Sore hari yang cerah, dua orang gadis remaja tengah berjalan di sebuah mall. Mereka adalah Chika dan Mayang. Paras keduanya cantik dengan postur tubuh yang sama. Chika bersifat sedikit genit, sedangkan Mayang sedikit serius. Keduanya adalah gadis yang supel dalam pergaulan. Keduanya bertemu di suatu sekolah dasar yang sama di Jakarta.
---Masa SD---
Ketika itu, Chika kecil tengah diantar ibunya mendaftar di sebuah sekolah dasar. Chika kecil begitu ceria ketika ikut ibunya masuk ke Sekolah Dasar di hari pertama. Dia masuk ke dalam kelas, dan langsung duduk di sebelah gadis pendiam.
"Hai, aku Chika, kamu siapa?" tanya Chika yang begitu ceria mendapat teman baru.
Mayang hanya diam. Dia masih malu-malu. Chika yang kala itu penasaran terus mengajaknya berbicara.
"Koq kamu diam?" tanya Chika.
Guru yang melihat Chika masih berbicara menghampirinya. Dia mendekati Chika.
"Chika, dari tadi kamu saya absen koq terus bicara? Kamu kenapa?" tanya gurunya.
Chika terkejut ketika melihat ibu gurunya di dekatnya. Dia begitu gugup.
"M—Maaf, Bu. Chika gak akan mengulanginya," kata Chika dengan perasaan takut.
Ibu guru itu memakluminya. Dia kembali ke depan kelas dan mulai memberikan materi pelajaran. Chika yang terkenal cerdas dengan cepat menyerap pelajaran yang di berikan ibu gurunya. Dan, tanpa terasa jam istirahat tiba. Semua anak keluar kelas.
Chika yang merasa penasaran pada Mayang teruis mendekatinya. Di luar kelas, dia datangi Mayang yang duduk sendiri di taman depan sekolah.
"Eh, boleh duduk di sini?" tanya Chika.
Mayang hanya mengangguk. Dia membuka tasnya dan mengambil bekal makanan yang dibawakan orang tuanya. Chika yang merasa penasaran mengintip bekal makanan yang di bawa Mayang.
"Loh, kamu kan sudah ada bekal. Koq masih ngelihatin punyaku?" tanya Mayang tiba-tiba.
"Uhm, bekal itu sepertinya enak," kata Chika.
Mayang tersenyum manis. Dia membalas perbuatan Chika.
"Eh, kamu udah lihat bekalku. Sekarang aku lihat dong bekalmu," balas Mayang.
Chika dengan malu-malu membuka bekalnya.
"Itu juga enak, Chika. Aku tertarik pingin cobain," balas Mayang yang tanpa malu-malu mengambil sepotong daging paru di bekal Chika.
Mayang langsung memakannya. "Eh, beneran. Masakan ibumu enak sekali. Cobain deh."
Chika yang hendak memakan daging itu tak kebagian. Lauknya hanya satu dan habis di makan Mayang.
"Yah! Tinggal nasi sama sayur," sesalnya dalam hati.
Mayang tersenyum melihat Chika yang tampak begitu sedih karena sepotong daging yang merupakan lauknya dia makan. Dengan sukarela, Mayang memberikan sepotong daging miliknya pada Chika.
"Uhm, Chika. Ambil punyaku. Sebagai ganti dari milikmu," kata Mayang memberikan sepotong daging di bekalnya.
Chika tersenyum manis. Dia merasa sangat senang dengan pemberian Mayang.
"Terima kasih, … uhm … ," kata Chika terputus karena belum tahu nama temanya.
"Oh ya. Aku Mayang. Maaf, tadi aku hanya diam karena guru sudah mulai masuk," kata Mayang memperkenalkan diri.
"Oh, terima kasih, Mayang. Senang aku mengenalmu," balas Chika.
Mereka berdua kembali melahap makan siangnya. Sejak perkenalan itu, persahabatan Chika dan Mayang kian akrab. Mereka kerap bermain bersama di sekolah. Dan dari perkenalan itu, Chika sering kali bermain ke rumahMayang, dan sebaliknya. Kedua orang tua Chika dan Mayang pun akhirnya berteman akrab.
---Masa SD---
Waktu terus berjalan. Kedua gadis itu tumbuh menjadi seorang remaja yang cantik dan pintar.
Mayang tumbuh sebagai remaja yang sangat supel dalam bergaul. Selain cantik dan cerdas, Mayang berpenampilan modis. Karena penampilannya yang modis, dia banyak dilirik oleh lawan jenisnya.
Sedangkan Chika tumbuh menjadi gadis kutu buku yang berkaca mata. Dia kerap menyembunyikan kecantikannya dengan pakaian sederhana, namun tetap saja banyak pria yang mencintainya.
Waktu terus berjalan. Mayang dan Chika tetap bersahabat dan sekolah di sekolah yang sama hingga kelas 9. Ketika kelas 10, Mayang dan Chika berlainan sekolah. Mayang bersekolah di SMA 40 Jakarta dan Chika bersekolah di SMA 53 Jakarta. Kendati berbeda sekolah, mereka tetap saling mengunjungi dan saling memberi kabar.
Di sebuah mall, kedua sahabat ini tengah makan di sebuah foodcourt. Mereka melapas kerinduan setelah sama-sama menjalani UAS.
"Eh, Mayang. Bagaimana ujian UAS mu?" tanya Chika.
"Uhm, aku bisa semuanya, tapi aku paling gedek itu ujian IPS. Mana gurunya killer lagi," keluh Mayang.
"Ciye … ciye. Kamu tuh, lagaknya pusing, eeeh tahu tahu dapat nilai B," canda Chika.
"Ih, beneran lagi. Nilai IPS ku merosot. Terutama kena pelajaran Anthropologi. Widih! Ampuuun," balas Mayang.
Chika tersenyum simpul. Dia hendak menggoda Mayang.
"Kayaknya, kamu butuh kencan buta deh," goda Chika.
"Eleh-eleh … Chika. Kamu ini loh, ada-ada saja," balas Mayang sambil tersenyum.
Ketika tengah bercakap-cakap, Mayang di kejutkan dengan suara di hpnya. Suara kucing mengeong itu membuat Chika merasa malu. Dia buru-buru mengangkat teleponnya.
"Hai sayang, kamu lagi ngapain?" tanya suara seorang di seberang telepon.
"Duuuh, aku lagi di Mall. Eh, please. Jangan panggil sayang dong. Kita kan hanya berteman," balas Chika.
"Sayang, jangan gitu dong. Aku kan sebentar lagi lulus SMA. Bakalan kangen sama kamu," balas suara di hpnya.
"Ih, udah deh, Kak Ferry, Chika malu nih kakak panggil Chika sayang," katanya berbisik sambil memandangi Mayang yang tersenyum ke arahnya.
Ferry terus menggoda Chika melalui telepon. Chika yang tak menyadari kehadiran Ferry terus saja berbicara dengannya. Dan ketika telepon ditutup, Ferry yang telah berada tak jauh dari Chika berjalan mengendap-endap dan mengageti Chika.
"Lhaaa … kita ketemu kan?" sapa Ferry pada Chika.
Chika yang tengah meminum es cendol terbatuk. Wajahnya memerah menahan perih di tenggorokannya.
"Uhuk! … Uah!... Aduh, Fer. Kamu tuh ngagetin aja," kata Chika menatap Ferry.
Mayang tersenyum melihat Chika yang memerah wajahnya. Dalam hati, dia berkata, " Loh, cowok ini keren juga. Koq Chika gak mau?"
Ferry tanpa diminta langsung bergabung dengan mereka. Namun, dia tak lama di sana. Ternyata, Ferry tengah menunggu temanya yang hendak membeli perangkat computer.
Setelah melihat temannya keluar, Ferry langsung mohon diri. Dia hampiri temanya dan berjalan keluar dari Mall. Sepeninggal Ferry, Kembali Chika dan Mayang bercakap-cakap.
"Chika. Ferry itu keren loh. Dan, sepertinya dia pintar. Kamu kenapa sih koq gak mau nerima cinta dia?" tanya Mayang.
Chika tersenyum manis. Dia benarkan kacamatanya sejenak.
"Mayang, aku mau fokus dengan pelajaran di sekolah dulu. Aku mau kejar cita-citaku," kata Chika.
Mayang manggut-manggut. Chika balik bertanya pada Mayang.
"Oh ya, Mayang. Bagaimana dengan kamu? Koq bisa nilai IPS mu merosot?" Chika balik bertanya.
Mayang terdiam sejenak.
"Uhm … aku …. " Pembicaraannya terputus setelah handphonenya berbunyi. Mayang beranjak dari duduknya.
"Chika, sebentar ya. Ada sedikit bisnis," kata Mayang dengan senyum tersungging.
Chika yang mengerti tabiat Mayang hanya mengangguk. Dia mengangkat telepon itu, dan ternyata kekasihnya tengah menghubunginya.
"Ya, Say. Aku lagi di mall ama temenku," kata Mayang menjawab telepon dari kekasihnya.
"Uhm, nanti pulang aku jemput ya," kata cowoknya dari balik telepon.
"Uhm, mendingan kamu kesini deh, tamanin aku," balasnya.
Cowok itu diam sejenak. dan, tak lama kemudian dia menyetujui usulan Mayang. Setelah itu, Mayang menutup teleponya. Dia kembali duduk di depan Chika yang tengah membaca buku.
Chika yang melihat Mayang kembali menemuinya langsung menutup bukunya, dan memasukkan ke dalam tasnya. Mereka pun kembali melanjutkan obrolan mereka. Berawal dari pelajaran, hingga seputar cowok.
"Eh, Chika. Kamu tuh ya, seharian emang hanya baca buku gitu? Apa kamu gak pingin jalan sama cowok sesekali?" tanya Mayang.
"Uhm, ya gak juga sih. Tapi, di waktu senggang aku lebih suka baca buku ketimbang jalan-jalan. Entah kenapa aku begitu suka baca," kata Chika.
"Emang, gak ada cowok yang coba dekatin kamu?' tanya Mayang.
"Ada, sih. Salah satunya ya itu tadi, kakak kelasku. Tapi, koq aku ngerasa terlalu cepat sih untuk jatuh cinta. Berulang kali dia dekati aku, hanya saja aku taka da sedikitpun rasa kepadanya," jawab Chika.
Mayang hanya menggelengkan kepalanya.
"Yah, sayang sekali, Chika. Tapi, itu sih terserah kamu," kata Mayang.
Chika yang begitu penasaran pada temannya langusng balik bertanya.
"Oh ya, Mayang. Bagaimana dengan kamu?" tanya Chika.
Mayang tersenyum manis.
"Aku sudah sering berganti cowok. Tadi yang telepon aku itu cowok keempatku," kata Mayang.
"What?" Chika membelalakkan matanya.
Mayang hanya tersenyum melihat Chika terkejut.
"Ya elah, Chika. Kamu tuh, bener-bener dhasyat. Waktu SMP aja, kamu udah ganti cowok sampai tujuh kali. Emang, kenapa sih kamu sering gonta-ganti cowok?" tanya Chika.
Chika tersenyum simpul.
"Yah, namanya masih remaja. Mumpung banyak yang suka, ya sekali-kali lah diturutin maunya cowok itu. Jujur, dari semuanya aku mulai serius dengan Davis, cowokku yang sekarang," kata Mayang.
Chika hanya manggut-manggut. Tak lama kemudian, Davis mendatangi Mayang. Dengan mesra, dia merangkul Mayang.
"Sayang, kenalin. Ini temanku. Chika namanya," kata Mayang memperkenalkan Chika.
Davis memandangi Chika sejenak. Dengan senyum manis, dia berkenalan dengan Chika. Mereka bertiga duduk di meja food court itu dan terlibat dalam sebuah percakapan. Mereka bertiga tampak begitu akrab.