Chereads / Baron, The Greatest Animagus (Indonesia) / Chapter 1 - 1. The Catcher

Baron, The Greatest Animagus (Indonesia)

🇮🇩Santi_Sunz
  • 394
    Completed
  • --
    NOT RATINGS
  • 126.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - 1. The Catcher

Malam hari terasa begitu dingin. Baron berjalan perlahan sambil menggosok-gosok tangannya, sementara matanya waswas memperhatikan ke sekeliling. Ia bisa merasakan bahaya menantinya di balik semak-semak.

Bulan tidak pernah terlihat sebesar dan seterang itu. Baron memperhatikan bayangannya sendiri yang mengendap-endap di bawah kakinya.

Tiba-tiba, terdengar suara gemerisik. Baron bersiap dengan pedang dalam genggamannya.

Bulu kuduknya meremang. Seekor kucing berbulu hitam melompat melewati tong sampah dengan suara nyaring sambil mengejar tikus yang berhasil melarikan diri ke dalam selokan.

Baron meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu hanyalah seekor kucing sungguhan, bukan salah satu darinya.

Baron menarik napas lega. Kini ia mulai berjalan santai. Ia harus menemukan portal agar dapat kembali ke Emporion. Ia memperhatikan kompas di tangannya yang berpendar lemah.

Gelombang portalnya mungkin masih sejauh beberapa kilometer lagi. Jadi, ia harus menuju ke arah barat daya.

Ia berbalik. Lalu dari kejauhan, ia melihat dua sosok pria serba hitam dengan senjata, siap memburunya. Mereka adalah The Catcher.

The Catcher adalah makhluk paling keji yang pernah ada di dunia ini. Mereka adalah manusia dengan kekuatan spesial yang dapat melihat wujud Animagus. Seumur hidup, mereka bersumpah untuk selalu mengejar Animagus dan memusnahkannya.

Terpaksa, Baron menghentikan langkahnya. Pedang telah siap di tangannya setelah ia mengeluarkannya dari kantung ajaib. Ia akan memberikan pelajaran pada The Catcher itu.

Tiba-tiba, sebuah peluru meledak. Hanya dalam sedetik, peluru itu terbelah menjadi dua oleh sabetan pedang.

Baron berkonsentrasi. Sudah lama ia tidak menggunakan pedangnya. Ia selalu melewatkan latihan pedangnya bersama Majer. Kini ia diperhadapkan dengan musuh dan merasa bingung harus bagaimana.

Baron mengerahkan energinya di sekujur tubuhnya hingga pedang itu bersinar hijau. Ia memutar pedang ke atas kepalanya hingga angin bertiup kencang.

Dalam satu hentakan, Baron mengarahkan pedang itu ke arah The Catcher. Tembakan angin yang mengandung listrik menghantam salah satu dari The Catcher.

Pria itu jatuh terjengkang ke belakang sambil berteriak kesakitan.

"Pron!" teriak teman satunya.

Setidaknya, Baron tahu bagaimana cara menggunakan trik itu. Temannya yang satu lagi mempercepat langkahnya dan beberapa peluru melesat nyaris mengenai tubuh Baron.

Ia bisa merasakan keberadaan peluru di sekitar tubuhnya dalam adegan lambat. Baron memiringkan tubuhnya tiga puluh derajat ke belakang. Ia melihat peluru-peluru itu melintas di atas wajahnya.

Baron kembali menegakkan tubuhnya. The Catcher itu berlari cukup cepat sehingga ia sudah berada di hadapan Baron.

Sebuah tendangan menghantam perut Baron, membuatnya mundur beberapa langkah ke belakang. Ia sungguh tidak siap akan tendangan itu. Baron menyabet pedang itu beberapa kali yang dapat dihindari oleh pria itu dengan mudah.

Temannya yang bernama Pron sudah pulih dan bersiap menyusul. Pria di hadapan Baron memanfaatkan kondisi Baron yang lengah saat perhatiannya teralihkan. Ia memukul wajah Baron dengan cukup keras dengan pistol.

Baron terjatuh ke jalanan. Rahangnya terasa sakit sekali. Kedua The Catcher itu menertawainya dengan sangat keras.

"Bersiaplah Animagus! Ini adalah hari terakhirmu di bumi," kata pria itu sambil menarik pelatuk di pistolnya dan mengarahkannya ke kepala Baron. "Sebutkan kata terakhirmu."

Pron menahan pistol itu dengan tangannya. "Kita tidak seharusnya membunuhnya, Vuit."

Vuit enggan menurunkan pistolnya. Mereka berdua tampak bersitegang dengan cara mereka sendiri. Baron memanfaatkan kesempatan itu untuk menghantam pistol itu dengan pedangnya hingga terlepas dari tangan pria itu.

Baron bertindak cepat. Ia menjejakkan kaki ke tanah, lalu dengan sekali lompatan, tubuhnya terlempar sejauh beberapa ratus meter. Pepohonan di sekitarnya bergoyang keras terkena hempasan angin seraya Baron melompat.

Baron tersenyum ketika menyadari bahwa kini, ia jadi semakin dekat dengan pintu portal.

Namun, sebuah kaitan besi menarik kakinya. Baron terjatuh sambil terguling-guling. The catcher ikut terjatuh di kejauhan.

Cepat-cepat, Baron melepaskan kaitan besi itu. Peluru kembali meledak beberapa kali. Baron pun menyabet pedang sekenanya.

Mereka berlari mendekatinya. Syukurlah, kaitan besinya sudah terlepas, tapi tali tambangnya membelit kakinya membentuk ikatan yang sulit untuk dilepaskan.

Dengan bunyi pop pelan, Baron berubah menjadi seekor anjing labrador. Ia pun berhasil melepaskan diri. Sekarang, ia berlari sekencang mungkin.

The catcher terus mengejarnya. Namun, seluruh indera Baron berubah menjadi semakin tajam. Ia bahkan bisa melihat di kegelapan.

Senyum Baron tersungging. Kedua pria tua itu tidak akan bisa menangkapnya, pikirnya.

Jadi, ia terus berlari memasuki hutan hingga pohon-pohon pinus berkelebatan.

"Hei! Berhenti!" seru salah satu dari The Catcher.

Mereka menembak Baron bertubi-tubi, tapi meleset. Tidak ada satu peluru pun yang berhasil mengenainya karena gerakannya sangat cepat. Sayang sekali, ia mungkin tidak sepintar itu ketika salah satu kakinya terantuk akar pohon.

Baron berguling-guling hingga wajahnya menyapu tanah dan kerikil. Ia yakin sekali mendengar salah satu dari mereka tertawa.

Satu tembakan lagi. Kali ini, peluru itu berhasil menyabet pipinya. Darah membasahi wajahnya. Lalu muncul suara tembakan lainnya. Kali ini suaranya berbeda.

Sebuah jaring tambang dengan percikan listrik melayang di atasnya, lalu tepat mendarat di atas tubuh Baron.

Baron melolong kesakitan. Sekujur tubuhnya mengejang terkena sengatan listrik. Lalu, The catcher berhasil mendekatinya.

"Ternyata ini sama sekali tidak sulit, Vuit," seru Pron sambil tersengal-sengal.

Vuit tertawa puas. "Jagro pasti akan senang melihat tangkapan kita malam ini."

Para the catcher itu tidak pernah tahu kalau Baron memiliki tenaga yang sangat banyak. Ia berkonsentrasi, kemudian pop dan ia pun berubah menjadi seekor tikus. Dengan mudah, ia menerobos jaring listrik.

"Apa? Ke mana dia pergi?" seru Vuit.

"Aku tidak percaya! Bagaimana bisa ...."

"Tikus itu! Ayo cepat!"

Baron berlari secepat kaki mungilnya membawanya. Kali ini, ia tidak perlu mengkhawatirkan akar pohon. Ia benci mengendus bau terbakar yang berasal dari tubuhnya serta pipinya terasa sangat perih, sementara darah masih terus mengucur deras hingga membuatnya kesakitan.

Baron berhasil bersembunyi di bawah tumpukan daun-daun kering yang lembab. Jantungnya berdetak cepat sementara cahaya senter menari-nari di atasnya. Ia bersyukur karena tumpukan daun-daun itu sangat banyak hingga ia bisa berlindung di bawah sana.

Tiba-tiba, kompasnya bercahaya. Ia bisa merasakan gelombang portal beberapa meter lagi di depannya. Baron harus segera berubah menjadi manusia agar potal itu dapat terbuka. Namun, para The Catcher itu terlalu dekat dengannya.

Baron bersiap sementara para The Catcher melangkah semakin dekat. Lalu kaki Pron menginjak tumpukan daun hingga Baron tercekik.

Sedetik kemudian, Baron melompat dan berubah menjadi manusia. Pedangnya terayun dan menyabet wajah Pron. Anggap saja itu sebagai balas dendam.

Tiba-tiba, Vuit mencekiknya dari belakang dengan menggunakan tali tambang. Pegangan tangannya melemah dan pedang itu jatuh ke tanah. Baron memegang lehernya yang kesakitan hingga napasnya tercekat.