Setelah semuanya dirasakan selesai, Aliza dan Seroja berpamitan dengan Kania untuk kembali pulang ke rumah. Kania mengantarkan Aliza dan Seroja hingga ke tempat parkiran motor.
"Terima kasih atas bantuanmu Kania, juga untuk diskon khusus yang telah kau berikan untuk kakakku Seroja," ucap Aliza sambil mengenakan helm.
"Tidak masalah kok Aliza, aku dengan senang hati melakukannya," ucap Kania sambil tersenyum.
Kedua bola matanya terus menatap ke arah Seroja, ada kerinduan dalam tatapannya tersebut. Sebab pada saat Rembulan dulu masih hidup, dia sangat dekat dengan Kania. Sehingga pada saat Kania melihat Seroja, dia jadi teringat dan merasa Rindu dengan almarhumah Rembulan.
"Kami pulang dulu ya, Kania, assalamualaikum!" pamit Aliza sambil menyalakan mesin motor. Kemudian dia nelambaikan tangan kepada Kania, lalu mengendarai motor tersebut meluncur di jalan raya.
"Waalaikumsalam!" sahut Kania sambil membalas lambaian tangan Aliza kepada dirinya.
***
Jam, 18:00 WIB
Akhirnya mereka pun tiba di rumah, Aliza langsung memasukkan motornya ke garasi. Bertepatan dengan suara adzan Magrib berkumandang. Sedangkan Seroja berjalan menuju ke kamarnya.
Saat di dalam kamar, Seroja melihat Mbok Kantil sedang meringkuk di atas tempat tidur, dengan menggunakan selimut, dia tampak menggigil kedinginan.
"Mbok Kantil kenapa? Apakah Mbok Kantil sakit?" tanya Seroja merasa khawatir. Lalu dia pun duduk di samping tempat tidur, sambil memegang kening Mbok Kantil memeriksa suhu badannya.
"Iya Mbak Seroja, badan Mbok Kantil terasa meriang, situasi di rumah ini sungguh membuat Mbok Kantil tidak nyaman sekali. Sebab Pak Haji Ibrahim juga Mbok Jum, selalu mengerjakan ibadah salat dengan rajin. Bahkan suara murotal Al Qur'an selalu berbunyi di rumah ini tanpa henti, dari sebuah radio kecil yang berada di ruang tengah. Kuping Mbok Kantil terasa panas, jadi sakit sekujur badan!" jawab Mbok Kantil menjelaskan dengan bibir bergetar karena meriang.
"Aku mengerti apa yang kau rasakan, Mbok. Sebab aku juga merasa demikian, apalagi pada saat pertama kali datang. Kalau sekarang aku sudah dapat lebih bisa mengendalikan diri, dan sedikit lebih bisa beradaptasi dengan segala sesuatunya di rumah ini. Sebaiknya, sekarang kita langsung pulang saja ke rumah ya, kita pamit kepada Bapak. Agar jangan sampai Mbok Kantil sakitnya keterusan, nanti malah jadi repot semuanya," ucap Seroja akhirnya memutuskan.
Mbok Kantil tidak menjawab, dia hanya menganggukan kepalanya sedikit tanda menyetujui keputusan Seroja. Kemudian Seroja pun berjalan keluar kamar, untuk menemui Pak Haji Ibrahim di kamarnya.
Tok tok tok!
"Assalamu'alaikum! Pak, apakah Bapak di dalam?"
"Waalaikumsalam, masuk saja, Nak!"
Mendengar jawaban dari Pak Haji Ibrahim, Seroja pun segera membuka pintu dan masuk ke dalam. Dia melihat Bapaknya sedang duduk di atas sajadah, sambil membaca Alquran. Tampaknya Pak Haji Ibrahim, baru saja selesai mengerjakan Ibadah salat magrib.
"Maaf, aku mengganggu, Pak," ucap Seroja sambil duduk di samping Bapaknya.
"Tidak apa-apa, memangnya kok ada perlu apa, Nak?" tanya Pak Haji Ibrahim sambil menutup Alquran yang berada di tangannya, lalu tersenyum memandang Seroja.
"Aku mau pamit sama Bapak, ingin pulang mengantarkan Mbok Kantil ke rumah. Sebab saat ini Mbok Kantil sedang tidak enak badan, tiba-tiba saja dia meriang. Makanya sebelum pulang ke rumah nanti, rencananya aku ingin mampir dulu ke dokter untuk berobat," tutur Seroja.
"Jadi malam ini kau akan menginap di rumahnya Mbok Kantil, Nak?"
"Iya Pak, tidak apa-apa 'kan? Lagi pula di rumah ini sudah ada Aliza, juga Mbok Jum, tetapi aku berjanji, besok aku akan kembali ke rumah iini, ntuk melihat keadaan Bapak. Sebab aku merasa tidak enak juga, kalau membiarkan Mbok Kantil tinggal sendirian. Apalagi, dia sudah mengasuh aku sejak kecil."
"Iya, Bapak mengerti, Nak, ya sudah kalau begitu, nanti hati-hati di jalan. Tetapi sebaiknya sebelum kau berangkat, makanlah dulu bersama dengan Aliza. Sebab tadi Mbok Jum beserta dengan Mbok Kantil, sudah memasak makanan lumayan banyak untuk kalian," ucap Pak Haji Ibrahim.
"Baiklah Pak, kalau begitu, sekarang aku makan dulu, ya," ucap Aliza. Kemudian berjalan keluar dari kamar Pak Haji Ibrahim menuju ke rumah makan.
Saat Seroja tiba di ruang makan, dia melihat Aliza sudah duduk di dekat kursi sambil menikmati sepiring nasi.
"Wah, ternyata kau sudah makan duluan, Aliza!" sapa Seroja sambil tersenyum, kemudian duduk di hadapan Aliza. lalu dia pun mengambil piring, dan menyendok nasi beserta lauknya.
"Iya Kak, sebab aku merasa sangat lapar sekali, kebetulan saat ini aku sedang tidak salat karena lagi halangan. Jadi aku langsung makan saja, saat sudah selesai masukan motor ke garasi," sahut Aliza sambil tersenyum.
"Setelah aku makan nanti, aku mau pamit dulu ya pulang ke rumah Mbok Kantil. Sebab saat ini, sepertinya Mbok Kantil sedang tidak enak badan."
"Mbok Kantil sakit apa, Kak?" tanya Aliza tampak sedikit terkejut mendengar perkataan Seroja.
"Hanya sedikit meriang dan kepalanya pusing. Tetapi nanti rencananya sebelum pulang ke rumah, aku akan mampir terlebih dahulu ke dokter untuk berobat. Karena takutnya, penyakit Mbok Kantil keterusan lagi, bisa berbahaya," ucap Seroja menjelaskan, sambil terus menikmati makan malamnya.
"Iya Kak, memang sebaiknya langsung saja diperiksakan ke dokter, apa lagi Mbok Kantil sudah lanjut usia sehingga daya tahan tubuhnya tidak sekuat dulu," sahut Aliza menyetujui.
Setelah selesai menikmati makan malamnya bersama dengan Aliza. Seroja langsung memesan grab car, untuk mengantarkan dirinya dan Mbok Kantil pulang. Tadinya Pak Haji Ibrahim menyuruh Seroja, agar diantar pulang saja oleh Pak Heru supir pribadi mereka. Tetapi dengan halus Seroja menolak tawaran tersebut, dengan alasan tidak ingin merepotkan. Padahal sebenarnya Seroja tidak ingin, bahwa keluarganya mengetahui di mana tempat tinggal Mbok Kantil dan dirinya saat ini.
***
Hanya kurang lebih selama 30 menit diperjalanan. Akhirnya supir grab car yang dipesan oleh Seroja, menghentikan mobil yang dikendarai tepat di ujung gang rumah kontrakannya. Setelah membayar sejumlah uang, sesuai dengan biaya perjalanan. Seroja beserta Mbok Kantil turun dari mobil, lalu berjalan menuju ke rumah mereka.
"Apakah kau yakin, tidak perlu berobat ke dokter, Mbok?" tanya Seroja sambil membantu Mbok Kantil, untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Tidak usah Mbak, nanti setelah minum teh manis hangat juga, badan ini akan kembali segar, yang penting Mbok Kantil keluar dari rumah itu!" jawab Mbok Kantil sambil tersenyum tipis.
"Ya sudah kalau begitu, terserah Mbok Kantil saja. Sebaiknya sekarang, Mbok beristirahat saja dulu di dalam kamar, sebab nanti malam. Aku memerlukan bantuanmu, untuk memulai rencana pembalasan dendam. Salah satu lelaki yang telah menyakiti kembaranku Rembulan, akan aku bunuh malam hari ini, dengan menggunakan ilmu hitam yang aku miliki!" ucap Seroja sambil menyeringai penuh kebencian.