Tak terasa, liburan kenaikan kelas telah berakhir. Pagi itu sebelum bel masuk kelas, Chika memasuki kelas barunya. Dilihatnya, beberapa pasang mata pria memandanginya. Seorang teman sekelasnya yang terkenal tajir itu terus memandanginya.
"Eh, lihat. Tuh anak kan dari kelas XI.A," kata Bowo, satu orang dari gengnya Reno.
Reno memandanginya. Dilihatnya penampilan Chika tampak culun. Namun, Reno begitu tertarik. Dia langsung mendekatinya.
"Hai. Gue Reno," kata Reno yang dengan percaya diri mengajaknya berkenalan.
Chika tersenyum manis. Reno mengajaknya bersalaman. Chika dengan tenang menanggapinya.
"Gue Chika," balas Chika singkat.
Reno langsung duduk di bangku sebelahnya. Dia mengajak Chika mengobrol.
"Chika, lo udah ada gebetan?" tanya Reno.
Chika hanya tersenyum sambil mengangguk. Reno tersenyum senang. Dia yang terkenal playboy mulai melancarkan rayuan mautnya.
"Chika, gue tertarik sama lo. Gue ingin kenal lebih dekat. Uhm … nanti siang kita ke kantin yuk. Gue traktir, deh," ajak Reno dengan percaya diri.
Sejenak, Chika berfikir. Dia pandangi Reno dengan senyum manisnya. Setelah agak lama, Chika akhirnya menjawab.
"Oke. Gue mau, tapi hanya antara loe dan gue. Gue gak suka kalo loe ajak temen geng loe. Jujur, gue suka keheningan," balas Chika.
Reno tersenyum senang. Dalam hati, dia berteriak kegirangan. "Yess!! Akhirnya gua bisa dekat ama nih cewek."
Tak lama kemudian, bel masuk kelas berbunyi. Para murid berbaris di lapangan untuk mengikuti upacara bendera karena hari senin. Seluruh SMA di Indonesia selalu mengadakan upacara bendera di hari senin,
Sementara, di sekolah Raymond, menjelang upacara selesai tampak beberapa polisi masuk ke sekolah. Mereka memberikan sebuah pidato mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba.
Raymond yang kelelahan setelah upacara menggerutu.
"Ya elah! Ada pak Polisi pidato," katanya pada teman sebelahnya.
"Ya, Bhro. Kenapa di setiap upacara selalu ada liputan 6 pagi?" gerutu teman sebelahnya.
"Psst! Kali aja Bu Reny tuh ngedaftar presenter berita kriminal," kata teman di belakangnya.
Raymond menahan tawanya. "Dion, lo ini bisa aja. Terus, kalo ternyata Bu Reny jadi presenter, lo jadi apanya?"
Dion berbisik pada Raymond, "Gue jadi penonton aja."
Raymond tersenyum mendengar jawaban Dion. Setelah pidato selesai, beberapa anggota polisi memasuki kelas untuk menggeldah tas semua siswa.
Dan tak lama kemudian, seorang anggota polisi menemukan berbagai benda yang tak pantas di bawa oleh siswa. Bahkan, seorang polisi menemukan beberapa siswa membawa alat kontrasepsi dan tissue magic.
Seorang polisi langsung memanggil nama siswa yang kedapatan membawa benda tersebut.
"Bagi yang namanya di panggil, mohon segera maju ke depan," kata seorang polwan.
Polwan itu mengumumkan nama-nama siswa yang kedapatan membawa benda-benda itu. Raymond pun di panggil ke depan. Dia terkejut ketika namanya di sebutkan.
"Ray, lo kena kasus apa?' tanya Dion.
"Entah, gue juga bingung. Kenapa gue di panggil ya?" tanyanya.
Raymond segera maju ke depan. Setelah semua siswa yang bermasalah di panggil, mereka di gelandang ke kantor guru. Di sana, Raymond terkejut melihat hpnya di pegang kepala sekolah.
"Raymond! Apa maksudmu menyimpan video ini?" tanya kepala sekolah sambil menunjukkan hpnya.
Raymond terkejut ternyata ada file film porno di hpnya.
"Lho, Pak. Kok bisa ada itu?" Raymond balik bertanya.
"Eeeh … dasar badung! Saya ini bertanya, kok kamu balik bertanya?" bentak kepala sekolahnya.
"Pak, beneran saya gak tahu ada itu. Sumpah pak!" kata Raymond membela diri.
Kepala sekolahnya menatap tajam Raymond. Dilihatnya kesungguhan di wajahnya. Kepala sekolah itu tampak melihat-lihat sekitar. Setelah tak ada yang melihatnya, dia menyuruh Raymond menutup pintu.
Setelah menutup pintu, kepala sekolah itu tiba-tiba begitu ramah pada Raymond.
"Duduk sini, Raymond," perintah kepala sekolahnya.
Raymond menurut. Setelah duduk, kepala sekolah yang terkenal killer itu tersenyum kepada dirinya.
"Ray, kamu belum waktunya nonton film ini. Tapi, omong-omong ini yang jadi pemeran ceweknya cakep banget. Dan, wow … Bapak minta ya. Buat koleksi," kata Kepala Sekolahnya pada Raymond.
"Apa? Buat koleksi? Jadi bapak suka?" kata Raymond keheranan.
"Psst! Jangan keras-keras." Kepala Sekolah memberikan isyarat pada Raymond untuk tetap berbisik.
Raymond mengerti. Lalu, kepala sekolah itu menunjukkan koleksi film di hpnya. Raymond hanya menganga keheranan.
"Buset dah!" katanya dalam hati.
"Nah, koleksi bapak bagus juga, kan?" katanya dengan suara lirih.
Raymond hanya tertegun. Dalam hati, dia berkata, "Ya elah! Baru tahu gue kalo si kakek cangkul ini ternyata maniak bokeb."
Raymond berusaha menahan tawanya. Ketika tengah terdiam, kepala sekolah itu menepuk pundak Raymond. Dia serahkan hpnya.
"Ingat, ini rahasia kita. Jangan sampai bocor. Dan, jangan lupa, kalo ada lagi langsung saja kabari saya, oke?" kata kepala sekolah itu dengan nada ramah.
Raymond hanya tertegun memandangi kepala sekolahnya. Dia haya diam dan mengangguk, lalu segera pergi dari ruangan itu.
Sesampainya di kelas, teman-temannya menanyainya.
"Bhro, lo tadi kenapa? Kok di panggil ama Kakek Cangkul?" tanya Dion.
"Tahu! Ada yang kirim bokep ke hp gue," kata Raymond dengan wajah jutek.
Dion terkejut. Dia memandangi Raymond. "Terus, lo di hukum apa?"
Raymond hanya menggeleng. Dia pandangi Dion. Sejenak, Raymond berfikir untuk menceritakan kebiasaan kepala sekolahnya, namun dia urungkan.
"Uhm … gua hanya diingetin aja koq," kata Raymond langsung duduk di bangkunya.
Tak lama kemudian, wali kelas Raymond masuk. Karena hari pertama masuk sekolah, pagi itu pelajaran tidak penuh. Kebanyakan kelas berisi tanya jawab mengenai pelajaran bahasa Indonesia.
Sementara itu di SMA lain, Mayang tengah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dia begitu serius mengikuti pelajaran di sekolahnya. Tak terasa, jam istirahat telah tiba. Mayang segera keluar kelas dan langsung menuju ke kantin.
Ketika duduk sendiri, seorang cowok datang mendekatinya.
"Uhm … Maaf. Boleh duduk di sini?" tanya cowok itu.
Mayang tertegun. Dilihatnya cowok itu. Ternyata, dia begitu tampan dengan wajah khas timur tengahnya.
"Oh … I—Iya, Silahkan," jawab Mayang yang tersadar dari lamunannya.
Cowok itu duduk di depanya. " Saya Riyadh, pindahan dari Malang, Jawa Timur," kata cowok itu memperkenalkan diri.
Mayang tersenyum manis. Dia terima juluran tangan cowok itu. "Gue Mayang."
Akhirnya, mereka berdua langsung memesan makanan di kantin itu. Sambil menunggu, Mayang dan Riyadh terlibat dalam sebuah percakapan.
"Uhm, lo di kelas mana? Kok gue belum pernah lihat lo?" tanya Mayang.
"Oh, aku sebenarnya di kelas XI-E. cuman tadi ketiban apes. Waktu berangkat kemari, ban motorku bocor," kata Riyadh.
Mayang manggut-manggut. Dia yang penasaran dengan Riyadh kembali bertanya.
"Maaf, koq lo sepertinya bukan orang …." Mayang menatap wajah Riyadh sambil mengamatinya.
"Uhm … Iya. Asalku dari Maroko. Sebenarnya, ayahku dinas di Indonesia. Dulunya sih di Kota Malang. Lalu, pindah kemari," kata Riyadh.
Mayang mengerti. Dia sejenak tersenyum kepada Riyadh yang tampak canggung. Tak lama kemudian, hidangan yang mereka pesan datang. Mereka menikmati hidangan di kantin itu sambil saling mengenal. Namun, Mayang tak menyadari ada sepasang mata yang mengawasinya.
Rupanya, Davis terbakar cemburu melihat keakraban Mayang dengan Riyadh.
"Siapa sih cowok itu? Kok gue rasanya belum tahu siapa dia?" tanyanya dalam hati.
Davis terus mengawasi mereka dengan tatapan tajam. Sementara, di kantin Riyadh tampak akrab dengan Mayang. Di tengah percakapan, Mayang iseng bertanya pada Riyadh.
"Riyadh, kamu waktu di Malang pernah … uhm … pacaran gitu?" tanya Mayang.
Riyadh hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Mayang yang penasaran kembali bertanya.
"Kenapa?" tanya Mayang.
"Aku sudah bertunangan, Mayang. Tunanganku ada di Maroko," kata Riyadh.
Mayang tampak kecewa. "Yah … nasib. Kirain gua bisa buat nih cowok cadangan, ternyata udah tunangan."
Mayang terdiam sejenak. Riyadh yang keheranan menjentikkan jarinya. Ctakk! Mayang pun terkejut. Dia segera tersadar dari lamunanya.
"Ayo, segera di habisin. Ntar keburu masuk kelas loh," kata Riyadh.
"Uhm … oke," kata Mayang segera menghabiskan hidangan itu.
Tak lama setelah hidangan itu habis, Mayang dan Riyadh beranjak meninggalkan kantin dan berjalan ke kelasnya. Sambil berjalan ke kelasnya, Mayang dan Riyadh bercakap-cakap.
Mereka tampak begitu akrab, sehingga menimbulkan kecemburuan pada Davis yang kala itu adalah kekasih Mayang.
Di sekolah lain, Raymond yang tengah makan bakso di kantin di kejutkan dengan kehadiran Shely.
"Sayang, aku temani ya," rayu Shely.
Raymond yang tengah makan bakso tersedak.
"Uhuk! Uhuk!" Raymond yang batuk wajahnya memerah.
Buru-buru Shely mengambilkan air putih, dan membantu Raymond meminumnya sambil memijat pundaknya. Beruntung Raymond akhirnya baik-baik saja. Wajahnya memerah karena selain tersedak bakso, dia juga tersedak sambal.
"Ya elah, Shel. Lo kenapa sih panggil gue sayang lah, honey lah. Emangnya gue ini balita?" kata Raymond dengan nada sewot.
Shely tertawa ringan mendengar jawaban Raymond.
"Terus, lo mau gue panggil apa? Manis?" tanya Shely menggoda Raymond.
"Ya elah. Kok makin menurun pangkat gue? Tadi dianggap balita, eh sekarang malah dianggap kucing," kata Raymond dengan bibir manyun.
Shely tertawa mendengar tanggapan Raymond. Dia lantas menanyakan kejadian yang menimpanya ketika upacara bendera
"Ray, tadi lo kenaps? Koq dipanggil kepala sekolah?" tanya Shely.
"Uhft! Gara-gara video bokeb. Tauk siapa juga yang tega ngisi hp gue bokebh," kata Raymond dengan nada jengkel.
Shely terkejut. Dia tahu kepala sekolahnya terkenal keras.
"Nah loh. Terus, lo gak di hukum ama Pak Kepsek?" tanya Shely.
"Untungnya kagak. Gue cuman diingetin aja kok," jawab Raymond.
Shely hanya manggut-manggut. Tak lama kemudiam, bel tanda masuk berbunyi. Shely dan Raymond segera masuk ke dalam kelasnya masing-masing.