Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

OBSESSION BOYFRIEND

🇮🇩Ldy_Aj
--
chs / week
--
NOT RATINGS
77.7k
Views
Synopsis
Lidya adalah gadis ceria, sederhana dan mandiri yang bertemu dengan jendra. Pertemuan awal yang aneh, berebut bangku yang berujung membuat jendra tertarik padanya. Jendra mengekspresikan cintanya dengan cara yang berbeda, ia terlalu menyukai semua yang ada di gadisnya, semuanya tanpa terkecuali. Perasaan itu tak terbendung membuat jendra terobsesi untuk memiliki lidya apapun dan bagaimanapun caranya. “gue gak pernah main-main sama ucapan gue, berani lo pergi dari gue. Gue bakal habisin orang disekitar lo”. – Jendra “gue udah turutin semua yang lo mau tapi apa?!! Lo tetep nyakitin orang disekitar gue”. – Lidya Akan kah lidya bisa terlepas dari genggaman jedra? Atau justru akan terjebak setelah mengetahui semua sisi gelap jedra? ----------------@----------------- . . . . . . . . . . Baca, vote share and coment guys Rank on Wattpad : #1 obsesi 20 desember 2020 # 1 posessive 27 desember 2020 # 7 darklove 20 desember 2020 # 9 overprotective 27 desember 2020 # 8 pemaksa 27 desember 2020
VIEW MORE

Chapter 1 - 1 - OBSESSION BOYFRIEND

Pagi yang buruk bagi lidya karena hari pertama ia memasuki sekolah, hujan mengguyurnya. walaupun tak mempu membuatnya basah namun cukup untuk membuatnya berlari menghindarinya. Sebenarnya ia sangat menyukai hujan tapi saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk bermain dengannya.

" aduh gawat gue telat lagi.... huftt". Ucap lidya saat memasuki gerbang SMA GEMILANG.

Terlihat banyak siswa sibuk mencari namanya diatas kertas yang tertempel dipapan pengumuman itu. Ia berlari menerobos kerumunan siswa, kali ini dikelas mana ia akan tinggal, semoga saja bukan kelas yang terlalu hening karna semua siswa yang sibuk belajar. Ayo lahh ia ingin menghabiskan masa sma nya dengan teman yang seru dan menyenangkan. Lagipula dia bukan orang yang pintar atau hobi membaca tulisan dengan kata baku ilmiah yang terkumpul menjadi beratus ratus halaman itu. Lebih baik membaca novel pikirnya sambil tersenyum.

Saat ia telah menemukan kelasnya, ia berjalan santai sambil melihat sekitar. Melihat papan nama yang tertulis di depan kelas yang menunjukkan kelas 10 A, Lidya langasung masuk dan duduk di bangku nomor 3 dari depan karena terlihat kosong.

"hai... nama lo siapa? Btw gue boleh duduk sini gak ?". tanya lidya

"kenalin gue nina. Duduk aja masih kosong kok". Jawan nina

"gue ke toilet bentar ya... gue titip tas ". Kata lidya

"siap...". jawab nina

Setelah kembali, lidya melihat seseorang menempati tempatnya tadi.

Wahhhhh..... Ngajak perang nih orang.. ga tau apa! gue susah-susah dapetin, eh.. dia barusan dateng langsung nempatin aja". Batin lidya

"sory... ini tempat duduk gue .. lo bisa pindah gak". Ucap lidya halus

Ini aneh seharusnya ia yang menatap tajam orang itu, tapi sekarang mata itu menatapnya tajam mengintimidasi seolah ingin memakannya hidup-hidup.

"...."

"wahhh... gila nih orang gue gak dijawab sama sekali cuy.. berasa ngomong sama tembok tapi ini rasanya sakit". Batin lidya

"eh... gue udah bilang baik-baik ya jadi pliss.. lo pindah gih.. tempat duduk ini tuh gue duluan yang nempatin dan lo dengan seenaknya dateng langsung nempatin punya orang". Cerca lidya

"Gue duluan .. gue gak liat lo duduk disini, gue dateng bangku ini kosong. So, jadi bebas dong gue duduk disini". Jawab dia dingin

"wahhh... lo gak bisa lihat ni bangku tuh dah ada tasnya, jadi gue yang duluan". Jawab lidya mulai emosi

"kalian berdua! Ngapain ribut? Cepat duduk !". ucap seseorang dari depan

Terlalu fokus dengan perdebatan yang berujung sengit, semua orang tak menyadari guru sudah masuk ke dalam kelas.

"maaf bu saya tidak bisa duduk karena tempat duduk saya dia tempatin ". Ucap lidya emosi sambil menujuk wajah lelaki itu.

"kamu yang duduk! Apa benar begitu ?". tanya bu guru

"bangku ini kosong, jadi saya tempatin". Terang lelaki itu

"apaan ... jelas-jelas gue yang duluan. Lo harusnya yang pindah". Sergah lidya sambil menarik tas laki-laki itu, tapi ditarik kembali oleh sang pemilik. Terjadilah peristiwa tarik menarik tas disertai dengan pelototan tajam keduanya.

"lo yang harus pindah". Bantahnya dengan nada tinggi tak lupa rahang yang mengeras dan giginya yang bergelatuk.

Tidak.. ia tidak boleh takut sekarang, ia diposisi yang benar. Ia harus kuat dan berani. Ayo lidya lo bisa.

"lllooo!!!". Jawab lidya tak kalah tinggi sambil meremas roknya.

"loooo!!!". Jawabnya tak mau kalah

"kalian stop!!!". Ucap bu guru keras

"tapi bu...". jawab lidya hendak membela diri

"gak ada tapi-tapian kamu pindah". Ucap bu guru sambil menunjukkan jarinya ke arah kita.

"tuh.. makanya udah gue bilang juga, sana pindah" ucap lidya sambil tersenyum kemenangan

Dia berdiri dengan memasang tatapan tajamnya yang mengarah ke lidya.

"mampus lo!!" ucap lidya pelan

"ngapain kamu berdiri ?". tanya bu guru

Sontak seluruh kelas langsung menoleh ke arah bu guru. Sedangkan lelaki itu kembali duduk tak lupa senyum penuh kesombongannya.

"kamu yang berdiri... cepat pindah!" perintah bu guru

"saya bu?". Tanya lidya kaget

Sontak lidya langsung menoleh ke nina sambil menatap tajam seolah meminta penjelasan.

"sory lid.. tadi gue udah tahan dia, tapi dia keukeh jadi gue gak bisa apa-apa". Jawab nina memelas

Lidya mengarahkan arah pandangnya ke arah dia. Niatnya ingin mengancam, tapi malah mendapat smirk remehnya.

"argggghhh.... kesel banget gue.. awas aja lo ya... gue gak terima" batin lidya sambil mendengus

Akhirnya lidya berjalan lesu menuju bangku yang kosong dipojok kelas yang sudah terisi seseorang disana.

"udah santai aja jendra emang gitu orangnya, seenaknya sendiri". Ucap perempuan di samping lidya

Alis lidya berkerut bertanda bingung dan menatapnya seolah bertanya.

"lo gak kenal sama dia?". Ucapnya lagi

"nggak.. emang dia siapa?". Tanya lidya

"dia itu yang diomongin anak-anak tadi pagi, dia anak pemilik sekolah ini". Ucapnya enteng

"whhhaaatttt... gila... gimana nih... gue udah cari gara-gara sama anak pemilik sekolah.. ntar kalo gue dikeluarin gimana? Ya ilaahh belum juga sehari gue sekolah, masak udah dikeluarin". Batin lidya

"santai aja... dia bukan tipe orang yang suka ngadu, jadi lo aman". Jawabnya

"tapi gue heran deh... yang gue tau, jendra itu orangnya acuh dan gak peduli sama orang lain. Jangankan jawab pertanyaan, ngangguk aja dia enggak, kok bisa ngomong panjang banget ya sama lo. Anehh ". Ungkapnya panjang lebar

"emangg iya?". Tanya lidya penasaran

"sepengetahuan gue dari anak-anak sih gitu, oh iya gue lupa gue belum kenalan sama lo ". jawabnya

"oh iya... kenalin gue lidya falycia danuarta. Panggil aja lidya". Ucap lidya

"oke, gue nadia putri widarto, panggil gue nadia". Ucapnya

"ntar istirahat ikut ke kantin yuk". Ajak nadia

"iyaa terserah". Jawab lidya

-----------

Sedangkan disisi lain jendra sibuk memainkan ponsel dan menghubungi seseorang disebrang sana.

"cari data lengkap lidya falycia danuarta "

"..."

"kirim 2 orang untuk mengawasinya, dan serahkan datanya sore ini".

"...."

====

"den jendra.. udah pulang den?". Tanya bibi saat melihat jendra masuk ke dalam rumah besarnya.

" hmm..". jwab jendra dengan deheman.

Jendra melangkah menaiki tangga memasuki kamarnya, melempar tas sekolah sembarang arah dan berbaring diatas ranjangnya.

"ahhh...". ucap nya saat tubuhnya menyentuh ranjang. Ia memejamkan mata sebentar, lalu tersenyum mengingat yang terjadi padanya hari ini. Sebenarnya ia sangat muak berdekatan dengan orang lain, mereka menjalin hubungan hanya karna menginginkan sesuatu darinya. Bukankah semua orang sama saja di dunia ini, tak ada yang benar-benar peduli dan mengerti. Tapi dekat dengan gadisnya berbeda, ia merasa nyaman bahkan tak sadar bahwa ia banyak bicara daripada biasanya.

Jendra berjalan memasuki kamar mandi untuk memulai ritual mandinya.

"den permisi.. ini ada berkas untuk aden". Ucap bibi di depan pintu kamar mandi.

"taruh di atas meja bi". Sahut jendra

"baik den". Jawab bibi kemudian keluar dari kamar jendra setelah melakukan tugasnya.

Jendra keluar dengan rambut yang masih basahnya, sambil memakai pakaiannya dari dalam lemari. Ia mengambil dan membaca berkas diatas meja, rupanya itu berkas mengenai gadis itu.

Jendra duduk sambil meminum cola kaleng yang dia ambil, ia termenung sambil menatap permukaaannya dengan teliti kemudian menyeringai.

"menarik". Ucapnya