"Waaahhhh ternyata perjalanan hidupmu cukup berwarna ya..." kataku menanggapi cerita Lucien.
"Eeehhhmmmm ya bisa dibilang begitu, tetapi kamu jangan sampai sepertiku ya" katanya seolah mengingatkan. "Maksudmu?" tanyaku pada Lucien.
"Ya jangan sampai sepertiku yang diputus hubungan kekerabatannya oleh papamu sendiri" katanya sendu.
"Oh oke aku usahakan" kataku singkat. "Baiklah sekarang aku akan menceritakan masa laluku padamu, adil bukan?" ujarku agar dia merasa sedikit lebih baik karena setelah menceritakan masa lalunya, dia jadi terlihat sendu. "Mungkin dia merindukan keluarganya" batinku.
"Oke aku dengarkan, ceritalah!!!" jawabnya. Aku pun mulai menceritakan masa laluku padanya (masa lalu yang diceritakan Jane kurang lebih sama ya dengan cerita di Chapter 1. Masa Lalu Jane. Hehehe)
Setelah mendengarkan ceritaku, wajah sendu Lucien akhirnya menghilang sehingga membuatku merasa lega.
"Jadi apakah semua mantanmu adalah wanita tampan?" tanya Lucien cepat begitu aku mengakhiri ceritaku.
"Tidak...Selain mantanku setahun lalu, sisanya adalah laki-laki" jawabku menanggapi.
"Ehhhhmmm....memang berapa mantan yang kamu punya?" tanyanya lagi dengan ekspresi penasaran.
"Tidak banyak hanya 6 orang, dan yang terakhir adalah si wanita tampan, bagaimana denganmu?berapa mantan yang kamu punya?" ujarku sombong.
"Hanya 6 kamu bilang? waaahhh...kamu benar-benar wanita yang luar biasa" ujar Lucien heboh. Baru pertama kali aku melihat Lucien seantusias ini, membuat hatiku merasa senang melihatnya.
"Jika aku yang memiliki 6 mantan kekasih saja adalah wanita yang luar biasa, bagaimana dengan sahabatku yang sekarang usianya masih 23 tahun dan sudah memiliki lebih dari 10 mantan?" ujarku padanya sehingga membuatnya terkejut.
"What???lebih dari 10??? sahabatmu bahkan lebih luar biasa lagi ck...ck...ck, tapi apakah sahabatmu sama sepertimu juga?" katanya kembali penasaran.
Paham dengan maksud pertanyaannya, aku langsung menjawab "Tidak...dia bukan seorang biseksual sepertiku. Dia adalah wanita normal yang sangat tergila-gila dengan lelaki tampan, terutama dengan laki-laki sepertimu" ujarku menunjuk Lucien.
"Apakah sahabatmu adalah perempuan yang bernama Elsa?" kata Lucien yang berhasil membuatku terkejut.
"Bagaimana kamu bisa tahu?" ujarku dengan terkejut. Ku lihat Lucien tersenyum jahil padaku sehingga berhasil membuatku salah tingkah sekaligus penasaran.
"Ooohhh...sekarang aku tahu alasanmu menyembunyikanku dari sahabatmu" ujarnya sambil tersenyum jahil padaku.
"Uuhhmm..eeehh kamu belum menjawab pertanyaanku, berapa mantan yang kamu punya?" ujarku bertanya berusaha mengalihkan pembicaraan. Dia hanya manggut-manggut sambil tersenyum. Aku menaikkan sebelah alisku dengan ekspresi kebingungan bercampur salah tingkah.
"Hanya 2" jawabnya singkat.
"Hanya 2?dengan wajah yang sangat tampan dan hampir sempurna seperti itu hanya memiliki 2 mantan? apa kamu memang laki-laki yang setia atau kamu memang tidak memiliki gairah dalam urusan percintaan?" jawabku sambil tertawa.
"Ya...ya kamu boleh menertawakanku sepuasmu, mungkin aku memang laki-laki yang setia dan bodoh, tetapi bukan berarti aku tidak memiliki gairah dalam urusan cinta. Aku hanya berusaha mengerti pasanganku dan menghargai segala keputusannya saja" jawabnya santai.
"Jadi jika kekasihmu selingkuh, kamu akan menghargai keputusannya berselingkuh gitu?" tanyaku heran.
"Ya jika itu yang sudah dia putuskan maka aku akan meninggalkannya sama seperti mantan kekasihku yang kemarin. Karena dia sudah memutuskan untuk berselingkuh jadi aku pasti akan meninggalkannya" jawabnya lagi dengan santai.
"Tunggu...apakah kemarin saat kamu memergoki kekasihmu selingkuh hatimu merasa sakit? atau ketika kamu mengakhiri hubunganmu dengan kekasihmu yang pertama apakah hatimu merasa sakit?" tanyaku penasaran karena heran dengan jawabannya yang santai.
"Untuk mantanku yang pertama aku tidak merasakan sakit hati sama sekali karena kami berakhir secara baik-baik. Sedangkan untuk mantanku yang kedua aku merasa sedikit sakit hati karena dia sudah mengecewakanku" jawabnya berusaha memberiku pemahaman.
"Apakah kamu benar-benar jatuh cinta pada mantan-mantanmu itu?" tanyaku yang langsung dijawab "Entahlah" oleh Lucien.
Aku memperhatikan Lucien sembari menganalisis kalimat-kalimat yang sudah dia lontarkan. "Sepertinya dia belum pernah jatuh cinta" batinku.
"Hei mengapa kamu melamun?" kata Lucien sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku dan berhasil membuatku tersentak.
"Oh..ah..eh..tidak apa-apa, tapi ngomong-ngomong bukannya mantanmu seharusnya 3? dari ceritamu bukankah kekasih pertamamu adalah seorang wanita?" ucapku cepat.
"Tidak...wanita itu tidak bisa dihitung sebagai mantanku karena saat itu aku hanya memberinya kesempatan untuk membuatku jatuh cinta padanya atau membuatku merasa sedikit nyaman saat bersamanya, tetapi dia tidak bisa melakukan salah satu dari 2 hal itu. Jadi dia tidak termasuk mantanku" jawabnya penuh penekanan dengan nada sedikit kesal.
"Bukankah 2 laki-laki yang menjadi mantannya juga tidak bisa membuatnya jatuh cinta? apa mungkin 2 laki-laki itu bisa membuatnya merasa sedikit nyaman?"kataku bertanya-tanya dalam hati. "Oohh" ucapku singkat.
Kami terus asyik mengobrol menceritakan hal-hal yang sudah kami alami dari dulu sampai sekarang. Saking asyiknya mengobrol, kami pun tertidur di sofa ruang tamu.
Keesokan harinya aku mulai membuka mataku karena silau dengan sinar matahari yang masuk ke dalam ruang tamu mewah milik Lucien. Kutatap wajah tampan nan sempurna yang ada di sebelahku. Saat sedang asyik menatap keindahan wajah tampan seorang Lucien, tiba-tiba sang pemiliki wajah membuka matanya dan mata kami pun bertemu sehingga berhasil membuatku salah tingkah sambil mengalihkan pandangan.
"Eehhmmm...eehhh itu bolehkah aku meminjam kamar mandi?" tanyaku salah tingkahku.
"Oh ikut aku!!!" katanya beranjak dari sofa dengan malas dan mengantarku ke sebuah kamar.
"Masuklah!!! kamu bisa menggunakan kamar mandiku di sebelah sana" ujarnya santai sambil menunjuk sebuah pintu yang ada di kamar tidur tersebut. "Oke" jawabku singkat dan berjalan menuju kamar mandi.
*Di Dalam kamar Mandi*
"Oh jantung...kumohon berhentilah berpacu dengan cepat seperti ini" gumamku pada diri sendiri.
"Jika terus seperti ini bisa-bisa aku dibawa ke UGD, jadi aku harus bisa mengendalikan diri dan perasaanku" gumamku lagi mencoba meyakinkan diri sendiri.
"Huft...Laki-laki dengan wajah tampan memang sangat berbahaya, membuat orang bisa-bisa kena serangan jantung dadakan" gumamku lagi sambil mengelus dada.
1 jam kemudian aku keluar dari kamar mandi. Melihatku keluar dari kamar mandi Lucien menghampiriku sambil menyodorkan ponselnya. "Ini kamu baca pesan ini!" perintah Lucien padaku.
Aku mengernyitkan alis bingung dan mengambil ponsel dari tangan Lucien untuk melihat isi pesan yang dimaksud. "Aku tidak bisa menyelesaikan motor yang kamu suruh perbaiki itu secepatnya karena banyak sekali yang perlu diperbaiki. Aku meminta waktu kurang lebih seminggu untuk selesai memperbaikinya. Itu sudah paling cepat, ok?kamu harus bayar aku double!" itulah isi pesan dari Alvin karena nama itulah yang tertera di layar ponsel milik Lucien.
"Maaf akan merepotkanmu selama seminggu lagi. Aku akan ikut membayar setengah dari biaya perbaikan motorku" kataku sambil membungkukkan badan seperti seseorang yang meminta maaf di drama korea.
"Sebenarnya berapa lama kamu tidak men-service motormu?"tanya Lucien meyelidik sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Hehe tidak lama, kurasa hanya 8 bulanan, tapi aku rajin ganti oli kok" jawabku cengengesan sambil mengingat-ingat kapan terakhir kali aku men-service motorku.
"What 8 bulanan???pantas saja banyak hal yang perlu diperbaiki. Kamu tidak perlu membayar setengahnya karena aku akan membayar semua biayanya. Ini sebagai kompensasi karena sudah menabrakmu" ujar Lucien tulus.
"Terimakasih my boss" kataku sambil membungkuk lagi sehingga berhasil membuat Lucien tersenyum.
"Kamu tunggu di sini, aku mau mandi dulu" katanya singkat lalu masuk ke kamar mandi.
Mataku mulai menjelajahi kamar yang aku yakini adalah kamar milik Lucien ini dengan perasaan sangat takjub sekaligus bahagia. Berdesain interior modern minimalis dengan jendela yang cukup besar mengarah ke taman, sungguh membuatku betah berlama-lama berada di sana. Barang-barang tertata rapi seolah menggambarkan karakter sang pemilik yang tidak ingin kamarnya berantakan. Dengan tempat tidur ukuran king size yang sangat empuk dan di balut sprei berwarna abu-abu gelap bermotif garis-garis sangat pas dengan warna dinding, langit-langit dan lantai kamar tersebut.
Aku berjalan menuju jendela dan menikmati pemandangan taman di pagi hari yang sangat memanjakan mata. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar, lalu aku berjalan ke arah pintu untuk membukanya.
"Eh?mengapa bukan tuan?" kata seorang wanita paruh baya yang terkejut ketika aku membuka pintu.
"Maaf maksud anda Lucien?dia sedang mandi" ujarku pada wanita paruh baya tersebut yang saat ini sepertinya menjadi lebih terkejut lagi.
Saat bersamaan Lucien keluar dari kamar mandi dengan setelan hodie+celana training berwarna abu-abu terang dan handuk melingkar di lehernya . "Ada apa bi?" kata Lucien sambil mengosok-gosokkan handuk ke kepalanya. Aku yang melihat pemandangan indah itu tentu saja jadi sulit mengendalikan diri, bahkan jantungku sudah mulai berpacu lagi sehingga membuatku hampir pingsan.
"Eh anu tuan, sarapannya sudah siap" kata wanita itu lalu pergi meninggalkan kami berdua. Aku yang masih tercengang melihat Lucien dengan rambut setengah keringnya, akhirnya disadarkan dengan suara lembut Lucien "ayo kita sarapan" ajaknya sambil menarik tanganku yang tidak terluka menuju ruang makan. Aku pun mengekorinya di belakang dengan jantung yang sudah hampir meledak.
Sesampainya di ruang makan aku kembali dibuat takjub oleh desain ruang makan yang letaknya di area belakang rumah, bersebelahan dengan dapur. Dengan tetap mempertahankan desain bergaya modern, ruang makan ini ditata sedemikian rupa agar sang pemilik bisa merasa nyaman saat sedang makan ataupun saat berada di ruang makan. Lucien dan aku pun duduk dan sarapan di hidangkan oleh wanita paruh baya tadi.
"Ngomong-ngomong kenapa tadi kamu lama sekali di kamar mandi?" tanya Lucien sambil menyantap sarapannya. Kulihat sang wanita paruh baya menatap kami bergiliran dengan penuh tanda tanya.
"Mengompres hasil karyamu" jawabku sambil menunjukkan bengkak di lututku pada Lucien. "Ooopppsss maaf aku sudah membuatmu menderita" ujar Lucien sambil tersenyum menggodaku. Kulihat lagi wanita paruh baya itu menatap kami berdua dengan penuh tanda tanya, tetapi tersirat sedikit kegembiraan dalam tatapannya.
"Oh iya kenalkan ini ARTku bi Ani" ujar Lucien saat wanita itu meletakkan sarapanku.
"Halo bi kenalkan saya Jane" sapaku ramah. Bi Ani tersenyum padaku dan kembali ke dapur untuk mengambil minuman. "Sebenarnya apa yang dipikirkannya?" batinku penuh tanda tanya.
"Apa kamu masih berharap kembali dengan mantanmu?" tanya Lucien yang sepertinya masih sangat tertarik dengan para mantanku.
"Tidak...Selain itu mereka semua sudah menikah dan memiliki anak. Lalu si wanita tampan juga sudah memiliki kekasih baru. Jadi ya...aku merasa tidak perlu berharap, kenapa kamu tanya itu? sudah mulai tertarik padaku ya?" ujarku percaya diri.
"Ehhhmmm...bisa dibilang seperti itu" sahut Lucien tersenyum.
Mendengar Lucien berkata seperti itu tentu saja membuatku merona, meskipun aku adalah wanita berumur 29 tahun yang sudah memiliki 6 mantan kekasih. Lucien yang melihatku merona, bukannya bersikap biasa saja tetapi malah semakin tersenyum sehingga membuatku terasa meleleh.
"Ehhhmmm...bisakah sehabis sarapan kamu mengantarku pulang?" tanyaku sembari berusaha mengendalikan diri.
"Ya tentu saja" jawab Lucien sambil tersenyum melihatku yang sedang berusaha mengendalikan diri.
"Bolehkah aku bertanya sesuatu padamu? tetapi aku minta maaf jika pertanyaan ini sedikit tidak sopan." kataku hati-hati.
"Ya silahkan" jawabnya singkat sambil melihat ekspresi ragu-raguku.
"Eeehhmmm...kamu bilang perusahaanmu bernama Gadget World, apakah Gadget World yang itu?" tanyaku lagi.
Sambil mengangkat sebelah alisnya dia berkata "memang ada perusahaan yang bernama Gadget World di negara ini, selain Gadget World yang itu?"
"Jadi benar ya Gadget World yang itu maksudmu...yang memiliki banyak cabang di negara ini dan jika di Kota D ini alamatnya di jalan TBK itu ya?" kataku heboh.
"Yaps yang itu, kenapa kamu heboh sekali?" tanyanya heran.
"Oh My God gimana gak heboh coba, pemimpin dari salah satu perusahaan terkenal di negara ini sekarang sedang sarapan bersamaku" batinku heboh.
"Jelas aku heboh karena aku tidak menyangka kamu benar-benar seorang bos besar" kataku lagi. Apakah sebagai pemilik perusahaan jabatanmu di perusahaanmu adalah CEO?atau direktur?" imbuhku lagi dengan heboh dan penasaran.
"Tidak keduanya" jawabnya singkat sehingga berhasil membuatku makin penasaran. Melihat ekspresiku yang penasaran dan mungkin dianggapnya lucu, dia tertawa dan berkata "kenapa ekspresimu seperti itu?kamu itu terlihat seperti seekor anak kucing yang sangat ingin tahu hahahaha." ujarnya sambil tertawa.
"Apakah aneh jika aku penasaran?"tanyaku padanya. "Presiden Direktur...itulah posisiku di perusahaan" jawabnya sambil berusaha menghentikan tawanya.
"Waaawww posisi yang sangat tinggi" jawabku kagum.
Selesai sarapan, Lucien mengantarku pulang dengan mobil Honda Civic Turbo hitamnya. Tak perlu waktu lama untuk sampai di tempat tinggalku karena jarak rumah Lucien dan aku cukup dekat yaitu hanya 800 meter.