Chereads / OBSESSION BOYFRIEND / Chapter 21 - 21 - MY OBSESSION BOYFRIEND

Chapter 21 - 21 - MY OBSESSION BOYFRIEND

Hi guys untuk kenyamanan pembaca, aku tidak akan menulis bahasa asing disini, penulisan bahasa jerman akan diganti menjadi bahasa indonesia .

Happy reading guys..🥳

_________

Jendra berjalan memasuki kamar yang ia tinggali sementara bersama lidya di jerman, ia menatap lidya yang tertidur pulas sambil menggenggam snack di tangan nya.

Jendra tersenyum kecil lalu duduk diranjangnya sambil memijat kecil pangkal hidungnya, ia harus merubah beberapa sistem perusahaan nya. Permasalahan di kantornya membuatnya berpikir keras siapa pelaku di balik penghianatan yang direncanakan oleh bawahannya.

Pasalnya jika mereka melakukan hal itu untuk keuntungan mereka sendiri mungkin tidak akan berdampak besar untuk seluruh anak perusahaannya. Mereka mempunyai maksud terselubung dibalik tindakan picik nya, ada beberapa data penting perusahaan yang terlacak bocor oleh divisi tujuh, penghianat itu mengirim data penting hanya kepada 1 akun.

Namun anehnya mereka tidak bisa menemukan pemilik akun yang menerima data tersebut, hilang, lenyap, seolah akun itu tidak pernah ada sebelumnya.

Divisi tujuh bergerak cepat berusaha membuka akses rahasia, mereka mengerahkan beberapa hacker yang mampu meretas sistem pertahanan IT yang kuat. Namun tetap saja itu membutuhkan waktu yang cukup panjang.

Sudah mengganti bajunya dengan piyama tidur, jendra mengambil snack ditangan lidya pelan. Ia meenggendong lidya untuk membenarkan posisi tidur gadis itu. Ia berbaring disampingnya, ia mengecup kening lidya, lalu bergabung memejamkan mata mengikuti naluri tubuhnya.

Flashback

"Sayang... Jaga adik kamu sebentar ya mama mau bikin susu lala dulu". Ucap wanita itu sambil mengelus kepala jendra

"Iya ma..". Jawab jendra kecil sambil tersenyum gembira

Jendra berlari menuju ruangan adik perempuannya sambil tersenyum senang, ia mengambil boneka yang ia beli di perjalanan pulang dari sekolahnya tadi.

"Lala.. abang bawa kitty buat lala". Ucap jendra sambil menunjukkan boneka hello kitty di depan adikknya

Lala tersenyum senang, ia bergerak senang merespons ucapan kakaknya. Gadis kecil berusia 12 bulan itu memiliki pipi yang besar, saat ia memainkan bibirnya, ia terlihat sangat lucu seperti boneka bayi yang menggemaskan.

Ditambah irisnya yang berwarna hijau dari ibunya ia terlihat sangat menawan sehingga mampu memikat setiap orang yang melihatnya.

Mereka berdua bermain bersama, tapi ibundanya tak kunjung datang. Jendra berinisiatif ke dapur menyusul ibunya.

"Lala tunggu sini bentar ya .. abang mau ambil susu buat lala". Ucap jendra lalu bergegas pergi ke dapur

Jendra berteriak kaget melihat ibunya tergeletak di lantai dengan darah yang menggenang keluar dari tubuhnya.

Ibunya menatap jendra dengan senyum getir dan bernafas berat.

"Ma.. mama". Teriak jendra sambil berlari ke arah mamanya yang terlihat sangat lemah. Jendra kecil langsung memangku kepala bundanya seraya mengelus pelan rambutnya.

"Ja... Jagaa.. laa.. laa.. perh.. ghii.. dari.. sini cepatt se.. belum.. dia datang". Ucap mama jendra lalu memejamkan matanya.

Jendra mengguncang tubuh ibunya kuat.

"Maaa... Bangunnn maaa mamaaa". Teriak jendra sambil menangis kecang

"Maaa jangann tinggalin jendra maa"

"Maaaammaaaa!!!!". Teriak jendra kencang sambil memeluk tubuh mamanya yang sudah tak berdaya di atas pangkuannya dengan beberapa suntik yang masih menancap di tubuhnya.

_____

"Maaaammaaaa". Teriak jendra

Lidya terkejut dan dan berusaha membangunkan jendra dari tidurnya. Ia menggoncang tubuh jendra kuat.

"Jennddd.. bangguuunnn jendraaa". Ucap lidya sambil menepuk kedua pipi jendra kuat

"Maaaaammaa.. hikss maaaa.. hiks.. mamaa ". Tangis jendra lirih

"Jend... ". Panggil lidya lirih saat menyadari jendra sudah tersadar.

"It's okeyyy ... I'm here.. you're not alone .. l'm stay here". Ucap lidya sambil memeluk tubuh jendra menenangkan. Membiarkan jendra menangis dipelukkannya.

Setelah beberapa lama mereka berdua terdiam hening, bersandar di kepala ranjang sambil menikmati kesunyian.

Baru kali ini lidya melihat sisi jendra yang lain, sisi yang rapuh. Membuat orang ingin memeluknya erat untuk melindungi.

"Minum dulu". Ucap lidya memecah keheningan menyodorkan segelas air putih yang ada di nakas.

Jendra meminumnya pelan, menatap lidya sebentar.

"Ayo tidur lagi.. Masih jam 3 pagi". Ucap lidya sambil menarik jendra turun untuk berbaring.

Lidya memeluk jendra sambil mengelus rambutnya pelan. Jendra membalas pelukan lidya erat, lidya penasaran sebenarnya apa yang terjadi dengan masa lalunya. Jendra membisu, lidya tau bukan saatnya ia penasaran apa yang terjadi sekarang, ia harus membuat jendra tenang dan merasa lebih baik.

" Jangan takut kelihatan lemah di depan aku, karna aku tau kamu manusia, wajar kalo kamu ngerasa sedih atau rapuh".

"Aku gak tau masa lalu kamu seperti apa, seberat apa yang kamu lewatin. Kamu gak perlu ceritain kalo kamu gak mau cerita. Tapi kalo kamu udah capek dan butuh orang untuk dengar cerita kamu, aku slalu ada. Yang harus kamu tau, kamu gak sendirian. Ada aku, ada semuanya".

" Jadi lemah sehari gak akan bikin image jendra yang kuat bakal luntur kok, it's okey. Kamu gak perlu jadi orang yang sempurna, cukup lakuin semua sesuai dengan ini-- ". Ucap lidya sambil menyentuh dada jendra.

" Hati kamu". Ucap lidya

Jendra menenggelamkan wajahnya di cecuruk leher lidya, rasanya ia ingin menangis mendengar semua ucapan lidya.

"I love you..". Ucap jendra lirih sangat lirih, mungkin hanya dia yang bisa mendengarnya.

" I love you too". Jawab lidya pelan sambil tersenyum menatap wajah jendra.

Jendra tersenyum, baru pertama kali ia mendengar kata itu dari gadisnya. Jendra memejamkan matanya, ia merasa tenang. Ia memejamkan matanya, sampai keduanya kembali tertidur tanpa sadar.

______________

"Kamu ikut aku ke kantor". Ucap jendra saat lidya mengambilkan lauk.

" Iya.. Aku juga bosen disini terus". Jawab lidya

Mereka makan dengan hening, setelah itu mereka berjalan memasuki mobil yang menuju ke perusahaan jendra.

Saat sudah sampai. Keduanya turut, terlihat jendra disambut beberapa orang di pintu loby, mereka memasuki kantor jendra, semua pegawai di sana menundukkan kepalanya hormat.

Lidya berdecak kagum, perusahaan jendra sangat besar ditambah jendra menjadi pimpinan dan pemilik perusahaan di negara asing. Lidya tak menyangka jika jendra sehebat ini.

"Saya sudah membuat sistem perusahaan baru, kumpulkan semua pimpinan divisi untuk rapat dengan saya sekarang". Ucap jendra

" Baik tuan". Jawab regas sekretarisnya

Jendra berjalan ke arah lidya yang duduk di sofa, ia menarik tangan lidya pelan membawanya menuju pintu di ruangannya. Jendra membuka pintunya di sana ada kamar yang sederhana,  ranjang berukuran sedang, lemari kayu yang besar dan ada tv dengan 1 set sofa di sana.

"Aku mau rapat, kamu tunggu disini sebentar ya sayang". Ucap jendra setelah mereka duduk di sofa

"Hufftt .. Ini sama aja kayak aku di rumah jend.. Tetep aja dikamar". Jawab lidya dengan keluh kesahnya

" Nggak.. Beda sayang kalo di rumah kamu gak ketemu aku". Jawab jendra dengan percaya diri

"Idihhh.. Aku mah biasa aja, paling kamu yang kangen sama aku". Ucap lidya sombong

Jendra tersenyum, memang benar ucapan lidya. Ia tidak bisa jauh dari gadis kesayangannya, setiap hari jendra melihat apa saja yang dilakukan gadisnya melalui cctv, untuk mengurangi kerinduannya.

" Nanti kita akan jalan-jalan di kota, belanja, makan semuanya. Apapun yang kamu inginkan". Ucap jendra

Mata lidya berbinar, akhirnya ia bisa merasakan berada diluar setelah beberapa hari berada di rumah.

"Yeyyy.. Aku mau belanja yang buanyaaak buat yang lain juga". Jawab lidya

" Iya sayang". Ucap jendra sambil berjalan menuju pintu keluar.

Setelah jendra hilang dari pintu, lidya mendesah kasar. Huffttt.. Sepertinya ia akan bosan lagi.

__________

Setelah jendra selesai rapat, ia menepati janjinya, sekarang mereka sudah berada di pusat perbelanjaan dikota jerman. Lidya terlihat sangat antusias memasuki toko-toko baju, sepatu, tas dan makanan lainnya.

Sejak mereka masuk semua mata menatap mereka, sudah menjadi buka rahasia lagi jika jendra sangat terkenal di negara ini. Karena perusahaan terbesar di sini adalah miliknya. Ditambah ia selalu tampil dan mendapatkan penghargaan pengusaha muda paling sukses dikalangan pengusaha muda lainnya.

Tentu saja pencapaiannya membuatnya sangat terkenal, tapi tidak dapat dipungkiri banyak pengusaha yang merasa tersaingi dan memilih untuk menjadi musuhnya.

"Kamu kok bisa bicara bahasa jerman lancar? ". Tanya lidya

" Ayah aku orang jerman sayang". Jawab jendra sambil mengecup pelipis gadisnya

Jendra memegang pinggang lidya erat, seolah menunjukkan jika ia miliknya.

Melihat banyak mata laki-laki yang memperhatikan gadisnya membuatnya menggeram kesal. Seharusnya ia booking mall nya agar tidak ada mata keranjang yang melihat ke arah gadisnya.

Lidya yang merasa pegangan di pinggangnya semakin erat menatap jendra penuh tanya.

"Kenapa ? ". Tanya lidya sambil mengelus tangan yang berada di pinggangnya.

" Aku gak suka kamu dilihatin laki-laki lain, dasar mata keranjang". Umpat jendra menatap semua laki-laki yang memperhatikan gadisnya.

Jendra berhenti berjalan, menyuruh sekrekarisnya untuk mendekat kearahnya. Regan berjalan mendekat.

"Kosongkan seluruh mall dari pengunjung sekarang". Perintah jendra

" Baik tuan". Jawab regan seolah siap melaksanakan tugasnya.

"Ya ampun jend, kamu selalu gitu". Keluh lidya lelah, walaupun ia sudah lama bersama jendra tapi tetap saja ia belum terbiasa dengan sikap jendra sampai sekarang.

" Udah sekarang kamu bisa belanja sepuasnya tanpa ngerasa terganggu sayang". Ucap jendra

"Nggak usah sampai gini kali jend, pasti mahal. Mending buat beli yang lebih penting". Ucap lidya

" Uang aku gak bakalan habis cuma buat booking mall sayang, lagian ini mall milik aku. Jadi aku bebas mau lakuin apapun". Jawab jendra

"Uing iki gik bikil hibis.. Always.. Terserah". Ucap lidya mengakhiri perdebatan. Lidya berjalan cepat menuju toko baju mendahului jendra.

" Sayang". Teriak jendra saat sadar gadisnya berjalan meninggalkannya.

"Oh iya jend, kapan kita pulang ke indonesia. Hari senin udah masuk sekolah loh". Tanya lidya

" Besok kita pulang". Jawab jendra

"Kerjaan kamu udah selesai? ". Tanya lidya

" Tadi aku udah selesain semua kerjaan ku sayang, all.. Jadi besok kita bisa pulang". Jawab jendra

"Okey sayang". Jawab lidya

Mendengar lidya memanggilnya sayang saja, ia seperti melayang ke awan. Jendra mengikuti langkah lidya antusias.

Setelah beberapa lama jendra merasa kakinya sangat sakit mengikuti lidya yang mondar mandir membeli oleh oleh untuk keluarga dan teman temannya. Rasanya kakinya seperti putus sangking lelahnya berjam jam berkeliling menemani gadisnya belanja.

"Sayang.. Ayo pulang ". Ucap jendra

"Kok pulang.. Belum selesai, kayaknya nadia kemarin bilang pengen beli tas keluaran jerman deh, ayo ke sana jend". Ucap lidya sambil menarik tangan jendra

" Kan tadi udah ke sana". Rengek jendra tapi tetap mengikuti langkah gadisnya

"Tadi buat aku, ini mau beli buat nadia". Jawab lidya

" Kenapa gak sekalian sayang". Ucap jendra gemas dan kesal bersamaan

"Ayo pulang". Ucap jendra lagi

" Kamu kenapa sih jend, dari tadi minta pulang terus. Katanya mau nemenin aku beli semua yang aku pengen, sekarang malah gini". Ucap lidya kesal mendengar jendra minta pulang terus.

Jendra benar-benar lelah, setelah bekerja ia langsung pergi menemani gadisnya. Apalagi sekarang sudah hampir 3 jam mereka berkeliling kesana kemari.

"Kalo mau pulang sana pulang sendiri, aku masih belum selesai". Sewot lidya marah

Jendra kelabakan, jika lidya marah maka habis sudah. Ia tidak akan bisa mendekati gadisnya secenti pun.

" Aku laper sayang, cape juga tadi abis kerja langsung temenin kamu belanja". Terang jendra sambil memelas membuat lidya mau tak mau menghela nafas panjang.

"Yaudah kamu ke resto dulu, aku masih belum selesai. Nanti kalo udah aku nyusul ke bawah". Ucap lidya

Senyum jendra langsung terbit, ia mencium pipi lidya gemas berkali kali. Untung saja gadisnya, gadis yang baik.

" Aku tunggu dibawah, jangan lama-lama. Kamu juga belum makan". Ucap jendra

"Iya.. Udah sana". Usir lidya

" Iya byee sayang". Jawab jendra kemudian pergi diikuti sekretarisnya, tapi tidak dengan para pengawalnya. Mereka tetap menemani nyonya mereka sampai selesai sambil membawakan belanjaannya.

__________

Regan tertawa pelan saat sudah berada di resto bersama jendra. Jendra yang menyadari maksud sekretarisnya mendengus kesal.

"Lebih baik saya lari marathon daripada menemani gadis saya berbelanja, regan". Ucap jendra

" Baru kali ini saya melihat tuan berbeda". Jawab regan

"Hanya dengannya regan, hanya untuknya". Ucap jendra