Chereads / NAMA DI KAIN KAFAN / Chapter 29 - KEMATIAN YANG MENGGEMPARKAN

Chapter 29 - KEMATIAN YANG MENGGEMPARKAN

Dddrrrz! Dddrrrz! Dddrrrz!

Dengan segan Tio mengangkat ponselnya, yang tergeletak di atas meja belajar yang berada di samping tempat tidur. Matanya masih terpejam, saat menerima panggilan masuk tersebut. Karena rasanya masih malas untuk dibuka lebar, rasa kantuk masih menempel di pelupuk matanya.

"Halo, siapa, nih?"

"Halo, gue, Hendri! Masa Lo enggak baca sih di HP, siapa yang nelpon, Tio?"

"Soryy, mata gue masih merem, soalnya masih ngantuk! Lo tahu sendiri Hen, semalam gue 'kan pulang subuh!" jawab Tio sambil nyengir, lalu dengan mata yang masih terpejam dia kembali memeluk gulingnya.

"Tio, gue baru aja dapat kabar dari si Roy, katanya di Sion meninggal semalam, karena terjatuh dari tangga darurat kosannya!" tutur Hendri menyampaikan berita dengan bibir bergetar.

"Astaghfirullah! Yang bener, Hen?" tanya Tio seketika itu juga langsung duduk dengan mata terbuka lebar.

"Bener lah, masa berita seperti ini gue bohong? Enggak lucu sama sekali lah, orang meninggal gue becandain!" jawab Hendri sedikit sewot meyakinkan.

"Innalillahi WA inna ilaihi rajiun ... apes banget ya si Sion, baru semalam mabok bareng kita di cafe, masa pulangnya dia langsung meninggal. Mungkin karena mabok kali, jadi dia enggak bisa kontrol diri menaiki tangga darurat itu," komentar Tio memperkirakan.

"Kalau perkiraan polisi sih seperti itu, tapi kita 'kan tahu Sion. Rasanya enggak mungkin dia mabok, kalau cuma minum setengah gelas mah, dia kalau mabok minum 5 botol, baru mempan!"

"Iya juga sih, Sion 'kan minumnya kuat banget!"

"Nah, itu dia! Udah, sekarang sebaiknya Lo segera bersiap-siap gue jemput, Tio. Karena kita segera ke kosannya, Sion!"

"Untuk apa kita ke sana, Bro?"

"Ya untuk melihat kejadian secara langsung lah, Sion kan best friend kita. Lagi pula anak-anak juga pada ke sana sekarang."

"Okey deh, gue mandi dulu!"

"Jangan lama-lama! Lima belas menit, gue udah di depan pintu gerbang rumah Lo, ya!"

"Sip!"

***

Motor besar yang dikendarai Tio berhenti, di seberang jalan kosan Sion. Suasana di depan kosan Sion saat ini terlihat ramai sekali, dengan kehadiran Polisi, mobil ambulans, para wartawan yang meliput berita, juga warga sekitar, dan tentunya penghuni kosan yang penasaran dengan peristiwa yang tengah terjadi.

Garis kuning sebagai pembatas, telah dipasang oleh Polisi. Agar orang yang tidak berkepentingan, tidak dapat masuk ke dalam lokasi kejadian. Peristiwa ini sangat menggegerkan warga, yang tinggal di sekitar kosan. Sebab peristiwa kematian yang mengerikan seperti ini, baru kali ini terjadi di lingkungan mereka.

"Gokil! Rame banget, Bro!" ujar Tio sambil membuka helm yang dikenakannya.

"Iya, sepertinya benar-benar parah tragedi yang terjadi dengan Sion. Gue jadi penasaran pengen liat bagaimana kondisi mayat, Sion!" sahut Hendri menimpali.

"Kalau gue enggak mau liat, ngebayanginnya aja gue ngeri, yang penting kirim doa aja deh buat, Sion. Semoga dia di ampuni semua dosa-dosanya."

"Bukan Sion juga kali, yang dosa-dosanya harus diampuni, kita juga," ucap Tio pelan.

Mendengar perkataan sahabatnya itu, Hendri jadi menoleh ke arah Tio sambil tersenyum kecut. Dia paham maksud perkataan sahabatnya ini, apalagi mengingat perbuatan mereka terhadap Rembulan saat dia masih hidup. Entah bagaimana cara menghapus dosa yang begitu besar seperti itu.

"Iya, Tio, kau benar, jujur saja, aku juga sangat menyesal, kenapa bisa melakukan semua perbuatan itu. Mungkin karena efek minuman keras yang menguasai kita, sehingga kita khilaf, dan melakukan perbuatan keji itu mengikuti, Roy!" ucap Hendri penuh penyesalan.

"Hendri, kau ingat tidak perkataan Sion sebelum dia meninggal semalam? Saat kita berada di cafe?"

"Perkataan yang mana, Tio? Dia 'kan bicara cukup banyak semalam?"

"Yang Sion bilang, dia melihat Rembulan berdiri di depan pintu cafe? Apakah kecelakaan ini, ada sangkut lautnya dengan hal itu, ya?"

"Maksudmu, Sion meninggal karena pembalasan dendam roh gentayangan Rembulan, begitu?"

"Mu-mungkin saja "kan?" jawab Tio dengan bibir bergetar ketakutan membayangkan kebenaran dugaannya.

"Alaah, kau ini Tio! Terlalu banyak nonton film horor jadi parno! Mana ada hantu di jaman modern seperti sekarang ini, Bro? Hantu itu kan cuma ada di film saja, di kenyataannya mana ada. Seumur hidup aku belum pernah melihat hantu, kalau benar ada, aku ajak itu hantu untuk fitnes, dah! Hahahaa," ujar Hendri sambil tertawa menggoda.

Mendengar perkataan Hendri, Tio hanya nyengir sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia jadi merasa malu sendiri dengan perkataannya tadi.

"Benar juga apa yang Hendri katakan, mana ada hantu di zaman modern ini? Aku juga seumur hidup belum pernah sih, melihat hantu seperti yang di film," gumam Tio bermonolog di dalam hatinya, sambil tersenyum malu.

"Hey! Lagi ngobrol apaan kalian berdua? Serius amat!" sapa seorang lelaki sambil menepuk pundak Tio lumayan keras.

"Roy! Aduh, sakit tahu, kenceng banget pukulan loh!" sahut Tio sambil meringis memegang pundaknya.

"Ah, cemen loh, cuma segitu aja sakit! Ngapain pada di sini? Mau takziah ke, Sion? Heh!"

"Tadinya sih begitu, tapi sepertinya enggak bisa deh, sebab Sion kan meninggalnya secara enggak wajar, pastinya akan dilakukan otopsi dulu, untuk memastikan penyebab kematiannya. Jadi jenazahnya langsung dibawa ke rumah sakit untuk di otopsi, setelah selesai baru dimakamkan," jawab Hendri dengan wajah yang sedih.

"Lagi, sial banget ya, nasib si Sion, pakai jatuh dari tangga darurat segala lagi. Ya udah, sekarang sebaiknya kalian ikut aku dan Anwar ke basecamp, kita bicarakan mengenai ini semuanya di sana saja. Enggak enak di sini terlalu banyak orang, apalagi ada Polisi. Nanti bisa-bisa, kita dicurigai lagi kalau ada hubungannya dengan kematian, Sion!" bisik Roy ke telinga Hendri.

"Baiklah kalau begitu, ayo, Tio, kita ke basecamp bersama dengan Roy dan Anwar!" sahut Hendri menyetujui sambil mengajak Tio.

"Ayolah!"

Kemudian Hendri kembali mengendarai motor berboncengan dengan Tio, mengikuti motor Roy dari belakang.

***

Letak basecamp mereka yang berada di gudang belakang rumah Roy, merupakan tempat strategis geng mereka berkumpul. Mereka melakukan berbagai kegiatan anak muda yang penuh kebebasan. Seperti bermain games, pacaran, menggunakan obat terlanggar, bahkan sebagai tempat penyimpanannya. Sebab, mereka bukan hanya menggunakan, tetapi juga menjual berbagai jenis obat terlarang tersebut.

Motor yang dikendarai oleh Hendri dan Roy berhenti, tepat di garasi mobil rumah Roy, yang berukuran lumayan luas tersebut. Kemudian mereka langsung berjalan menuju gudang, melalui samping rumah seperti biasanya.

Roy membuka pintu gudang dengan kunci, yang disimpannya di dalam saku celana. Setelah itu dia berjalan menuju ke tembok yang berada di samping pintu, untuk menekan saklar listrik menyalakan lampu.

Saat lampu menyala dengan terang, tampaklah isi gudang yang cukup luas. Berisikan satu set sofa beserta dengan satu meja berbentuk bulat, ada kulkas berukuran besar, dispenser, toilet Di dekat dapur minimalis, beberapa lemari besi berukuran besar, di tembok tergantung berbagai lukisan wanita cantik tanpa mengenakan busana sebagai hiasannya.

Di sudut gudang terlihat banyak kardus yang menumpuk, berisikan onderdil motor dari pemasok pasar gelap, juga obat-obatan terlarang yang mereka jual. Di sebelah tumpukkan kardus juga ada sebuah ruangan kantor yang mungil, merupakan ruangan khusus bagi Roy untuk menyimpan berbagai macam file, dan melakukan transaksi juga rapat penting.