Chereads / NAMA DI KAIN KAFAN / Chapter 27 - TARGET PERTAMA

Chapter 27 - TARGET PERTAMA

Tok tok tok!

"Permisi! Mbak Seroja!"

Seorang lelaki bertubuh gemuk pendek, berkumis tebal, mengendarai sepeda motor. Datang bertamu ke rumah Seroja, dengan membawa dua buah tas besar di tangannya. Seroja yang berada di dalam kamar, bergegas keluar untuk membukakan pintu.

"Pak Kroso?"

"Iya benar, Mbak, saya Pak Kroso. Saya datang mengantarkan pesanan Mbak Seroja, yang diorder via online dari IG," jawab lelaki itu sambil menyeringai, lalu memberikan semua tas yang dipegangnya kepada Seroja.

"Terimakasih, Pak Kroso, ini tips untuk Bapak!" sahut Seroja seraya memberikan uang sebesar lima puluh ribu, lalu mengambil tas yang diberikan kepadanya.

"Kalau begitu saya langsung pamit Mbak, permisi!"

"Iya, Pak, sekali lagi terimakasih," ucap Seroja.

Lalu menutup pintu dan langsung berjalan masuk kembali ke dalam kamarnya.

"Pesanan sesajen, Mbak Seroja?" tanya Mbok Kantil sambil berdiri di depan pintu kamar Seroja. Dia mengenakan sweater hangat berwarna hijau, karena tubuhnya masih merasa demam.

"Iya, benar, Mbok, karena aku akan melakukan pembalasan dendam, mulai malam ini juga!" jawab Seroja sambil tersenyum penuh arti ke arah Mbok Kantil.

"Lakukanlah, Mbak, biar semuanya lekas selesai!" sahut Mbok Kantil sambil tersenyum tipis, lalu meninggalkan Seroja kembali ke kamarnya.

Seroja memegang sebuah korek api berwarna hitam, dengan gambar kepala banteng berwarna merah di tengahnya. Dia menatap korek api itu dengan pandangan mata penuh kebencian. Ternyata tadi siang, tanpa sepengetahuan Sion, dia telah mengambil korek api miliknya. Sebagai alat yang akan digunakan, sebagai media pengenal yang menandai diri Sion.

"Malam ini, kau akan merasakan, pembalasan atas perbuatanmu terhadap kembaran aku Rembulan, Sion! Kau akan merasakan sakit yang teramat sakit!" ujar Seroja sambil duduk bersila di lantai kamarnya. Sesajen berisi kemenyan, dupa, kopi pahit, ayam cemani, bunga tujuh rupa, dan lainnya, sudah lengkap tersaji.

Seroja mulai membaca mantra, seraya menaburkan kemenyan di atas dupa yang menyala. Kemudian dia mengambil pisau, lalu memotong leher ayam cemani, kemudian meneteskan darahnya di atas dupa tersebut. Seketika ruangan dipenuhi asap dupa yang tebal, aroma kemenyan memenuhi ruangan.

Suara erangan seperti seekor binatang buas terdengar perlahan, bersamaan dengan kehadiran sosok perempuan tua yang mengerikan hadir di hadapan Seroja. Dengan tinggi 185 cm, wajah hitam kelam, mata merah menyala, gigi kuning bertaring, rambut panjang terurai kusut berantakan, sepuluh kuku hitam panjang hingga menyentuh lantai, di bibirnya tersungging senyuman mengerikan.

"Aaaargh ... aaaargh! Aku hadir, Tuanku Seroja! Aaaargh ..." ujar makhluk ghaib mengerikan tersebut. Dia menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri dengan mata melotot tajam.

"Bagus! Kau datang tepat waktu, Nyai Srintil! Kau tunggulah sebentar, aku akan memanggil roh Rembulan, agar datang ke sini agar dia bisa melaksanakan balas dendam bersama denganmu!" ujar Seroja sambil menyeringai.

Kemudian Seroja kembali konsentrasi merapalkan mantra, dia ingin memanggil jin qorin Rembulan, agar dapat disatukan dengan jiwa Nyai Srintil, sehingga mereka memiliki kekuatan besar, untuk melaksanakan semua rencana dirinya. Tidak berapa lama kemudian, hadirlah jin qorin Rembulan, berdiri tegak di samping Nyai Srintil. Wajahnya terlihat pucat pasi, kedua matanya melotot, sambil menyeringai mengerikan!

"Syukurlah, akhirnya kau hadir di sini, Rembulan! Saat ini kita bersama-sama, akan memulai melaksanakan pembalasan dendam. Kepada 7 lelaki yang telah menyakiti dirimu, semasa kamu hidup! Nyai Srintil, sekarang kau bergabunglah dengan roh Rembulan. Gunakan kekuatan sucinya, agar kau bisa menggunakan semua kekuatan ghaibmu secara maksimal sekarang juga!"

"Baiklah ... Tuanku Seroja!" sahut Nyai Srintil dengan suara menggema pelan.

Kemudian dia pun merangkul roh Rembulan, yang berdiri di sampingnya sambil menyeringai lebar. Hanya beberapa detik kemudian kedua roh itu pun saling menyatu, dalam bentuk sosok Rembulan!

"Hahahaaa ... akhirnya, kalian bisa bersatu menjadi kekuatan besar! Hahahaaa ... sekarang, laksanakan segala perintahku!" seru Seroja tertawa terbahak-bahak penuh rasa gembira, melihat keberhasilan rencana yang dilakukannya.

***

Pulang kerja di dealer motor tempat Pamannya, Sion pergi bersama teman-temannya untuk nongkrong di sebuah cafe di bilangan Jakarta Pusat. Derai tawa juga candaan teman-temannya entah mengapa, kali ini tidak membuat hatinya tertawa seperti biasanya.

"Kau kenapa sih, diam terus sejak tadi, Sion?" tanya Hendri sambil menepuk lengannya lumayan keras.

"Aku lagi capek, ngantuk, pengen istirahat rasanya," jawab Sion sambil tersenyum, lalu menoleh ke arah sahabatnya itu.

"Ga mau mabok dulu seperti biasanya? Ntar nyesel loh? Hahaa!" ujar Hendri sambil tertawa menggodanya.

"Iya Sion, masih sore kok, baru jam 11 malam. Masa udah mau balik aja, ga asyik loh!" seru Tio memanasi.

"Ya udah, pesan minuman gih satu botol, nanti biar aku yang bayar!" perintah Sion akhirnya sambil tersenyum tipis.

"Nah, gitu dong! Baru my Bro! Mas, ke sini sebentar!" panggil Tio kepada salah seorang pelayan cafe, yang sedang berdiri di dekat meja bartender.

"Mau pesan tambahan apa lagi, Mas?" tanya Pelayan cafe tersebut menghampiri.

"Tolong ambilkan beer satu botol, ya! Cepetan, ga pake lama!" pinta Tio dengan semangat.

"Siap, Mas, tunggu sebentar," jawab pelayan tersebut. Kemudian dia berlalu dari hadapan mereka untuk mengambilkan pesanan.

"Kalian tahu enggak, ada kembarannya Rembulan? Dia baru datang dari Jawa Timur, sekarang tinggal di rumahnya Aliza. Namanya Seroja, wajahnya mirip sekali dengan, Rembulan?" tanya Sion.

"Aku sudah tahu mengenai hal tersebut, emangnya kenapa?" jawab Tio balik bertanya.

"Tadi sore aku bertemu dengannya, dia datang ke showroom bersama dengan Aliza, hendak membeli motor, sepertinya dia akan kuliah di kampus kita juga," tutur Sion menceritakan.

"Terus, apa masalahnya, Bro?" tanya Hendri mengerutkan keningnya.

"Aku hanya merasa sedikit aneh saja, karena aku merasa, saat melihat Seroja. Seakan-akan aku seperti melihat Rembulan, orang yang telah meninggal hidup kembali!" jawab Sion dengan wajah ketakutan.

"Kau ketakutan, yaa?" tanya Tio sambil tersenyum menggoda.

"Secara jujur sih, seperti itu ...."

"Astaga, Sion! Perasaanmu ini sangat berbeda sekali dengan Roy, dia bahkan merasa sangat senang sekali. Karena dapat bertemu dan berkenalan dengan Seroja. Sepertinya, cinta matinya kepada Rembulan, akan kembali dicurahkan kepada kembarannya Seroja," ucap Tio.

"Benarkah?"

"Benar, dia bilang sendiri sama aku saat telepon, dia bilang, dia akan mengejar Seroja agar dapat menjadi miliknya!"

"Jika tidak mau, akan diperlakukan seperti Rembulan juga, begitu?" sahut Sion kesal.

"Ssst! Jangan sembarang kalau bicara, Sion! Ingat, kita sedang berada di tempat umum!" ujar Tio berbisik mengingatkan.

"Peduli amat! Aku tidak mau lagi, berurusan dengan kelakuannya si Roy. Bikin aku enggak bisa tidur, dan dikejar dosa aja setiap hari!" keluh Sion dengan penuh penyesalan.

"Sama, aku juga merasakan hal yang seperti itu, Bro! Seandainya, bisa diulang, aku tidak akan ikutan ..." keluh Hendri sambil menyadarkan tubuhnya ke kursi.