Chereads / OBSESSION BOYFRIEND / Chapter 6 - 6 - OBSESSION BOYFRIEND

Chapter 6 - 6 - OBSESSION BOYFRIEND

"lid.. Lo tau nggak kemarin jedra dkk tawuran sama SMA Pelita? ". Ucap nadia

"oh ya.. Terus? ". tanya lidya seolah tidak tertarik sebenarnya ia tidak mengetahuinya setelah ia mendengar dari nadia ia ingin mengetahui bagaimana keadaan jendra sekarang dan apa saja yang terjadi kemarin.

"anak sma pelita langung bonyok semua apalagi reno pemimpinnya, sampek patah tulang". Kata nadia dengan gaya bahasa yang dilebih-lebihkan

"ha? Patah tulang? ". tanya lidya terkejut

"iya.. Denger-denger sih, jendra yang patahin tulangnya". Lanjutnya enteng

"kasihan ya.. ". ucap lidya dengan wajah prihatin

"si jendra? ". tanya nadia bingung

"bukan tapi musuhnya". Jawab lidya

"jendra kok tega ya sampek matahin tangan orang, nggak kasihan apa". Terang lidya serius

"gue gak abis pikir sama jendra kenapa tawuran yang malah bisa merugikan diri sendiri dan orang lain, sekarang liat si reno reno itu dia sampai patah tulang lo nad, apa dia gak mikir reno bakal masuk rumah sakit, dia gak bisa gerak leluasa kayak sebelumnya ditambah dia juga pasti bakal banyak ketinggalan pelajaran karna harus dirawat dirumah sakit". Ucap lidya panjang lebar pada nadia

Sedang nadia hanya diam menunduk sambil melirik arah belakang, tapi lidya tak perduli ia tetap melanjutkan ucapannya yang belum selesai.

"Oh ya bagaimana kalo orang tua reno gak punya biaya buat bawa dia ke rumah sakit, bener-bener jendra itu.. apa dia pernah mikir sampai sejauh itu". Lanjut lidya serius

Sedangkan nadia teteap menunduk sambil menunjuk kebelakang dengan ekor matanya.

"lo apaan sih nad. Gue ajak ngomong malah lirik-lirik. Lo liat apaan sih??". Tanya lidya penasaran

Lidyapun langsung melihat ke arah belakang yang langsung dikagetkan dengan sosok jendra dengan tatapan emosi tak lupa dengan wajah yang babak belur.

"ikut aku sekarang". Ucap jendra sambil menarik tangan lidya kencang.

"akkhh.. Jend sakitt.. Pelan-pelan ". Ucap lidya

Sesampainya ditaman belakang sekolah jendra langsung melepas genggamannya kasar. Ia sangat emosi sekarang, niatnya ingin memaafkan kesalahan gadisnya kemarin malah ia mendengar lidya membela musuhnya kemarin.

Ia harus memberi pelajaran pada gadis kecil nya ini, agar ia tahu kesalahannya. Tak cukup kelakuannya kemarin, sekarang ia semakin membuat amarahnya memuncak sampai ke ubun-ubun.

"auu.. Bisa gk sih nggak usah narik-narik tangan segala sakit tau..". ucap lidya sewot

"maksud lo apa kemarin langsung matiin telfon gitu aja. Udah berani lo sama gue hmm". Ucap jendra dingin sambil mengetatkan rahangnya kuat.

Gawat jendra sudah mengganti ucapannya lo-gue, itu artinya ia sangatlah marah dan tak terkalahkan saat ini.

"hak gue lah mau matiin apa nggak.. ". Jawab lidya seadanya

"sini hp lo!". Perintah jendra mutlak

"nggak". Bantah lidya keras kepala

"serahin atau lo gue hukum.. ". ancam jendra dengan suara rendah

Akhirnya dengan berat hati lidya langsung menyerahkan hpnya ke tangan jendra karna ia tak mau menyesal nanti.

"prang.. ". Bunyi nyaring hp yang dibanting yang telah hancur berkeping keping

Dengan mudahnya jendra membanting hp lidya dengan keras ke lantai. Lidya sangat marah melihat hp nya dibanting hancur berkepig keping di depannya. Mengingat tak mudah lidya membeli hp itu, butuh waktu berbulan-bulan ditambah perekonomian keluarganya yang buruk saat itu. Lidya membeli hp sederhana dengan jerih payahnya sendiri, ia sangat bahagia. Ia berjanji akan menjaga hp ini dengan baik.

"lo apa apan sih.. Lo tega tau nggak.. Asal lo tau gue beli handpone ini tuh susah payah.. Hiks. Sampek gue rela gk.. Hiks. jajan 3 bulan.. Hiks.. Dan lo dengan mudah ngancurin bang berharga gue.. Hiks.. Hiks".  Teriak lidya sesenggukan sambil memungut handphonenya yang hancur.

"hiks..  Gue benccii sama lo!! .. Hiks. ". Ucapnya lalu pergi dari hadapan jendra,  namun naas tangannya terlibih dahulu dicengkram oleh nya. Lidya berpikir jendra menahannya karna akan meminta maaf tapi ia salah. Salah besaaarr!!

"siapa yang nyuruh lo pergi..  Haa! ". Bentak jendra emosi, ia tak peduli dengan tangisan gadisnya sekarang.

"jangan pernah ngelakuin hal yang gak gue ijinin ngerti lo! ". bentak jendra tepat didepan wajah lidya.

"leppaas". Ucap lidya berusaha melepaskan cengkraman di tangannya.

"gue nggak peduli.. ". jawab jendra dengan penuh penekanan

"plakk". Jangan mengira itu tamparan dari jendra nyatanya bukan. Lidya mengira dengan menampar jendra ia bisa lepas dari genggamannya namun malah membuat jendra semakin emosi.

Jendra yang merasa pipinya ditampar pun langsung menatap tajam lidya. Matanya berkilat merah menandakan siempunya benar-benar marah sekarang. Cengkramannya pun semakin kuat,  membuat lidya meringis kesakitan. Tak menunggu waktu lama ia menarik tangan lidya dan langsung menggendongnya di punggung layaknya karung beras.

"jend..  Turunin gue! Jend.. Gue bilang turunin! ".

Lidya semakin meronta,menendang, memukul sampai mencubit jendra tapi ijendra sama sekali tak bergeming. Ia merasa kepalanya sangat pusing ditambah ia sangat haus, matanya bengkak akibat menangis dan jarak yang ditempuh jendra lumayan jauh.

"tolongin gue.. Pliss.. Siapapun gue mohon". Ucapnya merintih pada orang orang disepanjang koridor.

Semua orang ingin menolong, sangat ingin bahkan. Tapi mereka tak mau terancam dikeluarkan bahkan tidak diterima disekolah mana pun. Lebih baik bagi mereka untuk diam seolah tak melihat apapun.

"jend.. Gue mohon turunin gue.. Kepala gue sakit".

Setelah mengatakan itu mata lidya terpejam. Jendra yang mengetahui bahwa gadis di gendongannya telah tertidur pulas menyeringai tipis. Tak perlu untuk membuatnya tertidur karna ia sudah tidak sadarkan diri terlebih dahulu pikirnya. Ia sudah mengetahui sebelumnya,  bahwa sang gadis memiliki kebiasaan tertidur setelah menangis sesenggukan.

--------@@@----------

Hari semakin sore langit sore bercampur angin menerobos masuk melalui jendela menerpa wajah bidadari yang tidur lelap di ranjangnya.

"akhh". Ringis lidya sambil memegang kepalanya.

Matanya membuka pelan menyesuaikan cahaya, menerjap beberapa kali menyadarkan ini bukan tempat yang biasa ia tempati, kamarnya yang di dominasi warna biru berubah menjadi warna hitam putih dan pencahayaan yang tak terlalu terang dan terasa redup.

"gue dimana? ". Ucapnya saat menyadari sekelilingnya bukanlah ruangan yang ia kenal.

" udah bangun? makan apa? ". Jawab seseorang yang muncul dari arah pintu siapa lagi kalau bukan jendra.

"aku mau pulang".ucap lidya

"aku udah bilang sama ayah kalo kamu nginep disini". Jawab jendra datar

"makan apa? ". Tanya jendra sekali lagi tapi kali ini dengan nada rendah tak terbantah

"ayam tepung combo pedes". Jawab lidya akhirnya.

Sepertiya akan percum ajika ia melawan sekarang, lagi pula ia sangat lapar saat ini. Bukankan untuk melawan juga butuh tenaga.

"gak boleh pedes". Ucap jendra memerintah

"yaudah aku gak mau makan". Jawab lidya sambil emngerucutkan bibirnya.

"iyaiya.. Jangan ngambek.. Udah itu aja? ". jawab jendra luluh

"pizza, big burger  sma cola". Lanjut lidya lagi.

"okee". Ucap jendra

Makanan datang dan sekarang mereka sudah ada di meja makan. Lidya melihat mekanan yang tersaji di depannya dengan semangat, apapun kekesalan nya jika ia melihat makanan yang ia inginkan. Kekesalannya langsung lenyap begitu saja. Masa bodoh yang terpenting sekarang ia harus makan dan menyiapakan energi untuk bisa melawan manusia disamoingnya saat ini.

"hmm.. Yang mana dulu ya.. Yang ini aja deh". Ucap lidya bingung memilih

Lidyapun makan ayamnya dengan nikmat. Saat Jendra mau mengambil 1 potong ayam langsung mendapatkan tentangan dari siempunya. Tidak, tidak ada yang boleh mengganggu acara makannya saat kesal.

"apaan jangan pegang-pegang". Sewot lidya tak terima

"yahh yang minta satu aja kok". Jawab jendra

"nggak.. Inikan pesenan aku. Pesenan kamu mana?". Ucap lidya

"yah kan aku kira kamu pesenin buat aku sekalian yang". Jawab jendra jujur. Ia jujur, jendra mengira lidya memesan begitu banyak makanan untuk dirinya juga. Tapi sepertinya ia melupakan sesuatu jika gadisnya ini makannya sangat banyak tapi ia benar-benar tak berfikir ia akan kuat menghabiskan semua makanan itu sendiri.

"nggak.. Apaan.. ". ucap lidya

"iyaiya.. ". jawab jendra mengalah

"itu tuh kenapa muka kamu babak belur? Tawuran.. Iya? ". tanya lidya sinis

"nggak kok.. Cuma jatuh ini". Jawab jendra

"bohong lagi iya? Aku udah tau semuanya jend. Aku paling nggak suka dibohongin, kemarin aku bilang apa? Kalo kamu berantem jangan deket-deket sama aku lagi". Ucap lidya kesal

"jangann yang". Ucap jendra cemas

"bodo". Jawab lidya tak peduli

Lidyapun langsung meninggalkan jendra sendiri, lalu kembali dengan membawa kotak obat. Melihat itu jendra tersenyum,  ternyata walaupun marah ia masih peduli.

"sini". Kata lidya menyuruh jendra duduk di sofa ruang keluarga

"kalo kamu berantem sekali lagi jangan ngomong sama aku lagi". Ucap lidya sambil menuangkan alkohol ke kapas.

"iya.. Iya". Jawan jendra akhirnya

Lidya langsung menangkup pipi jendra dan mengarahkan nya lebih dekat agar memudahkannya untuk mengobati lukanya.

"aku juga gak suka kamu belain musuh di belakang aku". Lanjutnya

"aku gak belain kok, aku cuma kasian.. kamu gak mikir apa dia nanti gimana?, orang tuanya gimana?, biaya rumah sakit gimana?". Ucap lidya beruntun

"itu resikonya sendiri karena udah ngusik aku.. lagian udah diurus kok sama orang papa". Jawab jendra

Bagaimana tidak lidya mengobati luka jendra dengan menekan-nekan lebamnya.

"auu... Pelan-pelan yang.. Sakit". Ringis jendra

"biar gak songong jadi orang.. Gini aja sakit.. Gimana kalo kepala kamu pecah..". ucap lidya meremehkan

"yahh jangan sampek yang". Ucap jendra langsung

"udah diem dulu.. Lagi diobatin juga.. ". ucap lidya kesal sambil menepuk pipinya pelan

"yah kan aku jawab yang". Ucap jendra mengelak

"auu.. Sakit yang.. Iyaiya". Lanjutnya saat lidya menekan lukanya.

"udah selesai..". Ucap lidya kemudian kembali melanjutkan acara makannya yang tertunda.

"kamu lagi pms yang? ". Tanya jendra frontal

"apaan sih kok tanyanya gitu.. Gak sopan.. ". Jawab lidya ketus

"yah kan cuma tanya". Ucap jendra membela

"kalau iya.. Kenapa? ". jawab lidya ketus

"pantes". Gumam jendra pelan

"nggak papa kok yang". Ucap jendra pada lidya

"nggak usah panggil-pangil yang.. Yang-yang pala lu peyang". Ucap lidya

"iyaa". Ucap jendra mengalah

ia ingat, ia pernah dengar dari bagas temannya. "kalo cewe lagi datang bulan nih.. mending lo ngalah dan gak usah mgebantah kalo gak mau lo kena semburan singa betina hahaha".

"nih.. Aku kasih ayam sama pizza.. Kurang baik apa cobak". Kata lidya sambil memberikan ayam 2 potong dipiring dan 2 pizza dengan porsi yang sama.

"hmm iya kmu baik.. Baikk banget". Jawab jendra menekan kata baik

"kamu nyindir aku". Ucap lidya tak terima

"nggakk.. Aku ngomong yang sebenernya kok". Bela jendra

"aku mau pulang". Ucap lidya setelah menghabiskan semua makanan tanpa sisa di meja makan.

"aku udah izinin kamu buat nginep masak kamu pulang.. Kan gak enak sama ayah". Jawab jendra

"kamu gak terima.. Oke.. Jangan ngomong sama aku lagi mulai besok". Teriak lidya langsung memasuki kamar.

"salah lagi.. Salah lagi". Keluh jendra kesal