"Ahhhhh.. ". Seru jendra yang langsung melemparkan diri ke kasur.
"semakin gue deket sama lo semakin gue suka dan tergila gila sama lo". Gumam jendra sendiri sambil memikirkan apa yang terjadi.
Ia langsung membuka handphone nya dan melihat beberapa foto cantik yang berhasil di ambilnya. Melihat foto sambil tersenyum dan terkekeh adalah hal yang tak pernah dilakukannya, sekarang mungkin sudah menjadi hobynya.
Tak ada yang tau jika foto yang ia lihat adalah foto seseorang yang sangat ia suka beberapa hari ini, yang berhasil menarik perhatiannya.
Ya.. Itu adalah foto lidya saat sedang tidur, makan bahkan tersenyum bahagia berada di hpnya. Jangan berpikir ia yang mengambil sendiri gambar itu, nyatanya bukan karna sedari tadi ia bersama nya dan tak mungkin mengambilnya diam2-diam karena itu bukan hal yang ia suka.
Ia mengutus seseorang yang ahli dalam hal ini untuk selalu memantau dan mengambil gambar gadisnya dalam setiap kegiatannya. Ngeri bukan, tapi ia terlanjur mencintai gadis itu dan gadis itu hanya miliknya! Tak ada yang boleh menyentuh bahkan mengganggunya sedikitpun atau akan berakhir menyedihkan.
Flash back
Pagi ini jendra meliat lidya kantung matanya menghitam dan terlihat tak bertenaga. Saat sebelum masuk kelas jendra mendengarkan pembicaraannya dengan nadia sahabatnya. Akkkhhh.. Drakor siaaallann ingin rasanya jendra melenyapkannya karna telah membuat gadisnya mengantuk pagi ini. Mungkin saat lidya menjadi miliknya nanti ia akan melenyapkannya.. Hmm jendra tidak sabar saat itu terjadi.
Jendra pun berjalan masuk dengan tatapan tajam dan dinginnya, semua orang yang dikelas menatap jendra takut kecuali lidya. Ahh... gadisnya itu sungguh menggemaskan, ingin rasanya ia menciumnya tapi untuk saat ini tidak bisa.
Jendra berjalan ke arahnya, menawarkan bangku yang ia inginkan, ternyata ia sudah tidak tertarik. Jendra pun berjalan kebelakang bangkunya dan duduk disana. Senang rasanya bisa melihatnya dengan jarak yang sedekat ini.
Jendra pun mengeluarkan earphone dan berpura pura mendengarkan musik. Iya hanya berpura pura agar gadisnya merasa nyaman, kemudian lidya tertidur. Melihat dia tidur membuat jendra merasa damai dan nyaman saat melihatnya. Jendra tidak akan membiarkan siapapun berani mengganggu bidadarinya beristirahat termasuk guru sialan itu sekalipun.
"hallo.. Pak saya mau kelas 10 A jamkos sampai istirahat. Saya tidak menerima penolakan sedikitpun".
Iya jendra pelakunya yang membuat guru tidak ada yang datang ke kelas. Lagipula itu hal kecil menurutnya karena sekolah ini milik keluarganya yang mungkin akan jadi miliknya nantinya.
Erfinn.. Dia adalah teman terbaik jendra. mereka berdua adalah orang yang berkuasa di sekolah ini, bahkan guru atau kepala sekolah pun tidak ada yang berani melawan erfin dan jendra. Apalagi alasannya jika bukan kekeuasaan keluarga mereka, keluarga mereka berdua bukanlah keluarga sembarangan.
Jendra adalah cucu dari pemilik perusahaan terkuat dan terbesar Wijaya's Company, yang sekarang menduduki perusaan terbesar di Indonesia dan asia. Sedangakan erfin adalah anak dari seorang pejabat tinggi di Jakarta, tak ada yang tau jika anak dari seorang pejabat ternyata sangat kejam dan biang masalah seperti teman-temannya termasuk Jendra.
Iyaa.. jendra lah yang mengubah semua yang menurutnya tidak pantas untuk lidya termasuk minuman, sambel itu semua ulah jedra karna ia tidak ingin gadisnya sakit.
Flashback off
------@@------
"ehh lid.. Lo dicari tuh sama kak rafa". Kata dinda.
"kenapa? ". Tanya lidya
"mana gue tau.. Tuh lo ditungguin di depan kelas.. ". Sahut dinda
"oke.. ". Jawab lidya lalu berjalan keluar kelas.
"hai kak.. Kenapa ya nyari gue?". Tanya lidya.
"gini dek gue boleh minta tolong nggak.. Kebetulan temen gue gak bisa perform di acara sekolah minggu depan. Lo mau gak perform bareng gue..?". Tanya rafa.
"mauu ya pliiss.. ". Bujuk rafa
"okee.. Asalkan ada untungnya buat gue". Tawar lidya
"okelah.. Lo mau apa aja gue turutin deh.. ". Kata rafa
"long skatebord lo, boleh lah kak". Kata gue
"yaelah dek.. Jangan yang itu napa, baru aja keluar dari toko masak udah pindah tangan". Nego rafa
"yaudah sih.. Gue gak bisa.. Sibukk". Jawab lidya
"oke deh gue relain dia.. Jaga baik-baik ya adek gue". Jawab rafa
"ekwkwkwk.. Sip.. Kapan latihan? ". Tanya rafa
"nanti pulsek di ruang musik". Jawabnya
"okee.. ". Jawab gue
Jangan tanya kenapa rafa dan lidya bisa dekat seperti itu, karena mereka berdua sama sama mencintai musik yang membuat mereka terlebih dahulu dekat sebelum lidya bersekolah disana.
Rafa sangatlah tampan dan humoris tak jarang membuat lidya tertawa terpingkal-pingkal dibuatnya.
Sedangkan dibalik pintu mereka tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memperhatikan mereka. Dengan tangan terkepal dan mata yang tajam. Setelah rafa pergi ia pun langsung mencengkram tangan lidya kasar.
"aakkhh.. Sakit.. Lo apa-apaan sih jend.. Lepasin sakkiiitt". Bentak lidya
"berani bentak gue lo hmm". Ucap jendra sambil menguatkan cengkraman ditangan gadisnya. Langsung menarik tangan lidya menuju laboratorium biologi yang kosong di lantai atas.
"jendra lepassinnn.. Auuhhh.. Sakkkitt". Teriak lidya sambil meronta ronta agar tangan nya terlepas dari genggaman jendra.
Bayak siswa siswi yg menyaksikan kejadian itu hanya menatap kasihan tanpa bisa berbuat apa-apa. Sebenarnya mereka ingin menolong lidya hanya saja mereka lebih memilih diam daripada dikeluarkan dan tidak akan diterima disekolah manapun.
"masukk". Ucap jendra penuh penekanan sambil mendorong tubuh lidya masuk ke dalam ruangan dan langsung menguncinya.
Lidya berlari ke sudut ruangan ketakutan, tak terhitung berapa banyak peluh yang menetes diwajahnya, yang ia takutkan saat ini adalah seseorang yang berada di depannya. Ia ingin keluar dari tempat ini tapi ia takut jendra akan semakin marah.
"ngomong apa lo sama dia sayaang". Kata jendra tajam
"...". Lidya hanya diam membisu, ingin sekali ia menjawab tapi lidahnya kelu dan suaranya tak mampu keluar dari mulutnya.
"JAWAABB!! ". Bentak jendra
"gak ada apa-apa jend". Jawab lidya sebisa mungkin tak terlihat takut.
"siapa dia hmm?? ". Sinis jendra
"diiaa. . K.. Akak ke.. Las". Sial kenapa suranya tebata-bata seperti ini.
"lo itu milik gue dan gue gak mau lo berhubungan sama cowok lain selain guee... Ngerti lo! ". Bentak jendra tepat didepannya.
Tidak ia tidak boleh takut, memangnya jendra siapa berani mengaturnya seperti ini. Ia tidak berhak sama sekali untuk mengatur hidupnya, seharusnya dia lah yang marah saat ini karna berani membawa dan membentaknya seperti sekaranag.
"maksud lo apa? Lo gak berhak ngatur gue karna lo bukan siapa-siapa gue. Lo gak lebih dari sekedar orang yang baru gue kenal". Jawab lidya lantang
Jendra mengggeram dan langsung mencengkram rahang lidya kuat.
"suka gak suka lo pacar gue , lo milik gue mulai sekarang..". Kata jendra penuh penekanan tepat didepan wajahnya.
"gue bukan barang yang biaa dimilikin siapa-siapa!". Ucap lidya lantang sambil menepis tangan jendra.
"oohhh.. Atau lo mau kakak rafa lo yang tersayang itu mati ditangan gue hmm". Ucap jedra sambil membelai pipi gadisnya lembut yang malah membuat lidya semakin merinding dan takut.
"lo gila jend.. Lo sintingg.. ". Ucap lidya sambil menatap jendra tak percaya.