"Sepertinya semua ini ulah si Roy, Hendra, atau Tio, yang sedang nge-prank aku. Pasti karena tadi siang mereka menganggap aku bercanda, telah melihat perempuan bermain piano di ruang tamu rumah Roy. Sehingga mereka menyuruh seorang perempuan untuk menelpon, dan menakut-nakuti aku seperti ini. Awas saja mereka! Akan aku kerjain balik, dengan mengirimkan beberapa orang bencong ke basecamp untuk merayu mereka biar pada kapok!" gerutu Anwar sambil cengengesan membayangkan rencananya itu.
Setelah itu Anwar segera bersiap mengenakan pakaian, kemudian dia mengambil tas ransel berwarna biru dongker, yang berisi obat-obatan terlarang pesanan Bang Pandi di dalam kotak coklat. Lalu dia keluar dari dalam rumahnya, dan berjalan menuju ke garasi tempat dia menyimpan motor gedenya.