Tuk ... Tuk ...
Suara hentakkan kereta kuda bergema di malam Jumat Kliwon. Seorang gadis cantik mengenakan kebaya lama duduk dengan tenang di kursi belakang kusir. Dengan memakai selendang hijau daun, wanita itu menutup kepalanya.
Wanita itu baru pulang dari pertunjukan di desa sebelah, dia merupakan penari jaipong yang sangat terkenal dan kecantikannya membuat pemuda manapun menginginkan dirinya.
Hikk ... Hikk ...
Tiba-tiba kuda mengeluarkan suara dan berhenti saat ada segerombolan pria menghadang mereka dengan memakai topi kupluk untuk menutupi wajahnya.
"Ada apa Mang? Kenapa berhenti?" tanya Darsimah pada sang kusir.
Sang kusir yang menarik tali kekang kudanya sudah mulai ketakutan. Dia tahu, kalau saat ini mereka dalam bahaya. Mamang mulai panik dan gemetar karena kedatangan pria yang tidak dia kenal, Mamang sangat takut jika terjadi sesuatu pada majikannya maka dia yang akan disalahkan.
"Itu Nyai, ada orang yang menghadang jalan kita. Sepertinya, mereka akan merampok kita," jawab Mang Mamad dengan suara bergetar.
Nyai Darsimah membuka sedikit tirai di depannya. Dia kaget melihat banyak pria memakai penutup wajah. Darsimah menutup tirai dan meremas tangannya dengan kuat, Darsimah takut, jika segerombolan pria itu akan menyakiti dirinya dan mang Dadang.
"Mang, putar balik saja. Cepat Mang," ucap Darsimah dengan suara bergetar ketakutan.
Mang Mamad yang mendengar intruksi dari majikannya, memutar kereta kudanya untuk pergi dari hadapan segerombolan pria yang tidak dia kenal itu. Tapi sayang, para pria itu sudah mendekati Mang Mamad dan senjata mereka sudah mengarahkan ke leher Mang Mamad.
"Jangan pernah lari tua bangka, jika tidak mau nyawamu melayang," ancam pria yang senjatanya sudah berada di leher Mang Mamad.
Mang Mamad, akhirnya pasrah. Dia melepas tali kekang kudanya. Mang Mamad keringat dingin dan tubuhnya gemetar melihat golok diacungkan ke lehernya. Mamang melirik pria yang berjalan ke arah belakang, tempat majikannya berada.
"Tolong, jangan ganggu majikan saya. Saya mohon pada kalian semua. Tolong lepaskan kami," ucap Mang Mamad dengan suara lirih.
Pria yang berjalan ke arah belakang tempat Darsimah duduk, tidak menghiraukan apa yang Mang Mamad katakan, pria itu dengan cepat dan kasar menarik tirai penutup yang menghalangi pandangannya.
Nyai Darsimah yang berada di belakang mundur dengan cepat, wajah Darsimah pucat pasi dan tubuhnya juga bergetar. Darsimah keringat dingin melihat pria yang berdiri di hadapannya mulai mendekati .
"Apa kabar Nyai? Senang bertemu dengan Nyai. Penari cantik dari desa Kemuning." pria itu menatap tajam dan penuh bergairah ke arah Darsimah.
"Si-siapa kalian? Le-lepaskan kami, jika kalian mau uang, aku akan berikan pada kalian. Ini ambil semuanya. Tapi, lepaskan kami sekarang," ucap Darsimah dengan suara terbata-bata, dia juga menyerahkan semua perhiasannya dan melempar ke arah pria yang tidak dia kenal.
Pria itu tertawa keras, dia bukan perampok, tapi dia pria yang menginginkan wanita ini. Pria itu naik ke andong dan menarik paksa Darsimah untuk turun. Darsimah yang tidak terima ditarik paksa, berusaha melepaskan diri, dia memukul pria yang menarik tangannya itu dengan keras.
"Ikut aku, jangan berteriak dan jangan memberontak." Pria itu menyeret Darsimah dengan kasar menuju hutan yang sepi.
Mang Mamad yang melihat majikannya dibawa ke hutan berteriak kencang. "Hei, lepaskan Nyai Darsimah! Kalian mau bawa dia kemana!" teriak Mang Mamad dengan kencang.
Anak buah pria itu memukul Mang Mamad dan dengan cepat celurit melayang ke leher Mang Mamad. Seketika kepala Mang Mamad putus dan darah mengalir di jembatan tua menuju Desa kemuning. Mang Mamad meninggal di tempat.
Nyai Darsimah yang melihat Mang Mamad meninggal di tempat, berteriak kencang. Dia menatap pria yang membunuh Mang Mamad dengan sadis. Tatapan tajam dan menusuk dia tunjukkan ke arah pria yang membunuh kusirnya. Walaupun tidak bisa melihat wajahnya, bola mata pria itu direkam di ingatan Darsimah.
"Kalian pembunuh! Kalian kejam, kalian membunuh orang yang tidak bersalah sama sekali!" teriak Darsimah dengan kencang dan berusaha memberontak.
Darsimah tidak menyangka kalau Mang Mamad meninggal di depan matanya. Pria yang di dekatnya tertawa kencang, melihat Darsimah teriak kencang. Pria itu kembali menyeret Darsimah layaknya menyeret hewan, tidak ada sedikpun prikemanusiaan sama sekali.
"Ikut aku, jangan banyak tingkah," hardik pria itu pada Darsimah dengan suara kencang.
Darsimah, masih berusaha melepaskan diri dari pria itu, tapi sayang kekuatannya tidak sebanding dengan kekuatan pria itu. Darsimah menendang pria itu dengan kencang tapi hasilnya nihil, dia tidak bisa lolos dari pria itu.
Pria itu melempar Darsimah dengan kencang. Darsimah yang terlempar meringis kesakitan.Teman pria itu mendekati pria yang menyeret Darsimah.
"Kita selesaikan malam ini, buat dia tidak berdaya," bisik teman pria tadi.
Darsimah yang mendengar bisikkan pria lain yang mengatakan akan selesaikan malam ini, mulai ketakutan. Darsimah mulai mundur dan berusaha menjauh.
"Kalian mau apa? Tolong, jangan sakiti aku. Aku mohon, lepaskan aku. Aku salah apa sama kalian, aku tidak pernah menyakiti kalian, tolong jangan sakiti aku," pinta Darsimah sambil menangis.
Pria itu memandang Darsimah dengan pandangan tajam dan penuh gairah. Pria itu dengan kejam menarik kaki Darsimah yang perlahan mundur dari dirinya. Darsimah yang kakinya ditarik paksa mulai meronta dan menendang pria di depannya. Tapi sayang, dia masih tidak mampu melepaskan tangan pria itu dari kakinya.
Darsimah melihat di sekeliling apakah dia bisa meminta tolong atau tidak. Tapi yang dia lihat hanya ada pohon pinus dan cemara. Suara burung hantu, juga terdengar sangat menakutkan dan
mencekam, apa lagi malam ini malam Jumat Kliwon
"Ahkk." Darsimah yang melamun, berteriak kakinya ditarik kembali dengan kencang.
"Mari kita bersenang-senang Nyai, aku sudah lama ingin menjamahmu, aku ingin menjadi yang pertama. Dan, kamu tahu Nyai, aku sudah mengincarmu cukup lama, tapi sayang sekali, Nyai tidak melihatku, Nyai malah memilih pria lain dari pada aku," ucap pria itu.
Nyai Darsimah menatap ke arah pria yang di depannya. Dia bingung, siapa pria ini. Pria yang katanya dia tolak. Sejak kapan dia menolak pria lain, selain pria yang sekarang menjadi kekasihnya itu.
"Aku tidak mengenalmu, aku berani bersumpah tidak mengenalmu. Tolong, jangan sakiti aku," pinta Darsimah dengan suara pelan.
Pria itu tidak peduli apa yang dikatakan oleh Darsimah, dia terus menarik kaki Darsimah untuk dekat dengannya. Darsimah yang kakinya ditarik terus menendang pria untuk menjauhinya, dia berusaha sekuat tenaga melindungi dirinya dari pria di depannya.
"Lepaskan aku! Jangan menyentuhku, aku mohon padamu, uhuuu ... Uhuu." tangis Darsimah pecah, dia memohon kepada pria itu untuk tidak menyentuhnya.
Srettt!
Baju Darsimah ditarik paksa oleh pria tadi. Darsimah melihat tubuhnya sudah terbuka dan terlihat dadanya. Dia menutupi tubuhnya dengan kedua tangan.
"Kamu menggairahkan Nyai, sekarang kita lakukan malam pertama kita di bawah langit ini, hahaha!" tawa pria itu.
Kelima teman pria itu menunggu giliran untuk menjamah Nyai Darsimah seorang penari Jaipong yang terkenal. Mereka menyaksikan temannya menyentuh Darsimah dan tentunya tertawa karena ulah temannya menjamah tubuh mulus Darsimah.
"Ahkkk! Jangan sentuh aku, aku mohon padamu. Jangan sentuh aku!" teriak Darsimah dengan kencang.