia juga harus melindungi Yao Xulin agar tidak terlibat. Karena itulah ia membuat Yao Xulin tinggal jauh di manor Xi.
***
Pusat Kota.
Yao Xulin pergi dari istana dengan perasaan kecewa, namun ia tidak ingin larut dan pergi bersenang-senang dengan membeli beberapa barang dan makanan untuk menghibur perasaannya.
"Kau punya kepala. Fikirkan sendiri!" Dumal Yao Xulin meniru kata-kata dan gaya Xi Ji Lan.
"Baik. Aku punya kepala dan bisa berfikir. Aku berfikir jika aku akan membuatmu menyukaiku sampai memohon padaku untuk tidak meninggalkanmu!" Dumal Yao Xulin. Tentu saja itu hanya ungkapan kesalnya. Yao Xulin tidak benar-benar akan melakukan hal itu.
Tapi, disisi lain. Yao Xulin sudah dapat menyimpulkan jika Xi Ji Lan nampaknya memang tidak menyukainya.
Yao Xulin menjadi semakin penasaran, apa yang mendorong Xi Ji Lan datang padanya untuk menolongnya.
Yao Xulin juga memikirkan kata-kata Ting Yan saat itu yang mengatakan jika Xi Ji Lan mencintainya.
"Bagaimana ia bisa tau jika Xi Ji Lan mencintaiku?" Batin Yao Xulin.
Saat mengingat tentang Ting Yan di masa lalu, perasaan Yao Xulin jadi bertambah buruk. Namun ada hal lainnya juga yang Yao Xulin ingat sejak ia mengenal Ting Yan.
"Ting Yan pernah berkata kalau dia sebenarnya sudah mengawasiku sejak lama dan menjadi penjaga bayanganku ... tapi, orang itu tidak mengatakan alasannya."
"Sejak lama itu sejak kapan tepatnya?"
Yao Xulin semakin kesal jika terus mengingat tentang Ting Yan. Sejak Ting Yan mendekatinya di masa lalu, Yao Xulin masuk kedalam jebakannya.
Yao Xulin meremas pakaiannya. Ingin rasanya ia menghapus semua ingatan masa lalunya, terutama tentang Ting Yan yang Yao Xulin biarkan menyentuhnya.
"Bodoh. Aku benar-benar buta!" Batin Yao Xulin. Ia merasa sangay bersalah. Meski Xi Ji Lan tidak memiliki perasaan, namun ia tetap suaminya dan orang pertama yang seharusnya mendapatkan tubuhnya untuk disentuh.
"Ting Yan sial. Aku pasti akan membunuhmu!" Batin Yao Xulin, tapi tentu saja di kehidupannya saat ini semua hal itu belum terjadi, jadi ia tidak memiliki alasan yang kuat untuk membunuh Ting Yan. Yao Xulin bahkan masih harus mencari tau penyebab kenapa Ting Yan begitu membenci Xi Ji Lan, padahal mereka berdua telah menjadi sahabat begitu lama.
"Masalah mereka. Aku harus mengetahuinya" gumam Yao Xulin.
Sementara itu. Tepat di dekat bangku yang berhadapan, Ting Yan dapat dengan jelas memperhatikan Yao Xulin tanpa harus diketahui karena semua tempat duduk dalam kedai memiliki pembatas.
Ting Yan tersenyum, "jadi begitu. Pantas saja Xi Ji Lan mau menerima pernikahan dengan selir Yao ... siapa sangka jika sikap dan wajahnya memiliki sedikit kesamaan dengan Ling Yuan" gumam Ting Yan.
"Ingin melupakan tapi tidak bisa melupakan. Sungguh naif" lanjut Ting Yan. Ia benar dalam menilai sahabatnya yang sudah menjadi kaisar Xi saat ini. Seseorang yang dingin namun aslinya sangat peduli, juga seseorang yang selalu mencoba melarikan diri namun nyatanya ia tidak ingin meninggalkan tempat nyamannya. Tentu saja Ting Yan adalah orang yang sangat tau jika Xi Ji Lan masih mencintai Ling Yuan, begitu juga dengan Ting Yan. Tapi, seseorang yang sudah meninggal tidak dapat hidup lagi, mau tidak mau Ting Yan adalah orang pertama yang dapat melepaskan kepergian Ling Yuan.
Namun jika mengingat sikap Xi Ji Lan yang begitu naif. Ting Yan akan selalu menjadi kesal. Pasalnya dirinya sendiri tau jika saat itu Ling Yuan mengatakan jika dirinya menyukai Xi Ji Lan, sayangnya Xi Ji Lan memiliki sikap yang dingin sehingga Ling Yuan tidak pernah mengungkapkan perasaannya, ditambah karena perbedaan status mereka. Ling Yuan memilih mengatakan itu kepada Ting Yan dan tanpa sadar melukai hati Ting Yan yang sebenarnya juga mencintai Ling Yuan.
Karena hal ini, Ting Yan pun tidak mengatakan kebenaran hatinya pada Ling Yuan dengan mengurungkan perasaannya. Tapi Ting Yan begitu menyesal tidak mengatakan perasaannya setelah Ling Yuan meninggal. Seharusnya ia tetap mengatakannya meski Ling Yuan tidak akan menerimanya, setidaknya ia sudah membebaskan perasaannya.
Tapi yang terjadi saat ini justru semakin membuat Ting Yan semakin kesal dengan Xi Ji Lan yang tidak bisa melupakan sosok Ling Yuan. Ditambah Xi Ji Lan mampu melihat Yao Xulin seperti melihat Ling Yuan. Karena hal itu Ting Yan benar-benar tidak habis fikir dengan sahabat es dinginnya itu.
"Bagaimana bisa ia melihat Xiao Yuan sama dengan Yao Xulin?. Mereka bahkan dua orang yang berbeda meski wajah mereka sama sekalipun!" Batin Ting Yan. Ia ganpa sengaja menggebrak meja dan membuat Yao Xulin yang duduk di ruang sebelah terkejut.
"A-apa itu?, orang mabuk?" Batin Yao Xulin. Ia segera menyudahi makannya dan pergi dari sana.
Matahari telah terbenam dan Yao Xulin akhirnya sampai di Manor Xi. Untungnya tidak ada yang mencurigai jika dirinya keluar, meski itu tidak mengubah fakta jika Xi Ji Lan telah mengetahuinya yang bersikap seperti kucing liar.
"Nona, akhirnya anda kembali. Aku sangat mencemaskan anda!" Ujar Mei Lin yang langsung datang menyambut dari pintu belakang.
"Apa yang kau cemaskan?, lihat aku tidak apa-apa"
"Baik jika kau tidak apa-apa Nona, aku akan menyiapkan air hangat untuk anda"
"Um"
Manor Xi - Paviliun Xingyun.
Yao Xulin mulai menikmati waktu berendamnya di dalam kolam air hangat yang dipenuhi oleh lilin aroma dan kelopak bunga yang segar serta beberapa camilan yang ia beli sebelumnya di pusat kota untuk ia makan. Tentu saja ia hanya membuat santai tubuhnya tapi tidak dengan isi kepalanya yang terus berlarian kesana kemari.
"Jika aku tidak tau sejak kapan Ting Yan mulai mengawasiku, maka aku bisa menyelidikinya!" Gumam Yao Xulin. Ia berusaha mengingat saat ia mulai bertemu dengan Ting Yan sampai mereka menjadi akrab satu sama lain.
"Jika tidak salah ... saat itu aku bertemu dengan Ting Yan saat aku berada dalam masalah" gumam Yao Xulin, namun ia tidak terlalu ingat masalah apa yang membuat Ting Yan datang untuk menolongnya.
Tapi Yao Xulin adalah seseorang yang cukup cerdas dan berani berbuat nekat. Jika tidak ada masalah yang datang maka ia hanya perlu mendatangi masalah agar Ting Yan datang menolongnya.
"Bagus ... aku akan membuat pria sial itu menolongku sampai kehabisan nafas!" Dumal Yao Xulin yang berencana sedikit memberi pelajaran pada Ting Yan.
Setelah masalah satu terpecahkan, Yao Xulin masih memikirkan masalah lainnya yang harus ia selesaikan seperti mencari tau tentang masalah di antara Xi Ji Lan dan Ting Yan.
"Sebenarnya masalah apa yang mereka miliki sampai-sampai Ting Yan terlihat sangat membenci Xi Ji Lan?, bahkan ia tidak mengakui Xi Ji Lan sebagai sahabatnya lagi, tapi saingannya di masa lalu" gumam Yao Xulin. Ia terdiam cukup lama untuk berfikir sambil melihat rasi bintang di langit.
Sebuah rasi bintang terlihat banyak, namun yang paling jelas adalah saat ia melihat ada tiga bintang yang berjejer berdekatan dan bulan yang begitu terang sehingga Yao Xulin sedikit menebak-nebak.
"Apakah ini ada kaitannya dengan masa lalu mereka?, masalah internal keluarga kerajaan ... tapi Ting Yan bukanlah keturunan kerajaan."
"Tahta?" Gumam Yao Xulin yang menebak jika Ting Yan di masa lalu mungkin tengah merencanakan pemberontakan dan ingin merebut tahta kerajaan Xi.
Sementara Yao Xulin membersihkan dirinya sambil berfikir, Ting Yan pun mengirim pesan pada Xi Ji Lan jika selir Yao sampai ke Manor dengan keadaan baik-baik saja.
***
Istana Xi - Paviliun Yun Xi.
Xi Ji Lan pergi ke kamarnya setelah mendapatkan pesan dari Ting Yan. Ia pun segera melakukan meditasi yang sempet keluar dari jadwalnya karena kedatangan Yao Xulin kepadanya yang tidak ia ketahui maksudnya. Saat ini Xi Ji Lan hanya dapat mengambil kesimpulan atas tindakan Yao Xulin jika dirinya ingin kembali membujuk dan menambahkan dirinya untuk tinggal di istana.
Xi Ji Lan menggelengkan kepalanya. Kata-kata dari Yao Xulin masih menggema mengusiknya tentang pertanyaan Yao Xulin yang menanyakan perasaan Xi Ji Lan padanya.
"Apakah selir Yao memiliki perasaan padaku?, tapi aku dan dia bahkan baru bertemu di aula pernikahan. Kenapa pertanyaannya sedalam itu?" Gumam Xi Ji Lan.
Ingat untuk meditasi setiap bulan purnama pertama untuk menambah waktu ....
Xi Ji Lan menghela nafas berat lalu memulai meditasi yang tidak bisa lagi ia tunda waktunya.