Chereads / NAMA DI KAIN KAFAN / Chapter 28 - KEMATIAN LELAKI PERTAMA

Chapter 28 - KEMATIAN LELAKI PERTAMA

Tidak berapa lama kemudian, pelayan datang membawakan pesanan mereka. Meletakkan sebotol beer dan tiga buah gelas di atas meja.

"Silahkan Mas, ini pesanannya," ucap Pelayan mempersilahkan, kemudian dia berlalu dari hadapan Sion dan teman-temannya.

"Ayo, kita langsung saja menikmati minuman yang sedap ini, dari pada ngomongin kelakuan si Roy, yang memang udah rusak dari sononya!" ujar Hendri sambil tertawa lepas, lalu mulai menuangkan minuman ke dalam masing-masing gelas. Kemudian Sion dan Tio langsung mengambil gelas mereka dan meminumnya.

Baru meminum setengah isi gelas, mata Sion melihat ke arah pintu masuk cafe. Seketika itu juga dia sangat terkejut sekali. Karena Sion melihat di depan pintu ada sosok Rembulan, dia berdiri dengan menggunakan pakaian serba putih, sambil tersenyum menyeringai mengerikan ka arah dirinya.

"ASTAGA! REM-REMBULAN?" seru Sion terkejut sekali. Seketika gelas di tangannya terlepas, hingga isinya membasahi pakaian dan celana yang dikenakannya, lalu terjatuh ke lantai hingga pecah dan menimbulkan kegaduhan.

"Ada apa, Sion? Kenapa kau tampak terkejut dan memanggil nama, Rembulan?" tanya Tio seraya menatap Sion keheranan.

"Iya, ada apa sih, Sion? Bikin orang kaget aja?" tanya Hendri pula.

"A-aku, melihat Rembulan, berdiri di depan pintu itu, Tio, Hendri ..." jawab Sion sambil menunjuk ke arah pintu masuk cafe dengan wajah pucat dan gugup.

"Mana? Mana ada Rembulan, Sion? Dia sudah meninggal, jangan lupa itu! Kau ini, jangan suka mengada-ngada, deh! " sahut Sion sambil ikut melihat ke arah pintu masuk juga. Dia mencoba mencari sosok Rembulan yang dikatakan Sion di sana. Tetapi dia tidak melihat Rembulan, hanya ada pengunjung yang terlihat silih berganti keluar masuk pintu.

"Hufff! Sepertinya aku sudah mulai mabok, neh!" desis Sion sambil duduk terkulai lemas, jantungnya masih berdegup dengan keras sekali, tangan kanannya mengusap kasar wajahnya dengan cepat.

"Mana mungkin kau mabok, baru saja minum setengah gelas. Biasanya juga minum lima botol, baru kau mabok! Semuanya itu, cuma karena perasaanmu, yang terlalu memikirkan masalah kejadian masa lalu, jadi pandangan matamu kabur! Di mana-mana selalu melihat sosok, Rembulan!" ujar Tio berkata dengan kesal.

"Mungkin seperti itu ..." sahut Sion pelan.

"Memang seperti itu Sion, tidak ada penjelasan lain yang masuk akal lagi!" sahut Tio sedikit emosi, sebab sikap Sion yang seperti sekarang ini, sebenarnya membuat dirinya jadi ikutan parno sekaligus takut.

"Ya sudah, kalau begitu, aku pamit pulang duluan guy's! Mau istirahat dulu, biar otak enggak jadi bego seperti sekarang!" pamit Sion sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Pamit sih boleh aja, Bro, tapi bayar dulu minumannya," ujar Tio mengingatkan.

"Oh iya, sampai lupa aku!" sahut Sion. Kemudian dia mengeluarkan uang seratus ribuan, kemudian meletakkannya di atas meja.

"Nah, begitu dong, baru my Bro!" seru Tio sambil tersenyum senang seraya menepuk lengan Sion.

"Bagaimana dengan pecahan gelas ini?" tanya Sion.

"Tenang saja, biar nanti aku minta tolong kepada pelayan untuk merapikannya, sekalian membayar minuman kita, juga mengganti harga gelas yang pecah," jawab Hendri.

"Ya sudah, kalau begitu aku pulang duluan, ya!"

"Okey, hati-hati di jalan, Sion!" teriak Hendri mengingatkan.

"Sip!" sahut Sion sambil menunjukkan jari jempolnya, kemudian berjalan keluar cafe menuju ke parkiran motor.

***

Sion berjalan menaiki tangga darurat di kosannya, menuju ke kamarnya yang berada di lantai paling atas. Tadinya dia hendak menaiki lift seperti biasanya, tetapi tidak jadi. Karena ada tulisan di sebuah kertas putih, yang memberitahukan bahwa lift sedang dalam proses perbaikan.

"Astaga! Lumayan pegal banget ini betis, naik hingga ke lantai 5!" keluh Sion sambil berhenti sejenak di anak tangga lantai tiga, dia menarik nafas panjang sesaat lalu menghembuskannya dengan keras. Lumayan, jadi bisa membuatnya lebih bertenaga lagi, untuk melanjutkan perjalanan menaiki tangga.

"Mulai besok, sebaiknya aku ikutan fitnes bareng si Tio kalau begini. Masa cuma naik tangga seperti ini saja, langsung terasa lemas banget tubuhku. Pasti karena kurang olahraga, jadi otot-otot tubuh semuanya kaget ketika dipakai untuk bekerja keras," gumam Sion bermonolog di dalam hatinya.

Tap ... tap ... tap!

Saat masih berdiri beristirahat, tiba-tiba saja Sion mendengar suara orang menaiki tangga darurat ini. Kalau di dengar suaranya, sepertinya menuju ke arah dirinya. Tetapi beberapa saat kemudian, suara langkah kaki itu terdengar berhenti seketika.

"Ahh, aku kirain bakal ada orang yang menemani aku baik ke lantai lima. Kirain si Restu atau Deni gitu, lumayan 'kan jadi ada temennya, jadi enggak iseng!" gumam Sion di dalam hati.

Lalu dia pun melanjutkan langkah kakinya kembali menaiki tangga. Tiba-tiba saja dia kembali mendengar, sebuah langkah kaki menaiki tangga pula di belakang dirinya. Dengan cepat Sion segera menoleh ke belakang, tetapi dia tidak melihat ada siapa pun di belakangnya.

"Astaga! Horor amat ya malam hari ini, sebaiknya aku secepatnya menaiki tangga dan masuk ke dalam kamar!" ucap Sion sambil memegang tengkuk lehernya, yang terasa dingin dan mulai merinding.

Tap ... tap ... tap!

Saat Sion melangkah, suara langkah kaki itu kembali terdengar, seakan-akan mengikuti irama langkah kakinya. Saat ini Sion merasa takut sekali, dia mulai menyadari, sepertinya ada sesuatu yang tidak wajar, saat ini sedang mengikuti dirinya.

Saat tiba di depan pintu besi lantai lima, Sion langsung membuka pintu itu dengan cepat. Alangkah terkejutnya Sion, karena saat pintu terbuka, dia melihat sosok Rembulan berdiri di hadapannya sambil menyeringai mengerikan. Dia mengenakan pakaian serba putih berlumuran darah segar, rambutnya yang panjang terurai lepas, wajahnya pucat pasi, kesepuluh jari tangannya memiliki kuku panjang yang hitam hingga menyentuh lantai.

"REM-REMBULAN? Ka-kau, sudah, ma-mati! JANGAN GANGGU AKU!" teriak Sion dengan suara yang sangat keras.

Roh jahat berwujud Rembulan tertawa mengikik, dengan suara melengking yang keras. Dengan kedua mata yang melotot dan terus menatap tajam kepada Sion, dia berjalan perlahan mendekati Sion. Melihat roh berwujud Rembulan mendekatinya, Sion merasa semakin ketakutan. Dia melangkahkan kakinya mundur, tanpa melihat anak tangga di belakangnya. Akhirnya kaki Sion terpeleset, lalu tubuhnya jatuh berguling dengan cepat menuruni anak tangga.

"Aaaargh! Aaaargh!"

Suara teriakan Sion terhenti, saat kepalanya membentur lantai di tangga paling akhir. Kepalanya pecah berlumuran darah, seketika itu juga Sion meregang nyawa. Melihat hal tersebut, Roh jahat berwujud Rembulan tertawa cekikikan penuh kebahagiaan.

"Pelaku nomer satu sudah menerima ganjarannya ... semua akan menerima ganjarannya!" teriak roh jahat kiriman Seroja itu sambil terus tertawa cekikikan. Setelah itu dia menghilang, kembali kepada tuan yang memerintahkannya.

Di dalam kamarnya, Seroja yang tengah duduk bersila, membuka kedua matanya perlahan sambil tersenyum puas. Guratan wajahnya menyiratkan kebahagiaan yang luar biasa.

"Kurang 6 lelaki lagi, Rembulan! Semua lelaki jahanam itu, PASTI akan menerima buah perbuatan keji mereka, di waktunya masing-masing!" ucap Seroja sambil tertawa terbahak-bahak penuh rasa bahagia.