Aku Jane Anderson seorang wanita biseksual 29 tahun yang belum menikah, tinggal di rantauan Kota D.
Alarm ponselku menunjukkan pukul 05.00, seperti biasa aku bangun dari tidurku karena harus berangkat bekerja pada pukul 06.30. Saat sedang menyantap sarapanku, tiba-tiba aku kembali teringat akan masa-masa pahit yang sudah kulalui beberapa tahun lalu.
FLASHBACK ON
Saat itu keluarga Anderson sedang melakukan kumpul keluarga. "Jane...apakah kamu tahu jika semua orang di kawasan ini sedang membicarakanmu?"kata Lina kakak iparku.
"Memang apa lagi yang dibicarakan oleh orang-orang di kawasan ini tentangku kak?"kataku menyanggah.
"Itu...tidakkah kamu merasa malu menjadi seorang pengangguran?semua orang sedang membicarakanmu yang tidak tahu malu menjadi pengangguran Jane "kata Lina lagi.
"Benar kamu itu lulusan sarjana tetapi sekarang malah tidak memiliki pekerjaan, aku dan kakak iparmu yang mendengar orang-orang membicarakanmu seperti itu sungguh malu, setidaknya jadilah orang yang sedikit berguna Jane" sahut kakakku menimpali.
"Tidakkah kamu memiliki keinginan untuk bekerja Jane?"timpal papaku.
Akupun terdiam menahan rasa sakit hati diberikan kalimat-kalimat seperti itu. Seolah aku adalah parasit di keluarga ini yang bertindak merugikan. "Berarti selama ini mereka hanya melihatku dari sisiku yang tidak bekerja, sedangkan mereka tidak melihat hal apa yang ada dibalik itu" batinku.
"Apakah kalian tidak melihat jika aku yang merawat mama selama mama sakit?kamu sebagai kakak laki-laki tertua apa yang sudah kamu lakukan untuk merawat mama?mengapa kalian lebih mendengarkan perkataan orang lain dibandingkan melihat apa yang aku lakukan selama jadi pengangguran?dan kamu kakak ipar apakah aku pernah meminta uang padamu atau pada mama untuk membeli semua kebutuhanku?"racauku panjang lebar dan membuat mereka terdiam, lalu aku meninggalkan mereka semua ke rumah sakit untuk merawat mama.
Aku baru sadar dengan sikap kakak iparku yang sungguh memuakkan. Ingin rasanya kurobek mulut manisnya itu tetapi dia selalu dilindungi oleh kakak laki-lakiku. Entah apa yang diberikan wanita itu pada kakakku sehingga dia bersedia bertekuk lutut pada kakak iparku.
Dulu aku tak pernah peduli dengan perkataan orang lain tentang kakak iparku, tetapi sekarang dia memperlakukanku seperti ini sungguh membuatku muak. Sebenarnya dari awal aku tahu rencana busuknya, hanya saja aku tak ingin membuat keluargaku bersedih makanya aku jadi membiarkannya melakukan apa keinginannya.
Akan tetapi untuk kali ini aku benar-benar sudah tidak bisa membiarkannya semena-mena lagi. Aku memutuskan akan merantau ke Kota D dan mencari pekerjaan di sana. Bukan berarti aku kabur, hanya saja aku ingin dia merasa puas dulu di awal dan nantinya aku akan membuatnya menyesal di akhir.
Beberapa minggu setelah kejadian itu, akhirnya mama sembuh dari sakitnya dan aku pun langsung berpamitan kepada orang tuaku untuk merantau ke Kota D. Mamaku yang tidak mengetahui kejadian itu merasa sedikit tidak rela mengijinkanku merantau, tetapi atas bujuk rayu dari kakak iparku akhirnya mamaku mengijinkan.
Aku memang anak yang sangat dekat dengan mama, tetapi aku tak ingin membuat mama bersedih atas perlakuan kakak dan kakak iparku. Untuk papaku kurasa dia saat itu memang sedang dipengaruhi oleh kakak iparku karena buktinya saat aku berpamitan akan merantau papaku terlihat sedih dan sedikit tidak rela. Orang tua mana yang tidak akan bersedih jika berpisah dengan anaknya bukan???
Di Kota D aku mencoba melamar pekerjaan di sebuah hotel kecil bernama Melati Hotel untuk menjadi seorang receptionist. Setelah beberapa hari, aku menerima panggilan dari hotel tersebut untuk bekerja di bagian receptionist. Dengan semangat aku mengiyakannya, meskipun masih sedikit heran mengapa mereka bisa menerimaku menjadi receptionist dengan tinggiku yang dibawah rata-rata ini.
Ya dapat kukatakan tinggiku ini dibawah rata-rata karena tinggiku hanya 153 cm dengan berat badan 42kg. Banyak mengatakan bahwa tubuhku ini mungil dan aku tidak keberatan dengan perkataan tersebut. Makanya dapat kukatakan ini adalah sebuah keajaiban aku di terima di hotel tersebut sebagai receptionist.
1 Tahun Lalu
"Jane maafkan aku mungkin lebih baik kita mengakhiri hubungan ini, lagipula usiamu sudah masuk usia untuk menikah. Jadi tidak mungkin kita akan meneruskan hubungan ini" kata kekasihku Rain yang merupakan seorang wanita tampan.
Ya aku menyukai laki-laki tampan ataupun wanita tampan, dan Rain adalah wanita tampan yang sudah menjadi kekasihku selama 5 tahun. Tidak normal??? ya dapat kukatakan aku memang tidak normal karena biasanya wanita hanya tertarik pada laki-laki tampan tetapi tidak denganku.
Aku terdiam berusaha mencerna kalimat-kalimat yang dilontarkan oleh Rain. Aku tahu dia pasti sangat kesulitan untuk memutuskan hal tersebut sampai akhirnya berani mengatakannya secara langsung padaku. Aku juga tahu hubungan seperti ini tidak akan bisa bertahan lama bahkan berakhir sampai jenjang pernikahan pun mustahil, kecuali kami memang memiliki sebuah komitmen yang kuat dalam menjalani hubungan.
"Baiklah jika itu yang kamu inginkan"kataku lirih sambil menahan rasa sesak di dadaku. Sakit???tentu saja aku merasa hatiku sangat sakit karena bagaimanapun aku mencintainya dengan tulus.
"Bukan berarti aku sudah tidak mencintaimu Jane, aku benar-benar mencintaimu, hanya saja semua ini sudah terlalu lama dan ini juga demi masa depanmu" ungkapnya sendu.
"Aku mengerti tak usah kamu jelaskan lagi" kataku singkat dengan air mata yang mulai berjatuhan.
Dipeluknya tubuhku dengan hangat sambil berkata " maafkan aku, inilah yang terbaik untuk kita terutama untukmu. Jadi aku mohon janganlah bersedih, ok?kita masih bisa menjadi sahabat Jane, aku janji tidak akan membiarkanmu dalam kesulitan" katanya menghibur.
Aku tahu bahwa dia masih mencintaiku sama seperti aku masih mencintainya, tetapi aku menghargai semua keputusan yang sudah diambilnya. Hubungan yang sudah 5 tahun kami jalani akhirnya berakhir dengan cara seperti ini. Meskipun hatiku tidak bisa merelakannya tetapi aku harus bisa merelakan karena dia sudah memutuskan.
FLASHBACK OFF
"Ting" tanda pesan masuk di ponselku, kulihat pesan itu dari Rain "ingat sarapan dan hati-hati saat berangkat kerja ya Jane" aku pun membalas pesan itu "ya ini sedang sarapan, ok".
Beginilah sekarang hubunganku dengan Rain, meski setahun lalu kami mengakhiri hubungan sebagai kekasih tetapi kami masih tetap menjaga hubungan baik kami sebagai sahabat yang saling peduli.
Di awal hubungan, kami sudah sepakat jika suatu saat kami harus mengakhiri hubungan, kami harus melakukannya secara baik-baik seperti saat kami mengawali hubungan kami. Selain itu adik Rain adalah sahabatku jadi secara otomatis kami pasti akan bertemu lagi dan lagi.
Melihat waktu sudah menunjukkan pukul 06.20 aku pun segera menyelesaikan sarapanku dan kemudian berangkat bekerja.